POV INDAH
Pukul 00.30 menit, Adit mengantarku dengan aman dan selamat hingga sampai di depan rumah. Tampak mobil Mas Danang dan Hendra sudah terparkir di halaman. Sepertinya Mas Danang kembali tidur di tempat Hendra.
"Dit, makasih ya. Makasih untuk semuanya. Ini terlalu banyak. Hari ini aku benar-benar merepotkan kamu," ungkapku.
"Tidak ada kata merepotkan Indah Rahmawati pujaan hati Adit Handoko," ucapnya sambil membungkuk dan tertawa. Aku tahu dia sedang bercanda. Tapi itu benar-benar mampu membuatku merasa spesial diperlakukan seperti itu. Adit memang pria yang baik. Tapi hati ini kenapa masih belum ada ketertarikan apapun. Payah!
"Sudah, kamu masuk dan beristirahat," ucap Adit. Aku mengangguk.
POV INDAH"Mampus beneran datang," lirih Luna. Aku pasrah sambil memanyunkan bibir."Ya Allah, lirihku." Seketika seluruh tubuhku terasa lemas."Danang!" panggil Pak RT."Saya, Pak," sigap Mas Danang menghampiri kami. Disusul oleh Hendra. Luna mendelik menatap tajam mata Danang."Kok manggil Danang, Pak RT?" tanya Luna."Suruh memanggil Reyhan. Saya dan beberapa warga tunggu di sini," jawab Pak RT. Luna melirik wajahku."Saya, Pak," ucap Mas Danang."Tolong panggilkan Reyhan," pinta Pak RT.
POV DANANG"Aku ini apa bagimu?" tanya Maya."Maaf, May. Aku nggak sengaja menyebut nama Indah," lirihku merasa bersalah. Ini memang menjadi kepuasan tersendiri. Aku merasa bersetubuh dengan Indah. Bahkan, aku mendadak sangat merindukan dan menginginkannya."Demi Tuhan aku mencintaimu, Mas. Dari hati terdalam. Aku mau kamu jadikan istri kedua. Kamu jadikan simpanan selama ini. Tapi kenapa sekarang kamu seperti nggak menghargai aku? Sadar, Mas! Aku ini sekarang istri kamu satu-satunya. Kamu memikirkan mantan istrimu, jelas aku terluka! Aku sakit hati!" keluh Maya dengan tangis."Maaf, May. Maaf." Bagaimana lagi, aku benar-benar tak sengaja. Indah benar-benar menguasai hat
POV INDAH"Jawab Maya. Kenapa diam saja, Sayang? Kamu tadi nantangin aku. Aku bahkan yakin bisa menaklukkan hati Danang. Iya kan, Nang?" Luna beralih pada Mas Danang."Relakah kamu berbagi suami denganku, Maya? Aku tanya sama kamu, jawab! Relakah kamu berbagi Danang denganku? Mungkin bukan dengan aku, tapi dengan pembantumu di rumah?" ucap Luna lagi."Luna cukup! Bercandanya jangan kelewatan!" tekan Mas Danang."Apa sih, Sayang? Kamu itu jangan galak-galak sama aku. Nanti naksir beneran. Lagian aku serius kok, kalau kamu mau. Sumpah aku mau jadi yang kedua," ucap Luna. Maya menggelengkan kepala.
POV REYHAN"Indah, kalau tidak ada paksaan dari warga, maukah kamu menikah dengan Reyhan?" tanya Kak Mala. Mendengar pertanyaan Kak Mala, Indah terdiam. Seperti ada yang disembunyikan oleh wanita itu."Aku nggak mau, Kak," jawab Indah membuat mataku terbelalak. "Bukan tanpa sebab. Aku tidak mungkin menikahi pria yang tidak mampu menerima masa laluku. Itu sama saja menyiksa batinku," lanjutnya. Aku hanya menelan liur sebagai pelumas."Seandainya kamu tahu, aku pun sangat terluka dengan perasaan ini. Aku tidak tahu mengapa. Aku mencintaimu, tapi aku masih sulit menerima masa lalumu, Ndah. Aku tahu betul, ucapanku sangat menyakiti perasaan dan hatimu. Semakin aku berusaha membenci, semakin aku merasakan sakit. Tidak tahu kenapa aku juga bingung, padahal aku sudah berjuang buat menanamkan rasa benci.
POV REYHANDengan kecepatan lumayan tinggi, aku pun sampai di rumah sakit lebih cepat. Aku juga telah menghubungi Novi di mana ruang rawat inap Luna. Wanita itu pun telah memberitahuku.Sampai di ruangan Luna, semua kosong. Tidak ada pasien atau bahkan yang menunggu pun sama tidak ada."Novi ini gimana sih, katanya di sini kamarnya," gumamku lirih. Cepat aku pun kembali mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor Novi.Tutt ....!Tak lama kemudian panggilan terhubung."Halo, Pak Reyhan," jawab suara di seberang telepon."Ini gimana ceritanya sih? Kok
POVREYHANTepat pukul 18.30, Luna kembali dipindahkan ke ruang inap. Dia sudah mulai membuka mata meski mulutnya masih terdiam.Luna dipindahkan ke ruangan VIP, ini supaya dia bisa beristirahat dengan tenang. Masalah biaya aku yang menghandle."Lun, hey! Udah sadar? Gue di sini," ucapku sambil memegang tangannya. Sementara Om Agung dan Tante Ana sedang mencari makan di kantin rumah sakit.Mata Luna dalam menatapku. Ada bulir bening menetes dari netranya. Cepat, aku pun mengusap air mata itu."Jangan takut, ada gue di sini. Ayo sembuh, gue kangen bercandaan elo," ucapku lagi. Luna hanya terdiam sembari mengedipkan mata. Kemudian, matanya melirik pada Indah yang berdiri di
POV MAYA"Mas!""Hum," jawabnya sambil memasukkan pakaian ke dalam koper."Mas, bukan kamu kan yang memperkosa Luna? Jangan macam-macam kamu, Mas!" tuduhku karena mulai curiga dengan sikap Mas Danang. Terlebih kejadian pemerkosaan Luna terjadi saat hujan lebat dan sekitar pukul dua pagi. Sementara Mas Danang kembali pada pukul tiga pagi. Tergesa-gesa dan dalam keadaan basah kuyup. Mungkinkah pelakunya Mas Danang?"Kamu jangan asal ngomong, May! Mana mungkin aku pelakunya!""Kalau bukan kamu pelakunya si syukur Alhamdulillah. Atau jangan-jangan ini ulah kamu nyuruh orang buat memperkosa, Luna? Ngaku Mas," cecarku."Kamu apa-apaan sih! Mana a
POV MAYA"Ngomong-ngomong Ria mana Mas?" tanyaku sebelum Mas Danang memulai ceritanya."Tadi tidur di mobil. Belum Mas bangunin," jawabnya santai."Berarti masih di mobil dong?""Bisa jadi. Biarin aja lah dia tidur di sana," ujar Mas Danang. Aku mengangguk dan berkata. "Oke baiklah.""Oh iya, ceritakan Mas kejadiannya," lirihku lagi."Saat aku tengah menunggu martabak, aku melihat mobil Hendra. Dengan sepeda motor, aku mengikutinya dari belakang. Rupanya arahnya ke kosan Novi dan Luna. Aku pikir dia mau bertemu Novi selarut ini. Bahkan aku pernah menemuimu pukul 03.00 pagi karena gairah menggebu yang tak terlupakan tertahan. Mungkin saja Hendra a
Hari yang ditunggu telah tiba, Nadira sudah berdandan cantik, dirias oleh MUA profesional. Tak lama lagi pihak keluarga Melvin akan datang untuk melamarnya secara resmi. Jantung Nadira amaih terus berdebar-debar karena hari ini adalah momentum penentuan tanggal pernikahan mereka juga.Gebby masuk ke kamar Nadira setelah mendapat izin. Ia juga sudah berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pihak keluarga Melvin. Semua keluarga Nadira sudah berkumpul di rumah itu."Kamu cantik banget, Nad! Pasti lagi deg-degan banget, ya?""Makasih, Geb. Iya, aku beneran deg-degan banget.""Udah, bawa rileks aja. Aku ikut bahagia, aku udah bawakan kado untuk kamu. Ini," ucao Gebby seraya menyerahkan sebuah goodie bag pada Nadira."Ya ampun, Gebby ... kamu kenapa repot-repot, sih?""Enggak, lah, Nad. Kamu kan saudaraku, kalau kamu bahagia, aku juga ikut bahagia.""Makasih, ya ... sampai kapanpun kita memang saudara, Geb. Semoga kamu juga bisa segera mendapatkan lelaki baik hati yang akan jadi suami ka
Malam itu, Gebby tidur di pangkuan Ana. Ia merasa tubuhnya begitu lelah dan lemas. Ana mengusap rambut Gebby sambil bercerita dan memberikan nasihat."Nenek senang kamu sudah mau minta maaf pada mereka, Geb. Itu artinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Nenek juga yakin mamamu di alam sana tak menginginkan jika kamu terus-terusan dikuasai dendam.""Iya, Nek. Sekarang aku merasa sudah jauh lebih tenang. Lelah juga ternyata selama ini berkejaran dengan nafsuku sendiri. Hati selalu panas dikuasai kebencian," jawab Gebby."Badanmu hangat, Geb! Hari ini kamu nggak lupa untuk minum obat, kan?""Aku nggak pernah lupa untuk minum obat setiap hari, karena dulu aku selalu bertekad untuk hidup lebih lama demi bisa membalaskan dendam mengenal pada keluarga Mama Indah. Tapi rasanya semakin keras aku berjuang, semakin aku merasa tak pernah tenang. Aku lelah, Nek.""Sayang ... Dulu juga nenek pernah berada di posisi seperti kamu yang selalu merasa bahwa diri nenek adalah orang yang paling benar
Gebby merenung dalam pelukan Indah, bahkan setelah ia bertindak sejahat itu pada mereka, Indah masih saja menyebutnya sebagai anak yang baik? Ya, Gebby memang baik pada mamanya, tapi tidak pada yang lain.Rumah sudah semakin ramai dengan orang-orang yang diundang di acara takziah itu. Nadira, Rashi, mereka sibuk menata makanan di atas meja yang nantinya akan disuguhkan. Sementara itu, Indah dan Maya sibuk menata bingkisan sedekah."Lihat, Geb, mereka begitu sibuk membantu kita meskipun kita tak pernah memintanya," bisik Ana pada Gebby. Gebby mengusap matanya lagi ia mengangguk dan mengakui semua itu.Acara pun dimulai. Semua orang melantunkan ayat suci Al-Qur'an lalu berdoa dengan khusyuk. Harusnya Gebby bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mendoakan mamanya itu. Gebby juga melihat Reyhan sesekali mengusap matanya yang basah.Setelah acara selesai dan sedekah dibagikan, Indah beserta yang lain langsung berpamitan pada Ana dan Gebby."Sudah, jangan sedih terus, kasihan nanti
Gebby berjalan gontai meninggalkan area rumah sakit. Kata-kata mamanya maafin barusan benar-benar membuat hatinya hancur. Meskipun terasa begitu menyakitkan tapi Gebby tak menyangkal semua yang dikatakan oleh mamanya Melvin itu.Selama ini dirinya memang terlalu terobsesi untuk menjadi orang yang paling mendapatkan perhatian. Gebby selalu akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai kemauannya. Bahkan seringkali ia tak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi akibat dari perbuatannya itu. Kata-kata sang nenek kembali terngiang di telinganya. Apa mungkin hidupnya sampai se menderita ini karena memang dirinya terlalu sulit untuk melupakan dendam itu?Gebby sampai ke rumahnya dan langsung memeluk sang nenek. Ia menangis sejadi-jadinya karena hatinya benar-benar sangat terluka kali ini. Cinta yang ingin ia raih harus kandas seketika itu juga. Melvin menolaknya, dan kini mamanya juga."Geb ... kamu tenangkan diri kamu, baru nanti cerita sama Nenek, ya!" ucap Ana sambil mengusap kepala c
Gebby, tunggu! Kamu mau kemana? Jangan nekat, Geb! Panggil Melvin untuk kesekian kalinya. Ana juga jadi kalut dan ikut mengejar cucunya itu,.ia takut Gebby akan melakukan hal nekat seperti yang dilakukan oleh Luna."Gebby!" Ana memanggil Gebby meski napasnya mulai terengah. Ia sudah tua, tenanganya sudah tak sekuat dulu, berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.Gebby sudah keluar dari gerbang portal kompleks dan terus berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Melvin masih tak putus asa, ia mencoba terus mengejar. Genby sesekali menoleh ke belakang sambil terisak. Ia pun turun dari trotoar itu dan terlihat pasrah sembari merentangkan kedua tangannya dan berjalan perlahan ke arah tengah jalanan."Gebby! Jangan nekat kamu?" seru Melvin yang melihat Gebby senekat itu, ingin mencelakai dirinya sendiri dengan berdiri di tengah jalanan.Klakson kendaraan bermotor bersahutan dan sebagian ada yang marah karena ulah Gebby itu."Mau mati, Lu?" maki pengendara yang lewat."Gila, lu, woy?""Hey!
Gebby melamun di teras belakang rumah itu. Sudah dua hari Luna pergi mengahadap Yang Maha Kuasa. Rumah sudah mulai sepi, hanya ada Ana dan Reyhan serta mamanya Melvin di rumah itu yang masih berbincang dan ada juga beberapa anggota kepolisian di bagian depan bersama papanya Melvin.Tak ada indikasi kekerasan dalam kematian Luna, semua orang meyakini itu merupakan murni sebagai kasus bunuh diri. Ditemukan foto Indah yang tertancap pena di dalam kamar. Polisi dan dokter menduga halusinasi Luna sempat kambuh ketika malam kejadian itu.Luna selalu bersikap impulsif dan tak peduli pada keadaan sekitar, jika sosok dalam halusinasinya muncul, ia bahkan tak tahu jika posisinya sedang di atas jurang sekalipun."Geb, kamu makan dulu, Sayang," bujuk Ana pada Gebby. Sejak kemarin tampaknya Gebby sama sekali belum makan. Ana khawatir karena Gebby tak boleh sampai melewatkan jadwal minum obatnya."Nanti saja, Nek. Belum ada selera.""Jangan begitu, dong, Geb. Kamu boleh bersedih tapi kamu juga haru
Suasana kompleks pagi itu dibuat heboh atas penemuan tubuh Luna yang menyedihkan itu. Warga langsung mencari bantuan untuk segera membawa Luna pergi ke rumah sakit karena setelah diperiksa ternyata denyut nadinya masih ada.Gebby dan Ana hanya bisa pasrah, serasa tubuh mereka lemas tak berdaya menghadapi kenyataan itu. Luna kehilangan banyak darah akibat luka di bagian kepalanya. Bahkan mereka berdua tidak tahu kapan kejadian itu terjadi karena malam itu mereka tidur sangat nyenyak. Sebenarnya Gebby sempat terbangun beberapa kali untuk mengecek keadaan mamanya itu namun tidak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah larut malam kantuk pengendara dan ia tertidur dengan sangat pulas. Gebby pin menyesal karena membiarkan mamanya itu tidur di lantai dua. Bukan tanpa sebab, mamanya dulu pernah menempati kamar itu, Gebby berharap ingatannya bisa kembali secara perlahan dengan merasakan suasana kamar itu setiap hari.Luna akhirnya tiba di rumah sakit dan langsung ditangani oleh tim medis. Gebby da
"Pa, mana uangnya yang aku minta? Transfer sekarang juga, lusa aku akan terbang bawa Mama," ucap Gebby pada Reyhan hari itu."Papa cuma bisa kasih kamu lima ratus juta dulu, Geb. Nanti kurangnya beberapa hari lagi, ya!""Log, kok gitu, sih, Pa?" seru Gebby tak senang."Bukannya kamu ya yang maksa untuk segera mencairkan dana investasi ke perusahaan Melvin? Kamu pikir uang di perusahaan kita bisa kamu atur seenaknya?""Ya ampun, Pa, aku tih cuma minta sedikit, apa susahnya sih tinggal transfer?""Semua uang pribadi papa sudah papa masukkan ke deposit berjangka. Hanya bisa diambil pada waktu yang tepat.""Papa sengaja, ya, biar aku gak bisa mintabuang sama Papa? Papa bener-bener tega, ya? Aku itu sedang berusaha supaya mama sembuh, tapi papa malah menghalang-halangi!""Kamu salah, uang papa sudah papa depositokan jauh sebelum kamu berencana mengambil mama kamu dari yayasan itu.""Papa sepertimya emang gak pernah sayang sama aku! Papa selalu aja bikin aku kecewa!""Geb, papa gak ada bila
"Hai, Vin!" sapa Gebby pada Melvin. Melvin agak terkejut saat ia melihat Gebby ada di lobby kantornya terlihat sedang menunggu."Oh, hai, Geb!""Aku dari tadi nunggu kamu, loh.""Oh, ya? Bukannya kita belum ada janji untuk bertemu sebelumnya?""Sorry, emang belum. Tapi boleh, dong, kalau aku sesekali datang ke sini untuk sekedar melihat progres kerjasama kita? Lagian aku belum pernah ke sini, aku juga ingin tahu bagaimana sistem kerja di sini.""Ooh ... Oke, boleh aja, kok. Ayo, aku ajak berkeliling," sahut Melvin."Oke," ucap Gebby senang. Ia dan Melvin pun akhirnya mengitari sekitaran kantor dan Melvin menunjukkan bagian demi bagian di kantornya itu. Padahal Gebby tidak terlalu ingin tahu tentang itu tujuan utamanya datang ke kantor Melvin adalah supaya ia dan Melvin bisa punya pertemuan yang intens sehingga Gebby punya peluang untuk bisa semakin dekat dengannya."Padahal kamu ini bisa dikatakan pemula, tapi keren, loh. Kantor kamu bagus, sistem kerja juga bagus. Aku saranin kamu bu