Home / CEO / GAIRAH CINTA TERLARANG / Akun F* Karmila

Share

Akun F* Karmila

Author: Novi Aprilia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

GAIRAH CINTA TERLARANG

PART 64

Aku duduk memperhatikan Mama bermain dengan anak-anak. Bulir bening menetes di sudut mata indahku. Kemelut antara aku dengan Papa mereka  menyebabkan anak-anak akan jarang bertemu dengan Omanya.

Puas bermain dengan anak-anak, Mama Rina pamit pulang. Dia mengemudi seorang diri, Marsya pun tidak dapat lagi di andalkan. Sikapnya sangat aneh sejak Satria ketahuan selingkuh dengan Karmila. Hari ini pun sama, emosinya meledak, saat, dia tahu Satria telah menikahi Talitha.

Aku melanjutkan menghabiskan waktu senggangku dengan anak-anak. Melihat kecerian mereka membuat rasa sakit dan rasa bahagiaku bercampur dalam satu palung hati.

Ujian yang Allah beri terlalu berat untuk aku lewati seorang diri. Bisikan-bisikan halus yang menyesatkan seringkali terdengar di indera pendengarku.

**

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Thalitha ditangkap

    GAIRAH CINTA TERLARANGPART 65Tok ... tok ... tok ...!"Tania!"Pintu kamarku diketuk dengan cukup keras. Sayup terdengar suara Ibu memanggilku. Membuka mata perlahan, mata melirik baru jam delapan pagi. Setelah shalat subuh, aku kembali tidur, beban yang aku tampung memenuhi pikiranku. Sehingga, kepalaku sering pusing.Kugeser tubuhku perlahan, menyibak selimut tebal yang menjadi penghangat tubuhku. Menyeret langkah ke arah pintu."Ada apa, Bu?" tanyaku dengan wajah yang masih mengantuk."Ada Revan di bawah," jawab Ibu pelan.Mendengar nama Revan mataku terbuka lebar. Rasa kantukku seketika menghilang. Bukan aku bahagia karena hal yang lain. Namun, kedatangan Revan yang aku tunggu untuk mengetahui kabar kasus Roby."Dia dimana sekarang, Bu?" tanyaku lagi, kepalaku celingak-celinguk

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Thalitha di Penjara

    PART 66Naluriku mengatakan keanehan masih terjadi pada kasus Roby. Firasatku mengatakan bukan hanya Thalitha yang terlibat dalam kasus kematian Roby."Sejauh ini, belum ada tersangka lain dalam kasus ini, Tan," jawab Revan. Dia menatapku tajam. Hari ini ada rasa aneh yang terasa dalam diri. Tatkala netranya beradu dengan netraku."Hmmm ...! Kita ke tempat Thalita sekarang, Ya!" ajakku pada Revan yang masih duduk santai."Kemarin, kamu chat aku, mau bicarain apa, Tan?" tanyanya padaku."Mau bahas kalung Thalita, tapi ya sudahlah, orangnya juga sudah tertangkap. Aku ambil tas dulu di atas," ujarku seraya berlari menaiki tangga."Aku tunggu di mobil, Tan!" teriak Revan.Tidak lama kemudian aku turun menuju mobil Revan."Tania!" Suara Ayah memanggilku. Langkahku terhenti dan menoleh pada Ayah."Mau kemana kamu, Nak?" tanya Ayah padaku."Mau pergi sebentar sama Revan, Yah, ada masalah yang harus Tania selesaikan

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Talitha Histeris

    PART 67Revan menatap marah ke arah Thalita."Jawab saya yang ditanya Tania, jangan berlagak seperti orang gila!" tegas Revan emosi. Sorot mata elangnya sangat menakutkan."Kalian itu siapa, hah? Suka sekali mencampuri urusan orang lain, najis!" maki Talitha. Wajah Revan terlihat memerah. Beruntung yang di hadapannya seorang perempuan. Andaikan lelaki, maka bisa dipastikan tinjunya akan melayang tanpa perintah."Kalian lihat saja, suamiku akan mengeluarkanku dari sini, setelah itu, kalian akan aku habisi satu persatu," ujar Talitha dengan setengah berbisik.Raut wajahku seketika berubah, bukan ketakutan yang jadi penyebabnya. Akan tetapi, emosi karena ingin aku gampar wajah kusamnya. Beraninya dia mengancamku dan keluargaku. Wanita dihadapanku sudah dikuasai napsu buta."Dasar wanita tidak tahu malu, sudah berbuat keji, masih saja berlagak sombon

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Mejengguk Satria

    Part 68Aku mengikuti Revan yang berjalan keluar menuju mobil. Dalam setiap langkah, bayangan kesakitan masih saja membayangi."Hey, jangan ngelamun. Ayo naik!" Lagi-lagi, aku terkejut dengan perintah Revan berikan. Akhir-akhir ini, aku sering melamun karena beban yang menyesaki otak dan pikiran."Tania!" Panggil Revan pelan saat kami sudah di dalam mobil."Iya, Van," jawabku."Sidang perceraian kamu minggu depan, kamu sudah siap, Tan?" tanya Revan padaku."Siap nggak siap, harus siap!" Aku memandang lurus ke depan. Berbagai bayangan memenuhi kepalaku."Kamu masih mencintai Satria, Tan?" Pertanyaan Revan membuatku tidak nyaman."Nggak!" Bohongku, meski, di dasar hati, Satria masih ada bekasnya di hatiku."Sidang pertama mediasi antara kamu dan Satria. Perlu aku temenin, Tan?" tanya Re

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Tertusuk Pisau

    Part 69Plaaak ...!Tangannya mendarat kesekian kali di wajahku.Plaaak ...! Plaaaak ...!"Tidak punya akhlak kamu, Sya. selama ini aku diam, aku tidak mau terlihat bodoh di mata orang dengan meladeni wanita gila seperti kamu. Aku diam, kamu makin melunjak!" Kudorong tubuhnya menjauh dariku. Dia memegang kedua belah pipinya."Marsya, aku tidak tahu alasannya kau membenciku akhir-akhir ini ...""Dari dulu aku sudah membencimu, Tania!" teriaknya tertahan."Tania! Marsya!" Suara Mama Rina semakin mendekat."Iya, Ma," jawabku.Marsya merubah ekspresi wajahnya."Jangan pernah main tangan denganku lagi!" tegasku pada Marsya yang masih menatapku dengan pandangan Sarkas."Tania, kita ke atas jenguk Satria!" Ajak Mama Rina.Aku mengikuti Mama Rina. Membiarkan Marsya meredakan emosi yang meledak-ledak dalam jiwanya.Sesampai di atas, orangtuaku dan Revan sudah terlebih dulu berad

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Jebakan

    Part 70Aku meraung histeris dengan situasi yang sangat mencekam. Revan berusaha menenangkanku. Namun, bagaimana aku bisa tenang dengan lumuran darah di tangan dan pakaian yang aku kenakan."Tenang Tania," bisik Revan di telingaku."Tania! Apa yang kamu lakukan pada Satria?!" teriak mama Rina dengan nada membentak. Sorot matanya mengintimidasi. Tubuhku semakin bergetar hebatLidahku kelu tidak mampu berucap, Revan memegang pundakku dan menuntunku ke tempat Ibu berdiri. Tubuh ibu kaku dengan ekspresi panik."Jaga Tania," pinta Revan pada Ibuku.Revan dan Ayah mengangkat tubuh Satria. Membawanya ke bawah untuk di bawa ke rumah sakit."Awas kamu Tania, kalau kamu tidak mau balikan sama anak saya, bukan begini caranya!" Hatiku sakit mendengar penuturan wanita paruh baya di hadapanku. Namun, tidak ada bantahan karena detak jantungku hampir meledakkan dadaku."Ini buka salah Tania," bela Ibu yang tidak tahu ap

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Di Tangkap

    Part 71"Sabar, sayang!" Ibu memelukku erat seraya menyeka air mataku dengan jemarinya.Revan berhenti di depan sebuah rumah sakit elit di daerah tempat tinggal Satria. Dia turun dan membukakan pintu untukku dan Ibu. Baru saja kuturunan kakiku menginjak tanah, kepalaku mendadak pusing.Brruuukk ...!Tubuhku terjatuh menghantam lantai semen depan rumah sakit, sayup terdengar suara Ibu dan Revan memanggilku.****Aku terbangun dengan kepala yang masih sangat sakit, di tangan sebelah kiriku sudah menancap cairan kehidupan. Sudah pasti aku sedang berbaring di ranjang pesakitan.Kuedarkan pandangan ke sekitar ruangan, tidak ada satu orang pun yang menungguiku. Kemana Revan dan orangtuaku? Kenapa mereka meninggalkan aku seorang diri? Bagaimana keadaan Satria?Ribuan pertanyaan telah disiapkan memori untuk bertanya kepada

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Kantor Polisi

    Part 72"Apa ... Tania akan dibawa ke penjara, Van?" tanya Ayah seakan tidak percaya apa yang Revan ucapkan."Iya, Yah, Marsya sudah membuat laporan," jawab Revan seraya menghempaskan badannya. Aku diam tidak mampu berucap."Tidak bisa ... tidak bisa, Nak, Tania tidak bersalah, tidak bisa!" Ibu mendekat dan memelukku erat, dia membelai wajahku lembut."Tenang, Nak!" Ibu membingkai wajahku dengan kedua tanganku.Suasana mendadak hening, aura kegelapan sedang menghampiriku, ujianku bertambah lagi. Aku tidak tahu sanggup atau tidak menghadapinya."Sebentar lagi Tania akan dibawa ke kantor polisi, Yah," ujar Revan dengan mengusap kasar wajahnya."Tidak akan aku biarkan mereka membawa anakku, tidak akan!" teriak Ayah emosi."Yah, dengarkan Revan, kalau Ayah sayang sama Tania, Ayah harus kooperatif dengan apa yang pihak kepolisian katakan, jangan membantah ....""Tidak, anakku tidak bersalah, Van, mereka tidak bisa

Latest chapter

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Ending

    Part 143"Pak Revan, Bu Marsya perlu penanganan kejiwaaan," suara yang terdengar dari ponsel Revan."Baik, sebentar lagi kami ke sana," ujar Revan dengan helaan nafas.Awalnya Revan melarangku. Namun, setelah aku membujuknya , lelaki tampanku mengizinkanku ikut bersamanya."Apa mungkin Marsya gila?" tanyaku pada Revan, saat kami berada di dalam mobil."Mungkin saja, kita belum tahu kejelasannya."Kasian Marsya," lirihku."Nggak usah kasihan sama orang seperti Marsya. Dia pantas mendapatkannya," sahut Revan cepat.Setengah jam perjalanan, mobil Revan memasuki halaman kantor polisi di daerah rumah Ayah. Untuk kesekian kalinya menginjakkan kaki di tempat ini. Dalam situasi yang berbeda.Pihak kepolisian mengajak kami menuju ruangan sel Marsya. Kondisinya sangat menyedihkan. Dia meringkuk di sudut ruangan, tubuhnya terlihat lebih kurus dari biasanya. Langkah kaki kami yang semakin mendekat mengusik alam khayalnya."Tania, akhirnya kau datang menemuiku, apa kabar Kakak Iparku yang paling bo

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Menuju Akhir

    Part 142 Air mata ini mengalir, bukan karena takut atau kecewa. Akan tetapi, karena bahagia melihat semangat Revan untuk mengukir senyum di wajahku."Kalian lihat istriku, wanita tegar dan hebat. Dia masih bisa berdiri tegar, setelah beragam prahara menguncang jiwanya. Saya mendengar ada beberapa yang berbicara miring tentang istri saya. Perlu kalian ketahui yang kalian katakan itu semuanya benar. Dia ....""Cukup, Van!" teriakku seraya melangkah menaiki panggung utama.Semua mata menatapku dengan berbagai tatapan yang tidak mampu aku definisikan. Kuberanikan diri meraih mikrofon di tangan Revan. Awalnya Revan ragu memberikannya padaku. Namun, aku meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja."Tentunya kalian bertanya-tanya dalam benak kalian, mengapa seorang Revan Adiwiguna menikah seorang janda sepertiku. Ya ... aku seorang janda dengan tiga orang anak, yang dua anakku meninggal karena polemik yang tercipta oleh suamiku terdahulu. Dan wanita tadi, dia adalah adik iparku "Marsya". Adiknya

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Ungkapan yang Ditunggu

    Part 141Brruuuukk!Tubuh Revan terjatuh, ujung sepatunya menyentuh sisi karpet merah yang terbentang antara pintu keluar sampai ke depan panggung utama."Tania, awas!" teriak Revan seraya mencabut pistol di pinggangnya.Aku mencoba berlari menjauh, tapi gaun yang kukenakan menghalangi langkahku.Dor!Aaaaaaaa!Suara letusan senjata, di ikuti teriakan wanita di belakangku. Belati di tanganya terjatuh ke atas rumput, terlihat kilatan cahaya yang menandakan ketajamannya. Suara riuh para tamu undangan mengema memekakkan telinga. Revan bangkit, berlari merengkuh tubuhku yang kaku."Sayang, kamu tidak apa-apa, 'Kan?" tanyanya panik seraya meraba setiap inci tubuhku. Aku mengeleng pelan, wajah panik tergambar nyata di wajahku.Beberapa anggota polisi yang berjaga-jaga berlarian menerobos kerumunan para tamu undangan. Revan beranjak mendekati wanita yang sedang meringgis kesakitan akibat terkena pelurunya. Wanita itu berusaha bangkit, tangannya meraih belati yang tergeletak di atas rumput."

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Siapa yang Tertusuk Pisau?

    Part 140Seiring berjalannya waktu, cinta tidak kunjung saya utarakan. Tania bersikap layaknya sahabat sejati untuk saya, membantu biayai kuliah, membuatkan makanan kesukaan saya. Semua dia lakukan yang terbaik untuk saya, begitu juga saya selalu pasang badan untuk membuatnya bahagia. Namun kembali ke awal, label sahabat yang tercipta. Semakin hari, cinta saya semakin dalam untuknya. Akan tetapi rasa tidak pantas terus saja mendera hati. Hingga, jantung saya seperti berhenti berdetak tatkala Tania mengenalkan lelaki yang dulu menjadi suaminya. Dunia saya hancur, terpuruk dalam.Tegar ... sikap itulah yang saya tunjukkan padanya. Saya sempat percaya akan kalimat "AKU JUGA BAHAGIA ASAL DIA BAHAGIA" , tapi kenyataanya saya kalah, kalah pada perasaan sendiri. Memilih lari dari pada mati melihatnya menjadi milik orang lain." Revan menjeda ucapannya. Dia menatapku penuh cinta, para tamu diam tanpa bicara, acara begitu terasa sakral."Terima kasih," bisikku pelan."Boleh kah saya melanjutkan

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Bahagia yang Terusik

    Part 139Kami bergerak menuju ruangan CCTV, degup jantungku tidak tenang. Kenapa masih ada yang mengangguku? Padahal aku tidak pernah menganggu orang.Suami tampanku mengotak-atik isi di dalam layar monitor, mata awasku mengamati setiap pegerakan gambar yang tertera di layar monitor. Beberapa menit melihat secara rinci, tapi tidak ada yang terlihat membawa gaunku."Aaaaarrrrggghhh! Kenapa Tuhan terus mengujiku dengan begitu banyak masalah? Salah aku apa, hah?!" teriakku histeris. Kepalaku tidak sanggup memikirkan beban berat yang menyerang otakku.Mama memelukku erat, keringat dingin memabasahi tubuhku. Ini masih pagi, tapi hawa panas menyelimutiku. Tubuhku gemetar, wajahku mendadak pias, bermacam pikiran mengitari kepalaku."Van, gimana, ni?" tanya mama saat melihatku tersungkur dilantai.Terlihat Revan mengusap wajahnya kasar, menarik nafas dalam lalu membuangnya. Dia mondar-mandir di hadapanku, wajahnya panik, terlihat kekecewaan di wajahnya."Mama jaga Tania, Revan mau ke bawah se

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Hilangnya Gaun Pegantin

    Part 138Malam ini semua orang di rumah di sibukkan dengan berbagai pekerjaan untuk menyambut acara besok pagi. Rumah Ayah sudah di sulap bak negeri dongeng, dekorasi sungguh sangat sempurna. Melihat semua yang Revan persiapkan untukku membuatku takjub.Bersujud syukur kepada Allah menganugerahi lelaki yang mampu menjadi imam yang baik untukku. Suasana hati tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata. Bahagia yang tiada duanya, meski ini bukan yang pertama."Tidak lama lagi kalian akan jauh dari kami," ujar Mama dengan raut wajah sedih."Ma ... kita 'kan bisa VC, telpon-telponan, lagian belum tentu kami selamanya di sana," ujarku lembut seraya membelai pundaknya Mama yang mulai terisak."Mama cuma sedih jauh dari kalian, tapi ... mama bisa apa, ini yang terbaik untuk kehidupan kalian, biarkan mama menanggung rindu ini seorang diri sampai waktu mempertemukan kita lagi," ujar mama seraya menyeka air mata di wajah senjanya."Maafkan Tania, Ma. Kehadiran Tania membuat Revan menjauh dari Mama

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Menjelang Hari H

    part 137"Orang dalam? Memangnya siapa yang Mama curigai?" tanya Revan, matanya berbalik menatapku."Ya ... Mama juga tidak tahu siapa," ujarku pelan."Kalau nggak tahu, nggak boleh curiga dosa yang ada," pungkas Revan.Aku hanya mengangguk pelan, meski rasa penasaran masih di bertahta di hati. Revan memintaku untuk lebih waspada dalam menjaga Arisya dan diriku sendiri. Sangat tidak enak hidup di penuhi rasa was-was yang membuat gerak dan ruang lingkup kita terbatas.Mau tidak mau, hal itu yang harus aku lakukan untuk sementara ini. Berbagai prahara yang terjadi membuatku takut dalam menghadapi dunia, melihat keramaian saja membuat pikiranku tidak tenang.****Hari ini membongkar barang-barang di dalam lemari. Memilih beberapa barang dan pakaian yang akan aku bawa ke Amerika.Banyak sekali barang-barang yang aku bawa pulang dari rumahku dulu. Ratusan sepatu dan tas pemberian Satria masih tersimpan rapi. Sangat tidak masuk akal jika aku membawa semuanya ke Amerika. Yang ada pesawatnya

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Teror

    part 136Aku berjalan setengah berlari menuju ke luar Mall. Puluhan orang sudah berkerumun di pos satpam."Dasar wanita gila!" teriak lelaki dalam kerumunan."Tangkap saja!""Bunuh!"Beragam teriakan dan hujatan terdengar dari warga yang berkerumun. Suara tangisan Arisya mengema di antara riuh suara kerumunan manusia."Maaf! Permisi!" teriak Revan meminta jalan di antara kerumunan warga.Aku berhasil mencapai ke dalam ruangan. Ku lihat Arisya dalam pelukan lelaki yang tidak aku kenali. Secepat kilat, ku raih Arisya kecilku. Kudekapnya erat, kuciumi wajahnya berkali-kali. Meringsek menuju sudut ruangan.Revan meraih tubuhku dan mendekap erat memberikan kenyaman yang sejenak yang sempat hilang."Van, ini wanita yang bersama anak kamu," ujar lelaki yang memegang Arisya tadi.Aku menyerahkan Arisya pada Revan, mataku beralih menatap benci ke arah wanita yang mengunakan cadar di hadapanku."Kamu siapa, hah? Kenapa kau mengambil anakku?" tanyaku berusaha menahan emosi.Wanita di hadapanku d

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Benarkah Marsya kembali?

    part 135Kami berkumpul di meja makan, sarapan pagi sebelum kami kembali ke rumah ayah. Mama sudah mempersiapkanya sebelum aku turun ke dapur."Makan yang banyak, biar mama cepat dapat cucu baru," ujar mama dengan senyum merekah, membuatku salah tingkah dan hampir tersedak."Mama mau punya berapa cucu," ujar Revan seraya memasukkan roti ke mulutnya, dengan sengaja kuinjak kakinya di bawah kolong meja."Ooooouuucch!" pekik Revan."Kenapa, Van?" tanya papa dengan wajah serius.Revan melirik ke arahku, ku balas tatapannya dengan raut wajah mengancam."Nggak apa-apa, Pa," ujar pelan."Mama pingin punya cucu 12 orang, pasti lucu-lucu, ya 'kan, pa?" ucapan mama di sambut gelak tawa papa dan Revan. Giliran aku yang meringis."Seru tu, Ma. Di buat tim sepak bola," ujar Revan dengan cengiran di sudut bibirnya."Iya, seru pastinya!" mama tertawa bahagia.Kami melanjutkan sarapan dengan suka cita. Kebersamaan yang tidak akan terlupakan. Banyak wejangan yang diberikan orang tua Revan untuk kami

DMCA.com Protection Status