Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1511 - Bab 1520

2578 Bab

167. Bagian 3

Bersama Bintang, setelah mendapatkan senjatanya kembali dari sarang begal Hutan Alas Rompah, pimpinan si Racun Jantan yang telah tewas karena berusaha memperkosa Perawan Lembah Kutukan, Bintang langsung mengajak Gadys untuk mencari desa atau kota terdekat guna mencari pakaian untuk Gadys.Gadyspun menyetujuinya, bersama Bintang keduanya segera mencari desa / kota terdekat hingga akhirnya keduanya menemukannya, begitu tiba di kota tersebut, Bintang dan Gadys langsung mencari toko yang menjual pakaian, Gadyspun memilih pakaian dengan warna ungu sebagai warna kesukaannya, hanya saja model dan bentuknya sedikit berubah, kali ini sosok Gadys layaknya seorang gadis bangsawan dengan pakaian mewah yang dikenakannya, tapi bentuk dan modelnya hampir-hampir mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh Gadys sebelumnya. Hanya bahannya saja yang terlihat lebih mewah dan ekslusif.Tak lama, seorang perempuan tua tampak keluar dari belakang Gadys, dialah sipemilik toko pakaian tersebut.
Baca selengkapnya

167. Bagian 4

Sebuah warung makan yang bertuliskan ‘TAMBUAH CIEK’ menjadi pilihan Bintang dan Gadys, karena selain terlihat ramai dan padat oleh pengunjungnya, Bintang berkeyakinan pasti makanan ditempat itu enak dan lezat sehingga pembelinya sampai membludak.Pakaian Bintang dan Gadys yang berpakaian layaknya pendekar bangsawan, membuat pelayan rumah makan itu segera melayani keduanya dengan sangat hormat.“Setelah ini, kita akan kemana kang?” tanya Gadys tiba-tiba. Bintang sedikit terhenyak mendengar pertanyaan itu.“Kakang ingin ke Lembah Sunyi”“Lembah Sunyi.. itu tempat tinggal kakang ?”“Bukan, itu tempat mendiang guru kakang”“Mendiang, itu berarti..”“Benar, guru kakang sudah meninggal”Gadys terlihat terdiam mendengar hal itu, sebenarnya Gadys ingin sekali ikut Bintang, tapi Gadys teringat kalau saat ini dia masih memiliki
Baca selengkapnya

167. Bagian 5

“Aowwwhhh”Byuurrrr!Sebuah teriakan terdengar disusul dengan suara seseorang yang tercebur kedalam air. Hal ini memancing perhatian Rawan dan Sarah untuk menatap kearah asal suara tersebut. Di halaman tampak seorang bocah kecil yang tercebur kedalam sebuah gentong yang cukup besar, sementara disebelahnya terlihat pula seorang anak sebaya yang sedikit lebih tua tampak masih berjalan dengan sangat hati-hati dipinggiran gentong tersebut.“Ayo Will, jangan malas-malasan...!” sebuah suara sedikit keras terdengar hingga membuat bocah yang baru saja tercebur kedalam gentong air besar itu terlihat berusaha kembali untuk naik ketepian dan berdiri diatasnya.“Susah guru” ucap bocah itu lagi kepada sesosok lelaki bertubuh sangat gemuk, dengan rambut panjang tak terurus, mengenakan pakaian yang kedodoran disana – sini.“Tidak ada kata susah kalau kita mau berusaha Will” ucap lelaki gemuk itu lagi menyebut
Baca selengkapnya

167. Bagian 6

Malam semakin larut, keadaan di Lembah Sunyi kembali sunyi seperti namanya, diruang keluarga, terlihat Bruce dan William yang tengah tertidur dipangkuan Bintang.“Kita bawa ke kamar, kanda” ucap Sarah seraya bangkit berdiri. Bintang mengangguk.“Biar Sarah yang bawa Will, kanda” ucap Sarah lagi seraya mengambil sosok William dari pangkuan Bintang, lalu mengendongnya, Bintang sendiri kini sudah menggendong Bruce. Keduanya lalu membawa Bruce dan William ke kamarnya. Bintang letakkan sosok Bruce diranjang besar yang biasa dipergunakan oleh Bruce dan William dalam satu tempat tidur. Sarah sendiri juga ikut meletakkan William ke kasur, tapi William justru memeluk lehernya hingga mau tak mau Sarah terpaksa ikut berbaring dikasur, William kemudian memeluk erat leher Sarah. William memang terbiasa tidur dengan memeluk leher Sarah sebelum akhirnya terlelap dalam tidurnya.“Kanda temani dinda Rawan dulu.. Sarah biar disini dulu sama
Baca selengkapnya

167. Bagian 7

Sejenak Bintang terlihat mengusap-usap lembut kepala Rara Kadita seraya menatap kearah Putri Rawan yang saat itu juga tengah menatapnya dengan tersenyum. Bintang balas tersenyum.Dalam jarak sedekat ini, Bintang harus mengakui kalau Putri Rawan memang memiliki kecantikan yang layaknya seorang dewi, begitu cantik dan tak bosan dipandang. Begitu terpesonanya, Bintang sampai mengangkat tangannya, lalu membelai lembut wajah jelita Putri Rawan, Putri Rawan justru menyambutnya dengan mencium telapak tangan Bintang yang membelai-belai wajahnya.Sesaat keduanya terlihat saling pandang dan tersenyum, hingga akhirnya keduanya tersadarkan saat Rara Kadita tiba-tiba saja melepas emutannya dan bergolek telentang, tertidur.“Tunggu sebentar, kanda” ucap Putri Rawan tanpa suara, tapi Bintang mengerti arti gerakan bibir Putri Rawan kepadanya. Putri Rawan sendiri kemudian bangun dan dengan lembut mengangkat Rara Kadita ke gendongannya, lalu membawanya ke arah box bay
Baca selengkapnya

167. Bagian 8

Dengan diiringi tatapan Bintang, Putri Rawan terlihat masuk kedalam kamar mandi yang memang ada didalam kamar itu, tak lama kemudian terdengar suara debur-debur air yang Bintang yakini kalau Putri Rawan sedang membersihkan tubuhnya. Bintangpun harus menunggunya dengan sabar. Cukup lama sampai kemudian terdengar suara pintu kamar mandi itu terbuka.Bintang dapat melihat Putri Rawan yang tampak membuka lemari dan sedang memilah milih pakaian, setelah mendapatkannya, Putri Rawan kemudian duduk di meja riasnya, kali ini Bintang tak dapat melihat apa yang dilakukan Putri Rawan, karena memang ada dinding pembatas antara ranjang tempat tidur dengan lemari dan meja rias dimana tempat Putri Rawan berada saat ini. Lagi-lagi Bintang dengan sabar harus menunggunya, ada perasaan berdebar dihati Bintang yang melihat bagaimana Putri Rawan tampak merias dirinya, tanpa riasan saja sosok Putri Rawan begitu sangat memikat mempesona, apalagi bila berhias. Bintang semakin tak sabar untuk melihat
Baca selengkapnya

167. Bagian 9

“Dinda cantik sekali” puji Bintang untuk kesekian kalinya, Bintang benar-benar tak mampu menyembunyikan rasa kagumnya akan kecantikan yang dimiliki oleh Putri Rawan. Putri Rawan lagi-lagi tersenyum mendengar pujian itu untuk yang kesekian kalinya dari bibir Bintang.Tangan Bintang terangkat dan dengan lembut membelai wajah jelita Putri Rawan yang ada dipangkuannya, belaian lembut tangan Bintang hanya disambut oleh senyuman Putri Rawan yang terlihat begitu menikmati belaian tangannya.“Bagaimana, apakah dinda senang tinggal disini?”“Senang sekali kanda, tempatnya indah dan damai, tak pernah terbayangkan kalau Rawan akan menemukan tempat indah seperti ini.. Terima kasih kanda” ucap Putri Rawan.“Syukurlah kalau dinda senang”“Rawan kangen sekali sama kanda” ucapnya lembut.“Kanda juga”Cukup lama keduanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan penuh arti, Bin
Baca selengkapnya

167. Bagian 10

Perlahan Bintang mendekat dan saat berada disisi ranjang, Bintang memperhatikan sosok jelita Sarah yang terlelap dalam tidurnya dengan memeluk putranya, William. Tak tega Bintang untuk membangunkannya, maka Bintang segera meraih selimut yang ada dibawah ranjang, lalu dengan lembut menyelimuti ketiganya. Saat selesai menyelimuti Sarah dan William, Bintang menundukkan kepalanya dan memberikan ciuman kasih sayang kepada Sarah dikeningnya, lalu Bintang kembali bangkit berdiri untuk segera pergi meninggalkan kamar itu. Tapi gerakan Bintang tertahan, saat satu tangan menggenggam pergelangan tangannya, rupanya Sarah yang tadi terbangun saat Bintang mencium keningnya. Sarah terlihat memalingkan pandangannya kearah Bintang, tapi tak membalik tubuhnya yang berbaring membelakangi Bintang, karena saat ini William tidur dengan memeluknya sehingga Sarah tak bisa menggerakkan tubuhnya kecuali kepalanya yang masih bisa sedikit menoleh kearah Bintang. Bintang tersenyum melihat Sarah yang terbangun d
Baca selengkapnya

167. Bagian 11

“Maaf untuk apa dinda?”“Sarah tidak melayani kanda, Sarah benar-benar lelah sampai ketiduran”“Iya tidak apa-apa dinda, apa mau kanda carikan pembantu untuk membantu pekerjaan disini dinda?”“Tidak perlu kanda.. Sarah masih sanggup melakukan semuanya”“Tapi kanda kasian liat dinda yang kelelahan karena mengerjakan semuanya” ucap Bintang lagi.“Sarah sudah terbiasa kanda.. Justru kalau tidak bergerak, tubuh Sarah rasanya sakit-sakit semua” ucap Sarah tersenyum. “Sudah...sudah cukup kanda” ucap Sarah memegang tangan Bintang yang memijatnya.“Jadi beneran dinda tak butuh orang untuk membantu pekerjaan rumah disini?” tanya Bintang lagi. Kali ini Sarah hanya tersenyum dan mengagguk menjawab pertanyaan Bintang. “Tidak perlu kanda.. Sarah masih bisa sendiri”“Sebenarnya, dibanding pembantu, ada yang lebih Sarah butuhkan kanda?&r
Baca selengkapnya

167. Bagian 12

“Mau berapa anak dinda?” goda Bintang.“Berapa aja yang kanda mau” ucap Sarah tersenyum, Bintang terperanjat kaget mendengar jawaban Sarah. “Sarah cinta banget sama kanda” sambung Sarah lagi lembut.“Kanda juga cinta banget sama dinda” ucap Bintang tak kalah lembut.Hingga kedua-duanya sama-sama tersenyum mesra. Bintang menundukkan wajahnya untuk mencium lembut bibir Sarah yang merah menggoda, tapi tiba-tiba saja Sarah menahan bibir Bintang dengan jarinya.“Sarah mau mandi dulu kanda.. enggak enak rasanya badan minyak-minyak begini habis dipijitan kanda” ucap Sarah lembut dan tersenyum.“Kanda boleh ikut mandi?” tanya Bintang menggoda.“Tentu saja boleh kanda... Apa yang tidak boleh untuk suami Sarah” kata Sarah tersenyum.Dengan saling bercanda gurau, keduanya masuk ke kamar mandi. Di kamar mandi, kedua saling melepas pakaian hingga dalam sekejap saja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
150151152153154
...
258
DMCA.com Protection Status