Home / CEO / GAIRAH CINTA TERLARANG / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of GAIRAH CINTA TERLARANG: Chapter 61 - Chapter 70

143 Chapters

Satria Sakit

GAIRAH CINTA TERLARANG PART 61"Ini siapa, Mbak?" tanya Marsya dengan menunjuk ke arah Anton."Ini Anton, Sya," jawabku seadanya."Selingkuhan Mbak yang nomor berapa ini?" tanyanya sinis. Senyum sarkas mengembang di bibirnya. Rasa terkejut mendadak menyerang mendengar pertanyaannya. Anton menatapaku penuh tanda tanya."Huusssh ...! Ngomong apa kamu, Sya.  Ini Anton pengacara Mbak," ujarku pelan. Aku tidak ingin orang-orang memperhatikan kami."Maaf, Pak! Ini adiknya Satria," ujarku dengan rasa malu yang memenuhi dada karena ucapan Marsya. Anton hanya mengangguk tanpa ekspresi."Nggak perlu aktinglah, bilang saja ini selingkuhan, Mbak," ujarnya lagi dengan nada menghina."Diam Sya! Pergi dari sini!" tegasku padanya.Marsya sepertinya ingin mempermalukanku di depan umum. "Aku tidak mau pergi, ini tempat umum. Jadi, Mbak tidak punya hak mengusir aku," ujar Marsya dengan angkuhnya. Tangan
Read more

Dia Kecewa

GAIRAH CINTA TERLARANGPART 62"Ma, cepatan dong!" teriak Marsya."Sebentar!" Mamanya Satria meraih tanganku lalu berkata "kamu mau datang, 'kan?" Aku terdiam, tidak tahu menjawab apa. Satu sisi dalam diri meronta ingin melihat keadaan Satria. Namun, sisi lain menolak keras ajakan mamanya karena luka yang ditoreh oleh Satria sangat dalam. "Ma, nggak usah bawa wanita ini ke tempat mas Satria yang ada dia tambah sakit melihat wajah wanita yang sok alim ini!" Tunjuk Marsya kasar ke arahku.Aku tidak habis pikir dengan sikap Marsya yang over terhadap kasus yang sedang aku lewati dengan Satria. Emosinya sering meledak-ledak di waktu yang tidak tepat. "Marsya, kamu diam! Mama minta kamu anterin mama, bukan komentar tentang apa yang mama perbuat!" bentak Mamanya Satria."Mama selalu belaain dia, lebihnya apa, sih?" Marsya merengut kesal."Jangan banyak tanya, jantung mama bisa kumat melihat tingka
Read more

Satria Sakit

GAIRAH CINTA TERLARANG PART 63Beberapa menit kemudian, mobil yang aku kendarai telah memasuki halaman rumah ayah. Aku turun lalu membuka pintu untuk mama. Kutuntun mama berjalan untuk masuk ke dalam rumah. Ibu terkejut melihat mama bersamaku.Ibu mengajak mama duduk di sofa. aku melangkah ke belakang untuk membuatkan minum untuk Mama. Beberapa menit kemudian, aku kembali dengan segelas teh manis hangat di tanganku. Berjalan cepat menuju tempat Mama duduk dengan Ibu."Silahkan diminum, Ma!" Aku menyerahkan gelas kepada Mama. Walaupun Satria berubah kejam. Namun, mamanya tetap seperti dulu. Tatapan cintanya tidak pernah berubah untukku. "Terimakasih!" Mama meraih gelas dari tanganku.Ibu menanyakan tentang perjumpaan kami. Aku pun mencerita awal pertemuan dengan mamanya Satria di restoran. "Bu, kedatangan saya ke sini, ingin meminta izin untuk membawa anak-anak dan Tania ke rumah. Satria sakit, Bu. Sudah dua hari dia
Read more

Akun F* Karmila

GAIRAH CINTA TERLARANGPART 64Aku duduk memperhatikan Mama bermain dengan anak-anak. Bulir bening menetes di sudut mata indahku. Kemelut antara aku dengan Papa mereka  menyebabkan anak-anak akan jarang bertemu dengan Omanya.Puas bermain dengan anak-anak, Mama Rina pamit pulang. Dia mengemudi seorang diri, Marsya pun tidak dapat lagi di andalkan. Sikapnya sangat aneh sejak Satria ketahuan selingkuh dengan Karmila. Hari ini pun sama, emosinya meledak, saat, dia tahu Satria telah menikahi Talitha.Aku melanjutkan menghabiskan waktu senggangku dengan anak-anak. Melihat kecerian mereka membuat rasa sakit dan rasa bahagiaku bercampur dalam satu palung hati.Ujian yang Allah beri terlalu berat untuk aku lewati seorang diri. Bisikan-bisikan halus yang menyesatkan seringkali terdengar di indera pendengarku.**
Read more

Thalitha ditangkap

GAIRAH CINTA TERLARANGPART 65Tok ... tok ... tok ...!"Tania!"Pintu kamarku diketuk dengan cukup keras. Sayup terdengar suara Ibu memanggilku. Membuka mata perlahan, mata melirik baru jam delapan pagi. Setelah shalat subuh, aku kembali tidur, beban yang aku tampung memenuhi pikiranku. Sehingga, kepalaku sering pusing.Kugeser tubuhku perlahan, menyibak selimut tebal yang menjadi penghangat tubuhku. Menyeret langkah ke arah pintu."Ada apa, Bu?" tanyaku dengan wajah yang masih mengantuk."Ada Revan di bawah," jawab Ibu pelan.Mendengar nama Revan mataku terbuka lebar. Rasa kantukku seketika menghilang. Bukan aku bahagia karena hal yang lain. Namun, kedatangan Revan yang aku tunggu untuk mengetahui kabar kasus Roby."Dia dimana sekarang, Bu?" tanyaku lagi, kepalaku celingak-celinguk
Read more

Thalitha di Penjara

PART 66Naluriku mengatakan keanehan masih terjadi pada kasus Roby. Firasatku mengatakan bukan hanya Thalitha yang terlibat dalam kasus kematian Roby. "Sejauh ini, belum ada tersangka lain dalam kasus ini, Tan," jawab Revan. Dia menatapku tajam. Hari ini ada rasa aneh yang terasa dalam diri. Tatkala netranya beradu dengan netraku."Hmmm ...! Kita ke tempat Thalita sekarang, Ya!" ajakku pada Revan yang masih duduk santai."Kemarin, kamu chat aku, mau bicarain apa, Tan?" tanyanya padaku."Mau bahas kalung Thalita, tapi ya sudahlah, orangnya juga sudah tertangkap. Aku ambil tas dulu di atas," ujarku seraya berlari menaiki tangga."Aku tunggu di mobil, Tan!" teriak Revan.Tidak lama kemudian aku turun menuju mobil Revan."Tania!" Suara Ayah memanggilku. Langkahku terhenti dan menoleh pada Ayah."Mau kemana kamu, Nak?" tanya Ayah padaku."Mau pergi sebentar sama Revan, Yah, ada masalah yang harus Tania selesaikan
Read more

Talitha Histeris

PART 67Revan menatap marah ke arah Thalita."Jawab saya yang ditanya Tania, jangan berlagak seperti orang gila!" tegas Revan emosi. Sorot mata elangnya sangat menakutkan."Kalian itu siapa, hah? Suka sekali mencampuri urusan orang lain, najis!" maki Talitha. Wajah Revan terlihat memerah. Beruntung yang di hadapannya seorang perempuan. Andaikan lelaki, maka bisa dipastikan tinjunya akan melayang tanpa perintah."Kalian lihat saja, suamiku akan mengeluarkanku dari sini, setelah itu, kalian akan aku habisi satu persatu," ujar Talitha dengan setengah berbisik.Raut wajahku seketika berubah, bukan ketakutan yang jadi penyebabnya. Akan tetapi, emosi karena ingin aku gampar wajah kusamnya. Beraninya dia mengancamku dan keluargaku. Wanita dihadapanku sudah dikuasai napsu buta."Dasar wanita tidak tahu malu, sudah berbuat keji, masih saja berlagak sombon
Read more

Mejengguk Satria

Part 68Aku mengikuti Revan yang berjalan keluar menuju mobil. Dalam setiap langkah, bayangan kesakitan masih saja membayangi."Hey, jangan ngelamun. Ayo naik!" Lagi-lagi, aku terkejut dengan perintah Revan berikan. Akhir-akhir ini, aku sering melamun karena beban yang menyesaki otak dan pikiran."Tania!" Panggil Revan pelan saat kami sudah di dalam mobil."Iya, Van," jawabku."Sidang perceraian kamu minggu depan, kamu sudah siap, Tan?" tanya Revan padaku."Siap nggak siap, harus siap!" Aku memandang lurus ke depan. Berbagai bayangan memenuhi kepalaku."Kamu masih mencintai Satria, Tan?" Pertanyaan Revan membuatku tidak nyaman."Nggak!" Bohongku, meski, di dasar hati, Satria masih ada bekasnya di hatiku."Sidang pertama mediasi antara kamu dan Satria. Perlu aku temenin, Tan?" tanya Re
Read more

Tertusuk Pisau

Part 69Plaaak ...! Tangannya mendarat kesekian kali di wajahku.Plaaak ...! Plaaaak ...! "Tidak punya akhlak kamu, Sya. selama ini aku diam, aku tidak mau terlihat bodoh di mata orang dengan meladeni wanita gila seperti kamu. Aku diam, kamu makin melunjak!" Kudorong tubuhnya menjauh dariku. Dia memegang kedua belah pipinya."Marsya, aku tidak tahu alasannya kau membenciku akhir-akhir ini ...""Dari dulu aku sudah membencimu, Tania!" teriaknya tertahan."Tania! Marsya!" Suara Mama Rina semakin mendekat."Iya, Ma," jawabku.Marsya merubah ekspresi wajahnya. "Jangan pernah main tangan denganku lagi!" tegasku pada Marsya yang masih menatapku dengan pandangan Sarkas."Tania, kita ke atas jenguk Satria!" Ajak Mama Rina.Aku mengikuti Mama Rina. Membiarkan Marsya meredakan emosi yang meledak-ledak dalam jiwanya. Sesampai di atas, orangtuaku dan Revan sudah terlebih dulu berad
Read more

Jebakan

Part 70Aku meraung histeris dengan situasi yang sangat mencekam. Revan berusaha menenangkanku. Namun, bagaimana aku bisa tenang dengan lumuran darah di tangan dan pakaian yang aku kenakan. "Tenang Tania," bisik Revan di telingaku."Tania! Apa yang kamu lakukan pada Satria?!" teriak mama Rina dengan nada membentak. Sorot matanya mengintimidasi. Tubuhku semakin bergetar hebatLidahku kelu tidak mampu berucap, Revan memegang pundakku dan menuntunku ke tempat Ibu berdiri. Tubuh ibu kaku dengan ekspresi panik. "Jaga Tania," pinta Revan pada Ibuku.Revan dan Ayah mengangkat tubuh Satria. Membawanya ke bawah untuk di bawa ke rumah sakit."Awas kamu Tania, kalau kamu tidak mau balikan sama anak saya, bukan begini caranya!" Hatiku sakit mendengar penuturan wanita paruh baya di hadapanku. Namun, tidak ada bantahan karena detak jantungku hampir meledakkan dadaku. "Ini buka  salah Tania," bela Ibu yang tidak tahu ap
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status