POV REYHAN
Dengan kecepatan lumayan tinggi, aku pun sampai di rumah sakit lebih cepat. Aku juga telah menghubungi Novi di mana ruang rawat inap Luna. Wanita itu pun telah memberitahuku.
Sampai di ruangan Luna, semua kosong. Tidak ada pasien atau bahkan yang menunggu pun sama tidak ada.
"Novi ini gimana sih, katanya di sini kamarnya," gumamku lirih. Cepat aku pun kembali mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor Novi.
Tutt ....!
Tak lama kemudian panggilan terhubung.
"Halo, Pak Reyhan," jawab suara di seberang telepon.
"Ini gimana ceritanya sih? Kok
POVREYHANTepat pukul 18.30, Luna kembali dipindahkan ke ruang inap. Dia sudah mulai membuka mata meski mulutnya masih terdiam.Luna dipindahkan ke ruangan VIP, ini supaya dia bisa beristirahat dengan tenang. Masalah biaya aku yang menghandle."Lun, hey! Udah sadar? Gue di sini," ucapku sambil memegang tangannya. Sementara Om Agung dan Tante Ana sedang mencari makan di kantin rumah sakit.Mata Luna dalam menatapku. Ada bulir bening menetes dari netranya. Cepat, aku pun mengusap air mata itu."Jangan takut, ada gue di sini. Ayo sembuh, gue kangen bercandaan elo," ucapku lagi. Luna hanya terdiam sembari mengedipkan mata. Kemudian, matanya melirik pada Indah yang berdiri di
POV MAYA"Mas!""Hum," jawabnya sambil memasukkan pakaian ke dalam koper."Mas, bukan kamu kan yang memperkosa Luna? Jangan macam-macam kamu, Mas!" tuduhku karena mulai curiga dengan sikap Mas Danang. Terlebih kejadian pemerkosaan Luna terjadi saat hujan lebat dan sekitar pukul dua pagi. Sementara Mas Danang kembali pada pukul tiga pagi. Tergesa-gesa dan dalam keadaan basah kuyup. Mungkinkah pelakunya Mas Danang?"Kamu jangan asal ngomong, May! Mana mungkin aku pelakunya!""Kalau bukan kamu pelakunya si syukur Alhamdulillah. Atau jangan-jangan ini ulah kamu nyuruh orang buat memperkosa, Luna? Ngaku Mas," cecarku."Kamu apa-apaan sih! Mana a
POV MAYA"Ngomong-ngomong Ria mana Mas?" tanyaku sebelum Mas Danang memulai ceritanya."Tadi tidur di mobil. Belum Mas bangunin," jawabnya santai."Berarti masih di mobil dong?""Bisa jadi. Biarin aja lah dia tidur di sana," ujar Mas Danang. Aku mengangguk dan berkata. "Oke baiklah.""Oh iya, ceritakan Mas kejadiannya," lirihku lagi."Saat aku tengah menunggu martabak, aku melihat mobil Hendra. Dengan sepeda motor, aku mengikutinya dari belakang. Rupanya arahnya ke kosan Novi dan Luna. Aku pikir dia mau bertemu Novi selarut ini. Bahkan aku pernah menemuimu pukul 03.00 pagi karena gairah menggebu yang tak terlupakan tertahan. Mungkin saja Hendra a
POV INDAHSebelumnya….Mengenai pernikahan kita yang tinggal beberapa minggu, bagaimana?" tanyanya membuatku bingung dalam sekejap.Jujur kalau aku … aku tak dapat membohongi perasaanku. Aku mencintainya. Tapi tak tahu dengan dia."Aku serahkan sama kamu. Atau kita menikah lalu berpisah? Karena aku tahu kamu bahkan tidak akan pernah menerima masa laluku.""Akan kupikirkan. Tapi apa kamu mau menikah denganku?" Reyhan memberikan pertanyaan yang sulit dijawab. Aku mau menikah dengannya, tapi jika dia bena
"Mau apa?" tanyanya saat ucapanku terhenti."Saya mau panggil istri Mas Danang. May,-" Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Maya langsung bergegas keluar ruangan."Maya?" ucap Alif. Aku mengangguk. Ternyata dia kenal dengan istri Mas Danang. Alif pun beralih menengok ke arah Mas Danang. Saat mata mereka bertemu, keduanya saling menyapa dengan senyuman.Ada yang aneh. Tiba-tiba saja mata Alif mengitari hampir semua sudut ruangan. Jangan-jangan dia mencari keberadaan Maya."Oke semua, sekarang kita langsung buka saja acaranya ya," ucap MC. Kami pun mulai terfokus.******POV MAYA
POV INDAHSetelah Maya pergi aku menghampiri Luna coba untuk menenangkannya. Namun, saat kaki ini hendak bersimpuh, wanita itu menghambur erat ke pelukan Reyhan.Deg!Aku baru teringat, bahkan penyebab ia mengalami kejadian seperti ini karena patah hati pada Reyhan yang mencintaiku.Hah! Dilema itu memang saat berada di posisi antara cinta dan sahabat. Bagaimana ini? Ya Tuhan … apa aku mundur saja?"Tenang, Lun. Danang sudah berada di tangan polisi dan sedang diselidiki," tutur Reyhan mengusap rambut Luna."Bagaimana jika Luna tahu kami akan menikah? Pasti dia semakin terpuruk." Aku membatin sambil melihat Luna ya
POVINDAH"Sekarang aku harus bagaimana?! Jawab aku Indah!" Luna berteriak. Tak lama kemudian Tante Ana masuk ke kamar dan langsung duduk juga di samping Luna."Kamu! Kenapa sih dari dulu kamu itu selalu menghambat kebahagiaan aku, Ndah? Pria yang aku suka, selalu saja memilih kamu. Danang! Reyhan! Bahkan Danang tega menodai aku karena aku membela kamu! Harusnya kamu yang mengalami kejadian ini. Bukan aku! Kenapa sih dekat-dekat dengan kamu itu selalu tertimpa masalah?! Kamu memang pembawa sial tahu nggak! Aku nyesel bantuin kamu belain kamu! Aku justru tertimpa kesialan!""Lun kamu tenang. Aku minta maaf. Jujur aku tidak pernah meminta kamu untuk membela aku secara berlebihan. Bukankah aku juga sering mencegahmu jika bicaramu sudah berlebihan? Tapi dari dulu kamu memang ceplas ceplos seperti ini. Kekurangan
PART 42"Maaf, Rey. Em… ini…." Aku tidak dapat melanjutkan ucapanku."Maaf, Rey. Karena kami bertemu jadi mengganggu acara kalian," ujar Adit."Ya, Om Reyhan. Maafin Tiara. Tiara minta Papa ketemu Mama. Maaf Om. Jangan marahi Mama," timpal Tiara."Tidak, Sayang. Om Reyhan tidak akan memarahi Mama Tiara. Tiara tenang saja. Oke," ucap Reyhan penuh senyum. Tak lupa, laki-laki itupun menjawil pipi Tiara."Maaf telah mengganggu waktu kalian. Kami pamit pulang dulu," ucap Adit. Laki-laki itu pun berlalu sambil menggandeng tangan putri kecilnya."Adit tunggu!" cegah Reyhan."Apa lagi?" Aku me