Home / Romansa / DIAMNYA ISTRIKU / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of DIAMNYA ISTRIKU: Chapter 1 - Chapter 10

216 Chapters

Bab 1

  Beberapa hari belakangan ini, aku perhatikan, Indah istriku lebih banyak diam. Tak seperti biasanya sangat bawel dan cerewet serta penuh perhatian. Tapi sudah hampir seminggu ini, dia lebih banyak mendiamkanku. Entah apa penyebabnya.   Sore ini, selepas pulang kerja Indah tak mau menyapaku. Padahal aku sudah menghampirinya yang tengah duduk termenung di bangku taman belakang rumah.   "Ma, Papa pulang," sapaku. Namun, wanita yang sudah 10 tahun menemaniku itu hanya terdiam. Sejenak ia menoleh ke arahku kemudian bergegas masuk ke dalam rumah. "Ada apa ini?" batinku bertanya. Tak perlu pikir panjang, aku pun menyusulnya ke dalam.   Trakt! Aku coba membuka gagang pintu, sesampainya aku di depan kamar. Namun, pintu itu tidak dapat terbuka. Indah menguncinya dari dalam.&nb
Read more

Bab 2

"Apa pertanyaan untuk apa yang aku inginkan masih berlaku?" ucapnya menatap kedua bola mataku. Ada kesedihan mendalam di wajah wanita yang sudah 10 tahun mendampingiku itu.  "Iya, Ma. Apapun itu. Asal Mama jangan mendiamkan Papa seperti itu!. Papa sayang sama Mama. Sangat," ucapku hendak meraih tubuh Indah ke pelukanku. Namun, wanita itu langsung menghindarinya.  "Jawab permintaan aku dulu," singkatnya tanpa embel-embel Mama ataupun Papa. "Katakan, Ma." "Batalkan pernikahan Papa dan Maya. Apa Papa bersedia?" pintanya membuat tenggorokanku tercekat.  Sejenak aku terdiam tidak langsung menjawab permintaannya. Ini tidaklah mungkin. Semua keperluan pernikahan sudah disiapkan. Undangan juga sudah disebar. Lantas bagaimana mungkin aku membatalkan pernikahan ini. Aku tidak mungkin bisa melakukannya. Itu sama saja
Read more

Bab 3

BAB 3 "Mas gimana masih nggak mau buka pintu istri pertamamu? Ya sudahlah biarkan saja. Kan masih ada aku," ucap Maya yang tiba-tiba saja membuatku dongkol.  "Kalau dia mau buka pintu, aku tidak mungkin masih di sini! Kalau bertanya itu yang pakai logika kenapa!" bentakku membuat Maya terdiam. Tak peduli apa yang dia pikirkan.  "Minggir kamu! Aku mau dobrak pintunya!" pintaku dengan nada suara yang meninggi. Tampak mata Maya berkaca-kaca. Tapi, aku tak memperdulikannya karena fokusku saat ini ada pada Indah.  Maya menyingkir, aku pun mulai mengambil ancang-ancang. Satu, dua, dan… Brak!Brak!Brak!Akhirnya setelah m
Read more

Bab 4

Bab 4 "Mas! Bangun, Sayang. Udah siang. Kamu hebat banget. Aku makin cinta sama kamu," puji Maya. Seumur-umur, Indah tidak pernah memuji kehebatanku seperti ini.  "Hem… udah jam berapa ini?" tanyaku. Hari ini sengaja bangun siang karena kami tidak berniat untuk pergi ke kantor. Maklum, pengantin baru.  "Jam sepuluh, Sayang. Perut aku krutuk-krutuk. Kayaknya lapar. Hehheeh," tawa Maya sambil memegangi perutnya.  "Mau mandi dulu apa sarapan dulu?" tanyaku.  "Mandi dulu lah, Mas. Keramas dulu. Oh iya, memang ada makanan?" tanyanya.  "Jangan khawatir kalau soal itu. Indah pasti sudah menyiapkan seperti biasanya. Dia pasti memaklumi kita
Read more

Bab 5

"Aku nggak nyangka, Mas. Kamu bisa semarah itu sama Indah," ucap Maya.  "Biar saja, May. Biar dia tahu diri. Memang wanita tak pandai bersyukur. Sudah dikasih hidup enak malah bertingkah. Apa susahnya sih membiarkanku menikah lagi? Toh aku bisa memberikannya nafkah. Aku memiliki uang yang bisa menjamin hidupnya. Cuma tinggal jadi istri saja kok banyak mau." "Masa Mas setega itu sih. Sampai rumah yang ditempati orang tua Indah harus diambil kasian mereka, Mas." "Tidak sudi dan tidak ikhlas hartaku dibagi untuknya. Kalau sudah cerai, ya mereka tidak punya hak apapun. Yang kerja aku, semua yang ada milikku. Mending punya anak, bisa untuk anak. Nggak ada anak ya nggak punya hak lah!"   "Masih mending biaya untuk kuliahnya dia aku tidak minta ganti rugi. Biaya ku
Read more

Bab 6

POV INDAH "Katanya mau minta tolong?" ujar Haris lagi. "Kok kaya kebanyakan mikir?" lanjutnya. "Katakan, Ndah. Jangan malu-malu. Kalau kami bisa bantu, akan kami bantu." Tiba-tiba saja Reyhan datang dan langsung menimpali. Pemuda dingin itu langsung duduk di sampingku membuat mata Haris nyaris membulat sempurna.  "Kenapa lo liatin gue segitunya?" tanya Reyhan.  "Nggak ada si, Rey. Cuma bingung aja. Tumben gitu," jawab Haris.  "Kamu katakan apa yang bisa kami bantu?" Kali ini Reyhan yang bertanya.  "Mau minta tolong aja ribet banget kamu, Ndah. Ngomong aja. Nggak usah nggak enak-enakan!" lanjutnya lagi. Ya Allah, jutek banget Reyha
Read more

Bab 7

POV DANANG Pagi ini aku sangat senang sekali hatinya. Buru-buru aku meminta Maya bersiap. Mengajaknya untuk segera pergi ke kampung mantan mertuaku itu. Tahukah kalian untuk apa? Jelas untuk mempermalukan keluarga Indah di sana. "Bangun dong, Sayang. Mandi cepat," ujarku mencubit hidungnya yang mungil dan mancung itu. Malam ini Maya benar-benar luar biasa. Perempuan itu memang sangat berbeda sekali.  "Aku masih ngantuk, Mas," ucapnya sembari memanyunkan bibir. Persis sekali seperti anak kecil.  "Mas mau pergi ke kempung orang tua Indah. Mas mau usir mereka. Memang kamu tidak ingin lagi melihat kampung itu?"  "Kamu serius mau usir mereka? Kasihan, Mas. Lagi pula itu kan tanah orang tua Indah yang aku tahu. Tak la
Read more

Bab 8

POV DANANGKenapa rumah ini terasa begitu sunyi. Sangat sunyi dan tidak seperti biasanya. Kemana penghuninya berada.  "Bu! Ibu!" Aku terus memanggil mantan mertuaku itu. Tapi tak kunjung dibuka pintunya. Dari menekan bel hingga gedoran pintu cukup keras tidak ada yang membukanya. "Sial!" gumamku. Karena sangking kesalnya, akhirnya pintu rumah itu kutendang sekencang mungkin.  "Buka! Woy! Pada mati nggak ketahuan kali ya!" teriakku lagi. Entah kenapa, setelah mentalak Indah, hilang juga rasa hormatku pada mereka.  "Assalamualaikum," terdengar suara mengucap salam. Aku dan Maya menoleh ke sumber suara itu. Berat rasanya menjawab salamnya. Lagian moodku juga sedang tidak bagus. "Walaikumsalam," jawab Maya lirih. "Eh Bu Endah," s
Read more

Bab 9

POV MAYA Sebenarnya aku senang Mas Danang berbuat sedemikian itu pada Indah. Aku juga senang pada akhirnya Indah Pergi. Aku jadi tidak memiliki saingan lagi. Karena jelas aku menjadi istri satu-satunya. Istri Mas Danang. Sudah kaya, tampan pula. Tapi …..Tapi yang aku takutkan Mas Danang akan memperlakukan aku seperti Indah. Wajah tampan yang terlihat kalem ternyata hatinya seperti itu. Mengerikan juga. Aku tidak boleh bodoh seperti Indah harus selangkah lebih maju.  Jujur aku mencintai Mas Danang. Aku bahagia dia bisa menjadi suamiku. Meskipun aku jadi yang kedua, toh aku yakin bisa sepenuhnya mendapat kasih sayang dari Mas Danang. Sebab, istri pertamanya itu kan tidak bisa memberikan keturunan. Sedangkan Mas Danang sangat menginginkan seorang anak. Hanya saja, baru sehari aku menjadi istri Mas Danang,
Read more

Bab 10

POV INDAH "Gue jalan dulu, Bos," ucap Haris dengan raut wajah meledek. Entah apa maksudnya. Reyhan tak menjawab dan memilih untuk menghabiskan roti bakarnya.  "Si Reyhan kenapa, Ris. Aneh ya? Kadang baik, kadang judes. Kayak orang angot-angotan gitu," lirihku setengah berbisik. Haris terlihat cekikikan.  "Jangan begitu, Ndah. Kayak baru kenal Reyhan aja," ujarnya. Aku hanya menganggukan kepala.  "Kalau mau berangkat kerja, berangkat aja! Nggak usah ghibahin saya!" sungutnya sembari berjalan cepat. Padahal tadi dia masih makan roti bakar. Cepet banget tiba-tiba sudah ada di belakang. Aku sedikit merasa tak enak. Sementara Haris hanya menertawakannya.  Saat kami sampai di mobil, Reyhan yang sudah berada di da
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status