Beranda / Romansa / DIAMNYA ISTRIKU / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab DIAMNYA ISTRIKU: Bab 21 - Bab 30

216 Bab

Bab 21

POV DANANG Sebelumnya….Kring ...kring ….kring ….Hendra langsung mengangkat telepon kantor. "Apa?!" ucap Hendra membuatku semakin deg-degan. "Ada apa, Hend?" Namun Hendra mengabaikan ucapanku. Dia terus berbicara di telepon. Wajahnya terlihat shock. Selesai berbicara, Hendra langsung menutup panggilan telepon. "Ada apa?" tanyaku.  
Baca selengkapnya

Bab 22

POV DANANG "Mas ada apa?" Indah terus bertanya  Raut wajah cantiknya terlihat sangat panik. Wajar, karena dia melihat Ibunya pingsan. Sengaja aku ulur untuk menjawab pertanyaannya, supaya terkesan drama. Ya, namanya juga sedang mengambil hati mantan istri. Kupandangi wajah itu. Tapi bukan memandangi karena iba atau apa. Tapi baru beberapa Minggu tak melihatnya, wajahnya tampak semakin cantik. Apa lagi menggunakan pakaian kantor seperti ini. Indah sangat kelihatan cantik dan berkelas. "Ndah," lirihku. Aku coba kembali menyentuh bahunya. Lagi dan lagi Reyhan yang berada di sampingnya menepis tanganku. Sial memang.  "Kamu sabar, ya. Bapak sudah pergi menemui Sang pencipta," ucapku. Kalau aku memang mengharapkan semua ini. "Inalillahi wainailaihi roj
Baca selengkapnya

Bab 23

POV DANANG…. Pukul 20.30 acara tahlilan selesai… kami kembali duduk santai di teras. Novi dan Luna akan menginap. Begitupun Haris dan Adit yang juga akan menginap di rumah baru Reyhan. Sedangkan aku memang memutuskan untuk tidak pulang dan tidur di rumah Hendra. "Kalian nggak istirahat?" tanya Indah yang tiba-tiba datang menghampiri kami dan langsung duduk di samping Luna.  "Masih mau ngobrol. Kamu istirahat aja, Ndah. Sama Ibu. Oh iya, bagaimana keadaan Ibu?" tanya Luna."Ibu lagi pengen sendirian. Tadi aku disuruh keluar. Mungkin mau menenangkan diri," ucap Indah.  "Kamu yang sabar ya, Ndah. Kuat aku yakin," ucap Luna lagi.&nbs
Baca selengkapnya

Bab 24

POV DANANG "Luna siapa, Mas? Kamu jangan macam-macam! Kamu dimana sekarang?" tanya Maya.  "Luna teman aku waktu kuliah dulu. Aku hanya bercanda tadi. Nggak ada perempuan lain hanya kamu seorang. Masih ada perempuan lain ya Indah. Aku nyesel udah nyakitin Indah. Demi nikah sama kamu malah aku sial!" ucapku.  "Mas! Kamu apa-apaan sih. Nggak punya otak ya ngomong begitu? Kamu nggak bisa jaga perasaan aku banget sih! Sekarang kamu ngomong begitu! Kemaren-kemaren kamu ngomong cinta sama aku! Bulshit ya ternyata kamu!" balas Maya.  "Ya wajar aku bilang nyesel sama nyakitin Indah. Orang Indah istri yang baik. Lagi pula sepuluh tahun aku jadi suami dia. Meskipun aku sempat khilaf, tetap saja aku cinta sama dia. Aku masih mencintai dia. Jadi kamu har
Baca selengkapnya

Bab 25

POV LUNAPagi ini, saat baru saja terbangun dan menunaikan shalat subuh, aku teringat untuk menelepon Danang. Akhirnya, tepat pukul 05.30 aku pun menghubungi nomor Danang.  "Nov, aku yakin Danang masih tidur, telpon aja kali ya, biar Maya panas," ucapku. Novi yang sedang melipat mukena bekas shalat pun hanya terkikik. Kami meskipun masih bersikap kurang baik, shalat tetap kewajiban yang harus ditunaikan. "Kamu jail banget, Lun," ucap Novi yang kemudian kembali duduk di atas ranjang tempat tidur. "Nggak apa-apa. Biar aja. Biar Danang tau rasa. Benci banget aku dia udah nyakitin Indah. Aku nggak rela, sahabatku itu disakiti. Benci aku sama Danang juga perempuan kampungan yang katanya tetangga Ind
Baca selengkapnya

Bab 26

  "Indah. Yang sabar ya. Kamu kuat, Ndah," ucapku saat Indah sudah berada di depan pintu. Aku pun hendak menyentuh bahunya. Namun, dengan cepat Indah menepis tanganku. Sorot matanya tajam menatapku. Sombong sekali dia.  "Nggak usah sok peduli kamu!" ketusnya melewatiku. "Sabar, Danang," ucapku membatin. Aku diam saja sambil mengikutinya masuk ke dalam rumah.  "Mampus!" ucap Luna di samping telingaku. Entah kapan wanita itu tiba. Tapi mulutnya membuatku betul-betul ingin meremasnya. "Mama," lirih Tiara anak Adit. Anak itu langsung berlari ke arah Indah dan menggenggam tangannya. Wajahnya mendongak menatap wajah Indah. Adit pun kemudian berdiri. Sementara Haris dan Novi masih terlihat tenang di posisi tempat duduknya.  
Baca selengkapnya

Bab 27

POV INDAH Ini sudah seminggu sejak kepergian kedua orang tuaku. Untuk menghibur hati yang pilu dan agar suasana hati juga tidak merasa sepi, aku menerima tawaran Adit untuk menemani putrinya di rumah. Sebab, Adit ada pekerjaan di luar kota sekitar 10 hari. Sedangkan aku mendapat cuti hanya tujuh hari. Kemungkinan Tiara pun akan kubawa ke kantor. Lagipula dia juga memaksa ikut. Dia berjanji tidak akan rewel. Tidak masalah juga, ada sofa panjang. Bisa dia istirahat selama menungguku selesai bekerja. Padahal ada pengasuhnya, tapi dia tetap memaksa ingin bersamaku.  "Ma, lihat ini…." Bocah cilik itu berlari menghampiriku sambil membawa bingkai yang pasti berisi foto. Foto wanita cantik berambut panjang, dan berkulit putih wajahnya terlihat begitu cantik dengan polesan make-up tipis. Sedangkan aku rambut selalu di sanggul. Jarang dan bahkan
Baca selengkapnya

Bab 28

POV INDAH   "Papa, Oma Opa? Yeeee!" Tiara bersorak. "Kok bisa Papa udah balik. Kata Papa 10 hari? Ini baru 7 hari," ucap Tiara. Namun, fokusku tertuju pada sosok Reyhan yang tengah bersama seorang wanita cantik dan menggendong anak perempuan kira-kira berusia 2 tahun. Mereka seperti keluarga sempurna yang sangat bahagia. Sepertinya Reyhan tidak melihat ke arahku. Tapi mataku terus terfokus ke arah sana.  "Siapa perempuan itu?" lirihku. "Siapa, Ndah?" tanya Adit menyadarkan lamunanku.  "Nggak ada, Dit," ucapku.   "Baik lah
Baca selengkapnya

Bab 29

POV INDAH Pukul 00.30 menit, Adit mengantarku dengan aman dan selamat hingga sampai di depan rumah.  Tampak mobil Mas Danang dan Hendra sudah terparkir di halaman. Sepertinya Mas Danang kembali tidur di tempat Hendra.  "Dit, makasih ya. Makasih untuk semuanya. Ini terlalu banyak. Hari ini aku benar-benar merepotkan kamu," ungkapku. "Tidak ada kata merepotkan Indah Rahmawati pujaan hati Adit Handoko," ucapnya sambil membungkuk dan tertawa. Aku tahu dia sedang bercanda. Tapi itu benar-benar mampu membuatku merasa spesial diperlakukan seperti itu. Adit memang pria yang baik. Tapi hati ini kenapa masih belum ada ketertarikan apapun. Payah!  "Sudah, kamu masuk dan beristirahat," ucap Adit. Aku mengangguk.  
Baca selengkapnya

Bab 30

POV INDAH "Mampus beneran datang," lirih Luna.  Aku pasrah sambil memanyunkan bibir.  "Ya Allah, lirihku." Seketika seluruh tubuhku terasa lemas.  "Danang!" panggil Pak RT.  "Saya, Pak," sigap Mas Danang menghampiri kami. Disusul oleh Hendra. Luna mendelik menatap tajam mata Danang.  "Kok manggil Danang, Pak RT?" tanya Luna.  "Suruh memanggil Reyhan. Saya dan beberapa warga tunggu di sini," jawab Pak RT. Luna melirik wajahku.  "Saya, Pak," ucap Mas Danang.  "Tolong panggilkan Reyhan," pinta Pak RT.  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
22
DMCA.com Protection Status