“Airin, Kamu?!” teriak bu Marni. Semua yang berada di ruangan terkejut, Andika yang hendak membuka pintu berbalik, diam terpaku menatap adiknya yang sedang berjalan ke arahnya. “Ba— gai— ma— na, bagaimana kamu bisa jalan, Dek?!” tanya Andika terbata. Tangannya meraih tangan Airin yang sudah berada tepat di hadapannya. Airin tak menggubris Andika, dia terus berjalan, membuka pintu, lalu tersenyum. “Sudah lama menunggu, Kek?” tanyanya. Dia bergeser ke samping lalu kembali berkata. “Silahkan masuk, bisa sebentar lagi. Suami saya belum datang.”Airin berbicara sambil berjalan, sperti dia lagi bercakap-cakap dengan seseorang. Sayangnya, baik Andika, Mira, bu Marni dan Intan tak bisa melihat sosok tersebut. Intan menggeleng, tak mau larut dengan hal yang menurutnya tak masuk akal. Di dekatinya Airin. &
Read more