Malam semakin larut, keadaan di Lembah Sunyi kembali sunyi seperti namanya, diruang keluarga, terlihat Bruce dan William yang tengah tertidur dipangkuan Bintang.
“Kita bawa ke kamar, kanda” ucap Sarah seraya bangkit berdiri. Bintang mengangguk.
“Biar Sarah yang bawa Will, kanda” ucap Sarah lagi seraya mengambil sosok William dari pangkuan Bintang, lalu mengendongnya, Bintang sendiri kini sudah menggendong Bruce. Keduanya lalu membawa Bruce dan William ke kamarnya. Bintang letakkan sosok Bruce diranjang besar yang biasa dipergunakan oleh Bruce dan William dalam satu tempat tidur. Sarah sendiri juga ikut meletakkan William ke kasur, tapi William justru memeluk lehernya hingga mau tak mau Sarah terpaksa ikut berbaring dikasur, William kemudian memeluk erat leher Sarah. William memang terbiasa tidur dengan memeluk leher Sarah sebelum akhirnya terlelap dalam tidurnya.
“Kanda temani dinda Rawan dulu.. Sarah biar disini dulu sama
Sejenak Bintang terlihat mengusap-usap lembut kepala Rara Kadita seraya menatap kearah Putri Rawan yang saat itu juga tengah menatapnya dengan tersenyum. Bintang balas tersenyum.Dalam jarak sedekat ini, Bintang harus mengakui kalau Putri Rawan memang memiliki kecantikan yang layaknya seorang dewi, begitu cantik dan tak bosan dipandang. Begitu terpesonanya, Bintang sampai mengangkat tangannya, lalu membelai lembut wajah jelita Putri Rawan, Putri Rawan justru menyambutnya dengan mencium telapak tangan Bintang yang membelai-belai wajahnya.Sesaat keduanya terlihat saling pandang dan tersenyum, hingga akhirnya keduanya tersadarkan saat Rara Kadita tiba-tiba saja melepas emutannya dan bergolek telentang, tertidur.“Tunggu sebentar, kanda” ucap Putri Rawan tanpa suara, tapi Bintang mengerti arti gerakan bibir Putri Rawan kepadanya. Putri Rawan sendiri kemudian bangun dan dengan lembut mengangkat Rara Kadita ke gendongannya, lalu membawanya ke arah box bay
Dengan diiringi tatapan Bintang, Putri Rawan terlihat masuk kedalam kamar mandi yang memang ada didalam kamar itu, tak lama kemudian terdengar suara debur-debur air yang Bintang yakini kalau Putri Rawan sedang membersihkan tubuhnya. Bintangpun harus menunggunya dengan sabar. Cukup lama sampai kemudian terdengar suara pintu kamar mandi itu terbuka.Bintang dapat melihat Putri Rawan yang tampak membuka lemari dan sedang memilah milih pakaian, setelah mendapatkannya, Putri Rawan kemudian duduk di meja riasnya, kali ini Bintang tak dapat melihat apa yang dilakukan Putri Rawan, karena memang ada dinding pembatas antara ranjang tempat tidur dengan lemari dan meja rias dimana tempat Putri Rawan berada saat ini. Lagi-lagi Bintang dengan sabar harus menunggunya, ada perasaan berdebar dihati Bintang yang melihat bagaimana Putri Rawan tampak merias dirinya, tanpa riasan saja sosok Putri Rawan begitu sangat memikat mempesona, apalagi bila berhias. Bintang semakin tak sabar untuk melihat
“Dinda cantik sekali” puji Bintang untuk kesekian kalinya, Bintang benar-benar tak mampu menyembunyikan rasa kagumnya akan kecantikan yang dimiliki oleh Putri Rawan. Putri Rawan lagi-lagi tersenyum mendengar pujian itu untuk yang kesekian kalinya dari bibir Bintang.Tangan Bintang terangkat dan dengan lembut membelai wajah jelita Putri Rawan yang ada dipangkuannya, belaian lembut tangan Bintang hanya disambut oleh senyuman Putri Rawan yang terlihat begitu menikmati belaian tangannya.“Bagaimana, apakah dinda senang tinggal disini?”“Senang sekali kanda, tempatnya indah dan damai, tak pernah terbayangkan kalau Rawan akan menemukan tempat indah seperti ini.. Terima kasih kanda” ucap Putri Rawan.“Syukurlah kalau dinda senang”“Rawan kangen sekali sama kanda” ucapnya lembut.“Kanda juga”Cukup lama keduanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan penuh arti, Bin
Perlahan Bintang mendekat dan saat berada disisi ranjang, Bintang memperhatikan sosok jelita Sarah yang terlelap dalam tidurnya dengan memeluk putranya, William. Tak tega Bintang untuk membangunkannya, maka Bintang segera meraih selimut yang ada dibawah ranjang, lalu dengan lembut menyelimuti ketiganya. Saat selesai menyelimuti Sarah dan William, Bintang menundukkan kepalanya dan memberikan ciuman kasih sayang kepada Sarah dikeningnya, lalu Bintang kembali bangkit berdiri untuk segera pergi meninggalkan kamar itu. Tapi gerakan Bintang tertahan, saat satu tangan menggenggam pergelangan tangannya, rupanya Sarah yang tadi terbangun saat Bintang mencium keningnya. Sarah terlihat memalingkan pandangannya kearah Bintang, tapi tak membalik tubuhnya yang berbaring membelakangi Bintang, karena saat ini William tidur dengan memeluknya sehingga Sarah tak bisa menggerakkan tubuhnya kecuali kepalanya yang masih bisa sedikit menoleh kearah Bintang. Bintang tersenyum melihat Sarah yang terbangun d
“Maaf untuk apa dinda?”“Sarah tidak melayani kanda, Sarah benar-benar lelah sampai ketiduran”“Iya tidak apa-apa dinda, apa mau kanda carikan pembantu untuk membantu pekerjaan disini dinda?”“Tidak perlu kanda.. Sarah masih sanggup melakukan semuanya”“Tapi kanda kasian liat dinda yang kelelahan karena mengerjakan semuanya” ucap Bintang lagi.“Sarah sudah terbiasa kanda.. Justru kalau tidak bergerak, tubuh Sarah rasanya sakit-sakit semua” ucap Sarah tersenyum. “Sudah...sudah cukup kanda” ucap Sarah memegang tangan Bintang yang memijatnya.“Jadi beneran dinda tak butuh orang untuk membantu pekerjaan rumah disini?” tanya Bintang lagi. Kali ini Sarah hanya tersenyum dan mengagguk menjawab pertanyaan Bintang. “Tidak perlu kanda.. Sarah masih bisa sendiri”“Sebenarnya, dibanding pembantu, ada yang lebih Sarah butuhkan kanda?&r
“Mau berapa anak dinda?” goda Bintang.“Berapa aja yang kanda mau” ucap Sarah tersenyum, Bintang terperanjat kaget mendengar jawaban Sarah. “Sarah cinta banget sama kanda” sambung Sarah lagi lembut.“Kanda juga cinta banget sama dinda” ucap Bintang tak kalah lembut.Hingga kedua-duanya sama-sama tersenyum mesra. Bintang menundukkan wajahnya untuk mencium lembut bibir Sarah yang merah menggoda, tapi tiba-tiba saja Sarah menahan bibir Bintang dengan jarinya.“Sarah mau mandi dulu kanda.. enggak enak rasanya badan minyak-minyak begini habis dipijitan kanda” ucap Sarah lembut dan tersenyum.“Kanda boleh ikut mandi?” tanya Bintang menggoda.“Tentu saja boleh kanda... Apa yang tidak boleh untuk suami Sarah” kata Sarah tersenyum.Dengan saling bercanda gurau, keduanya masuk ke kamar mandi. Di kamar mandi, kedua saling melepas pakaian hingga dalam sekejap saja
Nafas keduanya terlihat masih memburu tak teratur, hingga ;“Kanda” terdengar suara lembut Sarah. Bintang membuka matanya dan melempar senyum kearah Sarah yang sudah menatapnya.“Sarah bahagia sekali kanda” ucap Sarah. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu. “Kanda juga bahagia dinda” Sarah ikut tersenyum mendengar ucapan Bintang.Sejenak keduanya terdiam dan saling pandang satu sama lain. Bintang terlihat begitu menikmati kecantikan wajah yang Sarah miliki hingga tanpa sadar tangan Bintang terangkat dan membelai wajah Sarah dengan lembut.“Ada apa kanda?”“Oh, tidak apa-apa dinda, kanda hanya berfikir betapa beruntungnya memiliki istri yang cantik seperti Sarah”“Sarah yang beruntung memiliki suami seperti kanda.. terima kasih telah menyayangi Sarah dan William kanda” ucap Sarah seraya meraih telapak tangan Bintang dan menciumnya dengan hangat.Setelah Sarah m
Keributan dan suara pentungan yang terdengar bertalu-talu ini pula yang membuat jalanan didesa tersebut menjadi sunyi, semua orang tak berani keluar, semua bersembunyi didalam rumah.“HENTIKAN!” sebuah teriakan keras dan nyaring terdengar ditempat itu, hingga belasan orang centeng bayaran tersebut langsung menghentikan serangan mereka dan langsung bergerak mundur dan mengepung sosok gadis bercaping yang kini tampak berdiri dengan tenang ditempatnya.Beberapa orang lelaki tampak keluar dari dalam pintu gerbang, dan seorang laki-laki yang sepertinya merupakan ketua centeng-centeng bayaran terlihat maju kehadapan gadis bercaping.“Siapa kau yang malam-malam begini datang mengacau disini?!!” ucap lelaki itu lagi“Aku Gadys, kau siapa?!” ucap gadis bercaping yang rupanya adalah Perawan Lembah Kutukan.“Aku Warsito.. kepala keamanan ditempat ini, ada perlu apa kau kemari?”“Apa benar ini rumah