Share

Bab 4

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 4

"Mas! Bangun, Sayang. Udah siang. Kamu hebat banget. Aku makin cinta sama kamu," puji Maya. Seumur-umur, Indah tidak pernah memuji kehebatanku seperti ini. 

"Hem… udah jam berapa ini?" tanyaku. Hari ini sengaja bangun siang karena kami tidak berniat untuk pergi ke kantor. Maklum, pengantin baru. 

"Jam sepuluh, Sayang. Perut aku krutuk-krutuk. Kayaknya lapar. Hehheeh," tawa Maya sambil memegangi perutnya. 

"Mau mandi dulu apa sarapan dulu?" tanyaku. 

"Mandi dulu lah, Mas. Keramas dulu. Oh iya, memang ada makanan?" tanyanya. 

"Jangan khawatir kalau soal itu. Indah pasti sudah menyiapkan seperti biasanya. Dia pasti memaklumi kita sebagai pengantin baru," ujarku. Maya hanya tersenyum kemudian gegas masuk ke kamar mandi. 

"Mas!" panggilnya. 

"Apa?" 

"Mandi bareng?" tanyanya. Aku hanya tersenyum kemudian menyusulnya.

****

"Mas, nggak ada makanan. Kata kamu Mbak Indah sudah pasti menyiapkan semuanya," ucap Maya terlihat kecewa sesampainya kami di meja makan. 

Aku menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya secara kasar. Indah ini sama sekali tidak ada pengertiannya. 

"Itu Mbak Indah," ucap Maya saat Indah terlihat berjalan ke arah dapur membawa piring kotor. Mungkin bekas makannya karena ia pun langsung mengambil air putih di dalam kulkas dan meneguknya.

"Ma, kamu nggak masak?" tanyaku menghampirinya. 

"Maaf, Mas. Aku kira kamu mau makan masakan istri barumu," jawab Indah lembut. Sepertinya dia sudah bisa menerima pernikahan kami. 

"Kamu lapar, May? Maaf ya, nggak aku masakin. Takutnya nggak doyan masakan aku lagi," ucap Indah sembari menghenyak di bangku meja makan. Tepat duduk di samping Maya. Melihat mereka seperti itu, terasa ada kedamaian tersendiri. Betapa bahagia dan beruntungnya aku sebagai laki-laki. 

"Lapar sih, Mbak. Hehehehe. Tapi kalau tidak ada makanan ya tidak apa-apa," balas Maya lembut. Adem sekali melihatnya seperti ini. Terima kasih Tuhan. 

"Sudah tidak masalah. Kita bisa memesan go food," ujarku seraya ikut bergabung bersama mereka. 

"Mbak Indah, tidak masalah kalau kamarnya kami pakai? Kasur di kamar Mbak Indah itu sangat nyaman," ucap Maya. 

"Oh, tidak masalah. Pakai saja," ucap Indah. 

"Barang-barang Mbak Indah bagaimana?" tanya Maya. 

"Oh, terserah mau dikemanakan. Dibuang juga tidak masalah."

"Dibuang? Tapi kan banyak yang bermerek," protes Maya. 

"Ya terserah kamu sih mau diapain. Aku sudah tidak membutuhkan itu semua. Aku sudah membeli yang baru. Pagi tadi semua sudah dikirim saat kalian masih tidur," jawab Indah. Aku terbelalak. "Semua?" timpalku. Indah hanya mengangguk. 

"Hum, nanti kalau ada yang aku suka, biar aku pakai ya, Mbak?" ucap Maya. 

"Silahkan," jawab Indah singkat. 

Aneh!

Sikap Indah kali ini terlihat lebih manis dan seperti tidak ada masalah. Cepat sekali dia berubah. Apa mungkin dirinya sudah sadar akan pentingnya seorang anak? 

Hari ini kami berbincang hangat hingga makanan yang kami pesan melalui go food tiba. Indah pun menemani kami makan hingga makanan habis tak tersisa. 

"Mas, aku mau ngomong," ucap Indah membuka suara. Aku deg-degan takut Indah mau ngomong minta pisah. Aku tidak mau. Sama saja bohong kalau begitu. Aku menikahi Maya tapi kehilangan Indah. Aku tidak mau seperti itu. Aku ingin keduanya. 

"Mau ngomong apa, Ma?" tanyaku masih dengan panggilan yang sama. 

"Aku ingin bekerja," ujarnya. 

"Kenapa? Bukankah uang yang aku kasih itu cukup untuk kamu tanpa kamu harus bekerja?" tanyaku. 

"Aku hanya ingin mencari kesibukan saja, Mas. Jika aku terus menghabiskan waktu di rumah, aku bisa stres. Aku tidak bisa, Mas. Tolong mengerti aku," lirihnya. 

"Oke. Kamu bisa kerja di perusahaan, Papa. Terserah mau dibagian apa," ujarku.

"Nggak, Mas. Aku mau kerja di tempat temanku," tolaknya. Aku tidak langsung menyetujui permintaannya. Sebenarnya aku lebih suka Indah di rumah saja. 

"Nanti akan aku pikirkan," singkatku. Tidak ada jawaban dari Indah. Wanita itu langsung berpamitan untuk segera pergi ke kamarnya. Terlihat dari raut wajahnya nampak sangat kecewa. 

****

"Mas, mulai besok kamu harus bagi tugas untuk kami. Aku kan harus bekerja. Membantumu di kantor. Jadi menjadi inem biar tugas Mbak Indah ya? Mbak Indah sudah biasa kan dengan pekerjaan rumah? Kalau aku nggak terbiasa, Mas," ucap Maya. 

Sejenak aku mencerna ucapan Maya. Betul juga. Baiknya aku tidak mengijinkan Indah untuk bekerja di luar rumah ataupun menjadi wanita karir. Aku takut banyak pasang mata yang menatap kecantikannya. Meskipun dia tidak bisa memberiku seorang anak, tapi dia memiliki bentuk fisik yang nyaris sempurna. Dia sangat ayu dan memiliki senyum sangat manis. 

"Kamu panggil Indah sekarang. Mas tunggu kalian di ruang keluarga," titahku. Dengan cepat Maya menuruti perintahku. 

****

"Indah, Maya, Mas mengumpulkan kalian karena ingin membagi tugas juga jadwal bersama kalian." 

"Indah, karena Maya membantuku bekerja di kantor, maka tugasmu adalah merapikan rumah, masak dan sebagainya. Lagipula kamu sudah terbiasa dengan pekerjaan itu selama ini. Sementara Maya, dia sudah terbiasa dengan tumpukan berkas," ujarku. Maya tersenyum sementara Indah membulatkan mata. Sebelum ada protes, aku pun melanjutkan ucapanku. 

"Dan untuk masalah tidur, jika malam ini Mas tidur dengan Maya, maka besok malam aku tidur dengan Indah. Seterusnya akan seperti itu. Bagaimana?" tanyaku menunggu persetujuan dari kedua istriku. 

"Aku setuju, Mas," jawab Maya sigap. Sementara Indah hanya diam saja. Aku pun hanya mampu menggelengkan kepala melihat sikap Indah yang kembali seperti patung itu. 

"Aku tidak setuju, Mas! Aku bisa bekerja juga seperti Maya. Maaf aku bukan babu. Mas bisa cari pembantu bukan? Mas kan memiliki uang cukup banyak. Apa Mas tidak bisa menggaji pembantu? Rumah ini cukup besar. Sungguh menguras tenaga jika aku yang harus membersihkannya."

"Untuk apa Mas menggaji pembantu kalau kamu bisa melakukannya?" sanggahku. Pokoknya Indah tidak boleh bekerja. Bagaimanapun caranya. 

"Maya juga bisa melakukannya!" ketusnya membuat bola mata Maya mendelik sempurna. 

"Kalau seperti itu, kalian tidak boleh ada yang bekerja."

"Jika itu memang keputusanmu, aku memilih mundur sebagai istrimu! Kalau boleh jujur, Mas… rasaku sudah mati sejak kamu mengakui hubunganmu dengan perempuan ini!" tunjuknya pada Maya. 

"Aku tidak bisa lagi berpura-pura. Awalnya aku ingin bermain-main sejenak dengan kalian. Tapi sepertinya aku tidak akan tahan, Mas. Maaf aku bukan wanita yang kuat atau mampu berbagi suami. Aku hanya wanita biasa yang memiliki iman tidak cukup kuat, Mas. Ucapan kalian saat itu juga masih menyisakan luka sangat mendalam di hati ini!" tekannya.   

"Aku tidak mau membohongi perasaanku lagi, Mas. Kamu sudah cukup menyakitiku. Aku telah memintamu untuk membatalkan pernikahan kamu dengan Maya, tapi kamu tetap bersikeras! Kamu memikirkan jika batal menikahi Maya, maka Maya akan terluka! Tapi kamu tidak memikirkan perasaanku! Apakah aku akan terluka atau tidak!"

"Di hari pernikahanmu, bahkan kamu tega memintaku untuk menghadiri pernikahanmu, Mas. Mengenakan pakaian yang dibelikan oleh calon istri keduamu! Dimana hati nuranimu, Mas? Saat rapuhku, bahkan aku merasa kamu seperti sudah tidak peduli padaku lagi! Bahkan dengan gamblang, kalian tega menunjukkan kemesraan di depan mataku! Kalian bilang padaku tidak berselingkuh, tapi aku tidak tahu kebenarannya. Kalian terlihat sangat dekat. Dan beberapa bulan belakangan ini, kamu juga cuek denganku, Mas! Kamu sadar akan hal itu? Aku sempat curiga, apakah kamu memiliki WIL? Tapi aku coba berpikiran positif. Tidak mungkin suamiku seperti itu. Faktanya, kamu tiba-tiba membawa Maya dan mengaku ingin menikahinya karena saling mencintai. Sakit hati aku, Mas!" cerocosnya tanpa henti. Membuat aku muak dan rasanya ingin melupakan semua isi hatiku seperti dirinya.

"Baru kali ini ada wanita mandul banyak omong tak tahu diri," cibir Maya sembari menyunggingkan sebelah bibirnya.

"Silahkan kalau memang kamu ingin bercerai dariku! Bisa kupastikan kamu akan menyesal seumur hidup. Tahu kenapa? Tidak akan ada laki-laki yang mau menjadi suamimu! Apalagi tahu kamu mandul! Membayangkan saja mereka sudah pasti ketakutan! Hanya aku yang mau terima kamu apa adanya, Indah Rahmawati! Keturunan keluarga miskin yang tak tahu diri! Jika kau memang ingin bercerai dariku, maka kau tak berhak atas hartaku sedikitpun! Bahkan orang tuamu juga harus pergi dari rumah yang sekarang ditinggali karena itu rumah yang aku beli dari uangku! Ingat kamu tidak punya apa-apa!" ucapku. 

"Dasar wanita tak pandai bersyukur! Masih untung aku mau menjadi suamimu! Pergilah dari rumahku Sekarang. Dan segera kamu suruh orang tuamu itu pergi dari rumahku. Hari ini juga aku menceraikanmu! Saya Danang Suseno, menjatuhkan talak tiga padamu Indah Rahmawati! Saya ceraikan kamu!"

Gelegar!

Terdengar suara petir bersahutan. Sepertinya hari akan segera turun hujan. 

"Sekarang kamu pergi dan jangan berani membawa apapun dari rumah ini! Lepas juga semua perhiasan yang kau kenakan!" Dengan cepat, Indah pun mulai melepas satu persatu perhiasan yang melingkar manis di tubuhnya. "Ponsel, ATM, dan sebagainya kamu tinggal! Kamu tidak berhak sedikitpun atas hartaku!" tegasku lagi. 

"Tidak perlu diingatkan berkali-kali, Danang. Saya tidak silau akan semua kekayaan milikmu. Cukup untukku orang sepertimu menjadi pembelajaran untukku, dan menjadi cambuk untuk kesuksesanku!" 

"Tidak usah banyak bicara! Pergi sekarang! Ingat, jangan pernah mengemis akan cintaku. Karena aku tidak sudi kembali lagi denganmu. Jangan pernah menyesali keputusanmu!"

Cuih!" 

Ku buang ludah di depan wajahnya. Kemudian segera menyeret dan mendorongnya keluar! Betul saja ternyata di luar hujan lebat.

"Aw!" pekiknya saat dia terpental dan jidatnya mengenai tiang teras. Terlihat jidatnya langsung memar membiru.

"Cepat pergi dan jangan pernah meminta untuk kembali!" usirku kemudian kembali mengajak Maya masuk dan langsung menutup pintu…... 





Comments (11)
goodnovel comment avatar
Yanti Gunawan
tunggu pembalasan untuk mu Danang bahkan alam pun tak terimah indah d perlakukan seperti itu,semoga indah secepatnya menemukan kebahagiaan nya & pada akhirnya Danang pun menyesal telah memperlakukan indah dgn sangat tdk baik
goodnovel comment avatar
andre luis
dasar suami kurang ajar,karmanya nanti bakal bangkrut ku danang
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
ya ampun danang kejam nya kamu usir istri seperti itu.ingat karma pasti datang padamu danang dan jg km maya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 5

    "Aku nggak nyangka, Mas. Kamu bisa semarah itu sama Indah," ucap Maya."Biar saja, May. Biar dia tahu diri. Memang wanita tak pandai bersyukur. Sudah dikasih hidup enak malah bertingkah. Apa susahnya sih membiarkanku menikah lagi? Toh aku bisa memberikannya nafkah. Aku memiliki uang yang bisa menjamin hidupnya. Cuma tinggal jadi istri saja kok banyak mau.""Masa Mas setega itu sih. Sampai rumah yang ditempati orang tua Indah harus diambil kasian mereka, Mas.""Tidak sudi dan tidak ikhlas hartaku dibagi untuknya. Kalau sudah cerai, ya mereka tidak punya hak apapun. Yang kerja aku, semua yang ada milikku. Mending punya anak, bisa untuk anak. Nggak ada anak ya nggak punya hak lah!""Masih mending biaya untuk kuliahnya dia aku tidak minta ganti rugi. Biaya ku

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 6

    POV INDAH"Katanya mau minta tolong?" ujar Haris lagi."Kok kaya kebanyakan mikir?" lanjutnya."Katakan, Ndah. Jangan malu-malu. Kalau kami bisa bantu, akan kami bantu." Tiba-tiba saja Reyhan datang dan langsung menimpali. Pemuda dingin itu langsung duduk di sampingku membuat mata Haris nyaris membulat sempurna."Kenapa lo liatin gue segitunya?" tanya Reyhan."Nggak ada si, Rey. Cuma bingung aja. Tumben gitu," jawab Haris."Kamu katakan apa yang bisa kami bantu?" Kali ini Reyhan yang bertanya."Mau minta tolong aja ribet banget kamu, Ndah. Ngomong aja. Nggak usah nggak enak-enakan!" lanjutnya lagi. Ya Allah, jutek banget Reyha

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 7

    POV DANANGPagi ini aku sangat senang sekali hatinya. Buru-buru aku meminta Maya bersiap. Mengajaknya untuk segera pergi ke kampung mantan mertuaku itu. Tahukah kalian untuk apa? Jelas untuk mempermalukan keluarga Indah di sana."Bangun dong, Sayang. Mandi cepat," ujarku mencubit hidungnya yang mungil dan mancung itu. Malam ini Maya benar-benar luar biasa. Perempuan itu memang sangat berbeda sekali."Aku masih ngantuk, Mas," ucapnya sembari memanyunkan bibir. Persis sekali seperti anak kecil."Mas mau pergi ke kempung orang tua Indah. Mas mau usir mereka. Memang kamu tidak ingin lagi melihat kampung itu?""Kamu serius mau usir mereka? Kasihan, Mas. Lagi pula itu kan tanah orang tua Indah yang aku tahu. Tak la

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 8

    POV DANANGKenapa rumah ini terasa begitu sunyi. Sangat sunyi dan tidak seperti biasanya. Kemana penghuninya berada."Bu! Ibu!" Aku terus memanggil mantan mertuaku itu. Tapi tak kunjung dibuka pintunya. Dari menekan bel hingga gedoran pintu cukup keras tidak ada yang membukanya. "Sial!" gumamku. Karena sangking kesalnya, akhirnya pintu rumah itu kutendang sekencang mungkin."Buka! Woy! Pada mati nggak ketahuan kali ya!" teriakku lagi. Entah kenapa, setelah mentalak Indah, hilang juga rasa hormatku pada mereka."Assalamualaikum," terdengar suara mengucap salam. Aku dan Maya menoleh ke sumber suara itu. Berat rasanya menjawab salamnya. Lagian moodku juga sedang tidak bagus. "Walaikumsalam," jawab Maya lirih."Eh Bu Endah," s

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 9

    POV MAYASebenarnya aku senang Mas Danang berbuat sedemikian itu pada Indah. Aku juga senang pada akhirnya Indah Pergi. Aku jadi tidak memiliki saingan lagi. Karena jelas aku menjadi istri satu-satunya. Istri Mas Danang. Sudah kaya, tampan pula. Tapi …..Tapi yang aku takutkan Mas Danang akan memperlakukan aku seperti Indah. Wajah tampan yang terlihat kalem ternyata hatinya seperti itu. Mengerikan juga. Aku tidak boleh bodoh seperti Indah harus selangkah lebih maju.Jujur aku mencintai Mas Danang. Aku bahagia dia bisa menjadi suamiku. Meskipun aku jadi yang kedua, toh aku yakin bisa sepenuhnya mendapat kasih sayang dari Mas Danang. Sebab, istri pertamanya itu kan tidak bisa memberikan keturunan. Sedangkan Mas Danang sangat menginginkan seorang anak. Hanya saja, baru sehari aku menjadi istri Mas Danang,

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 10

    POV INDAH"Gue jalan dulu, Bos," ucap Haris dengan raut wajah meledek. Entah apa maksudnya. Reyhan tak menjawab dan memilih untuk menghabiskan roti bakarnya."Si Reyhan kenapa, Ris. Aneh ya? Kadang baik, kadang judes. Kayak orang angot-angotan gitu," lirihku setengah berbisik. Haris terlihat cekikikan."Jangan begitu, Ndah. Kayak baru kenal Reyhan aja," ujarnya. Aku hanya menganggukan kepala."Kalau mau berangkat kerja, berangkat aja! Nggak usah ghibahin saya!" sungutnya sembari berjalan cepat. Padahal tadi dia masih makan roti bakar. Cepet banget tiba-tiba sudah ada di belakang. Aku sedikit merasa tak enak. Sementara Haris hanya menertawakannya.Saat kami sampai di mobil, Reyhan yang sudah berada di da

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 11

    POV DANANGSeperti rencana, selepas makan siang, kami pergi menemui Pak Andalas di kantorku. Sejak dua hari ini mulai ada yang mengganggu pikiran. Rasanya aku tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Entahlah, tiba-tiba saja pikiranku terbesit akan bayangan seorang Indah, senyum manisnya, dan sambutannya saat aku pulang dari kantor.Lepas bayangan manis, tiba-tiba singgah juga bayangan saat dirinya berdiam diri. Saat aku mengusirnya hingga jidatnya terpentok tiang dan meninggalkan bekas memar. Hujan-hujan aku tega mengusirnya. Tak menyangka aku bahkan bisa sampai berbuat demikian karena rasa sakit hati. Aneh memang, kenapa seperti ada rasa merindukanya. Tapi jika kuingat hal yang membuat kesal, rasa marah itu kembali lagi. Sebisa mungkin aku menolak rasa kalau aku merindukannya.Sampai di

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 12

    Tok … tok … tok ….!Suara pintu itu kembali terdengar. Aku segera bergegas membuka pintunya. Mungkin saja itu Reyhan yang akan memberikan obat untukku."Mana obatnya?" tanyaku."Lah, memang belum dikasih sama Reyhan?" tanyanya. Aku menggeleng.Ternyata Haris yang datang."Sudah kuduga," lirihnya."Apa?" tanyaku tak mengerti. Haris hanya diam saja. Tapi wajahnya terlihat sangat kesal. "Keterlaluan," ujarnya lagi semakin membuatku tak mengerti. Aku melirik jam di dinding sudah pukul 18.45 menit. Itu artinya lima belas menit lagi dari sekarang."Kayaknya aku nggak bisa ikut, Ris. Maaf ya? Kamu pergi sendiri aja. Perutku masih sakit,"

Latest chapter

  • DIAMNYA ISTRIKU   TAMAT

    Hari yang ditunggu telah tiba, Nadira sudah berdandan cantik, dirias oleh MUA profesional. Tak lama lagi pihak keluarga Melvin akan datang untuk melamarnya secara resmi. Jantung Nadira amaih terus berdebar-debar karena hari ini adalah momentum penentuan tanggal pernikahan mereka juga.Gebby masuk ke kamar Nadira setelah mendapat izin. Ia juga sudah berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pihak keluarga Melvin. Semua keluarga Nadira sudah berkumpul di rumah itu."Kamu cantik banget, Nad! Pasti lagi deg-degan banget, ya?""Makasih, Geb. Iya, aku beneran deg-degan banget.""Udah, bawa rileks aja. Aku ikut bahagia, aku udah bawakan kado untuk kamu. Ini," ucao Gebby seraya menyerahkan sebuah goodie bag pada Nadira."Ya ampun, Gebby ... kamu kenapa repot-repot, sih?""Enggak, lah, Nad. Kamu kan saudaraku, kalau kamu bahagia, aku juga ikut bahagia.""Makasih, ya ... sampai kapanpun kita memang saudara, Geb. Semoga kamu juga bisa segera mendapatkan lelaki baik hati yang akan jadi suami ka

  • DIAMNYA ISTRIKU   season 3 part 31

    Malam itu, Gebby tidur di pangkuan Ana. Ia merasa tubuhnya begitu lelah dan lemas. Ana mengusap rambut Gebby sambil bercerita dan memberikan nasihat."Nenek senang kamu sudah mau minta maaf pada mereka, Geb. Itu artinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Nenek juga yakin mamamu di alam sana tak menginginkan jika kamu terus-terusan dikuasai dendam.""Iya, Nek. Sekarang aku merasa sudah jauh lebih tenang. Lelah juga ternyata selama ini berkejaran dengan nafsuku sendiri. Hati selalu panas dikuasai kebencian," jawab Gebby."Badanmu hangat, Geb! Hari ini kamu nggak lupa untuk minum obat, kan?""Aku nggak pernah lupa untuk minum obat setiap hari, karena dulu aku selalu bertekad untuk hidup lebih lama demi bisa membalaskan dendam mengenal pada keluarga Mama Indah. Tapi rasanya semakin keras aku berjuang, semakin aku merasa tak pernah tenang. Aku lelah, Nek.""Sayang ... Dulu juga nenek pernah berada di posisi seperti kamu yang selalu merasa bahwa diri nenek adalah orang yang paling benar

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 30

    Gebby merenung dalam pelukan Indah, bahkan setelah ia bertindak sejahat itu pada mereka, Indah masih saja menyebutnya sebagai anak yang baik? Ya, Gebby memang baik pada mamanya, tapi tidak pada yang lain.Rumah sudah semakin ramai dengan orang-orang yang diundang di acara takziah itu. Nadira, Rashi, mereka sibuk menata makanan di atas meja yang nantinya akan disuguhkan. Sementara itu, Indah dan Maya sibuk menata bingkisan sedekah."Lihat, Geb, mereka begitu sibuk membantu kita meskipun kita tak pernah memintanya," bisik Ana pada Gebby. Gebby mengusap matanya lagi ia mengangguk dan mengakui semua itu.Acara pun dimulai. Semua orang melantunkan ayat suci Al-Qur'an lalu berdoa dengan khusyuk. Harusnya Gebby bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mendoakan mamanya itu. Gebby juga melihat Reyhan sesekali mengusap matanya yang basah.Setelah acara selesai dan sedekah dibagikan, Indah beserta yang lain langsung berpamitan pada Ana dan Gebby."Sudah, jangan sedih terus, kasihan nanti

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 29

    Gebby berjalan gontai meninggalkan area rumah sakit. Kata-kata mamanya maafin barusan benar-benar membuat hatinya hancur. Meskipun terasa begitu menyakitkan tapi Gebby tak menyangkal semua yang dikatakan oleh mamanya Melvin itu.Selama ini dirinya memang terlalu terobsesi untuk menjadi orang yang paling mendapatkan perhatian. Gebby selalu akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai kemauannya. Bahkan seringkali ia tak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi akibat dari perbuatannya itu. Kata-kata sang nenek kembali terngiang di telinganya. Apa mungkin hidupnya sampai se menderita ini karena memang dirinya terlalu sulit untuk melupakan dendam itu?Gebby sampai ke rumahnya dan langsung memeluk sang nenek. Ia menangis sejadi-jadinya karena hatinya benar-benar sangat terluka kali ini. Cinta yang ingin ia raih harus kandas seketika itu juga. Melvin menolaknya, dan kini mamanya juga."Geb ... kamu tenangkan diri kamu, baru nanti cerita sama Nenek, ya!" ucap Ana sambil mengusap kepala c

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 28

    Gebby, tunggu! Kamu mau kemana? Jangan nekat, Geb! Panggil Melvin untuk kesekian kalinya. Ana juga jadi kalut dan ikut mengejar cucunya itu,.ia takut Gebby akan melakukan hal nekat seperti yang dilakukan oleh Luna."Gebby!" Ana memanggil Gebby meski napasnya mulai terengah. Ia sudah tua, tenanganya sudah tak sekuat dulu, berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.Gebby sudah keluar dari gerbang portal kompleks dan terus berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Melvin masih tak putus asa, ia mencoba terus mengejar. Genby sesekali menoleh ke belakang sambil terisak. Ia pun turun dari trotoar itu dan terlihat pasrah sembari merentangkan kedua tangannya dan berjalan perlahan ke arah tengah jalanan."Gebby! Jangan nekat kamu?" seru Melvin yang melihat Gebby senekat itu, ingin mencelakai dirinya sendiri dengan berdiri di tengah jalanan.Klakson kendaraan bermotor bersahutan dan sebagian ada yang marah karena ulah Gebby itu."Mau mati, Lu?" maki pengendara yang lewat."Gila, lu, woy?""Hey!

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 27

    Gebby melamun di teras belakang rumah itu. Sudah dua hari Luna pergi mengahadap Yang Maha Kuasa. Rumah sudah mulai sepi, hanya ada Ana dan Reyhan serta mamanya Melvin di rumah itu yang masih berbincang dan ada juga beberapa anggota kepolisian di bagian depan bersama papanya Melvin.Tak ada indikasi kekerasan dalam kematian Luna, semua orang meyakini itu merupakan murni sebagai kasus bunuh diri. Ditemukan foto Indah yang tertancap pena di dalam kamar. Polisi dan dokter menduga halusinasi Luna sempat kambuh ketika malam kejadian itu.Luna selalu bersikap impulsif dan tak peduli pada keadaan sekitar, jika sosok dalam halusinasinya muncul, ia bahkan tak tahu jika posisinya sedang di atas jurang sekalipun."Geb, kamu makan dulu, Sayang," bujuk Ana pada Gebby. Sejak kemarin tampaknya Gebby sama sekali belum makan. Ana khawatir karena Gebby tak boleh sampai melewatkan jadwal minum obatnya."Nanti saja, Nek. Belum ada selera.""Jangan begitu, dong, Geb. Kamu boleh bersedih tapi kamu juga haru

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 26

    Suasana kompleks pagi itu dibuat heboh atas penemuan tubuh Luna yang menyedihkan itu. Warga langsung mencari bantuan untuk segera membawa Luna pergi ke rumah sakit karena setelah diperiksa ternyata denyut nadinya masih ada.Gebby dan Ana hanya bisa pasrah, serasa tubuh mereka lemas tak berdaya menghadapi kenyataan itu. Luna kehilangan banyak darah akibat luka di bagian kepalanya. Bahkan mereka berdua tidak tahu kapan kejadian itu terjadi karena malam itu mereka tidur sangat nyenyak. Sebenarnya Gebby sempat terbangun beberapa kali untuk mengecek keadaan mamanya itu namun tidak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah larut malam kantuk pengendara dan ia tertidur dengan sangat pulas. Gebby pin menyesal karena membiarkan mamanya itu tidur di lantai dua. Bukan tanpa sebab, mamanya dulu pernah menempati kamar itu, Gebby berharap ingatannya bisa kembali secara perlahan dengan merasakan suasana kamar itu setiap hari.Luna akhirnya tiba di rumah sakit dan langsung ditangani oleh tim medis. Gebby da

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 25

    "Pa, mana uangnya yang aku minta? Transfer sekarang juga, lusa aku akan terbang bawa Mama," ucap Gebby pada Reyhan hari itu."Papa cuma bisa kasih kamu lima ratus juta dulu, Geb. Nanti kurangnya beberapa hari lagi, ya!""Log, kok gitu, sih, Pa?" seru Gebby tak senang."Bukannya kamu ya yang maksa untuk segera mencairkan dana investasi ke perusahaan Melvin? Kamu pikir uang di perusahaan kita bisa kamu atur seenaknya?""Ya ampun, Pa, aku tih cuma minta sedikit, apa susahnya sih tinggal transfer?""Semua uang pribadi papa sudah papa masukkan ke deposit berjangka. Hanya bisa diambil pada waktu yang tepat.""Papa sengaja, ya, biar aku gak bisa mintabuang sama Papa? Papa bener-bener tega, ya? Aku itu sedang berusaha supaya mama sembuh, tapi papa malah menghalang-halangi!""Kamu salah, uang papa sudah papa depositokan jauh sebelum kamu berencana mengambil mama kamu dari yayasan itu.""Papa sepertimya emang gak pernah sayang sama aku! Papa selalu aja bikin aku kecewa!""Geb, papa gak ada bila

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 24

    "Hai, Vin!" sapa Gebby pada Melvin. Melvin agak terkejut saat ia melihat Gebby ada di lobby kantornya terlihat sedang menunggu."Oh, hai, Geb!""Aku dari tadi nunggu kamu, loh.""Oh, ya? Bukannya kita belum ada janji untuk bertemu sebelumnya?""Sorry, emang belum. Tapi boleh, dong, kalau aku sesekali datang ke sini untuk sekedar melihat progres kerjasama kita? Lagian aku belum pernah ke sini, aku juga ingin tahu bagaimana sistem kerja di sini.""Ooh ... Oke, boleh aja, kok. Ayo, aku ajak berkeliling," sahut Melvin."Oke," ucap Gebby senang. Ia dan Melvin pun akhirnya mengitari sekitaran kantor dan Melvin menunjukkan bagian demi bagian di kantornya itu. Padahal Gebby tidak terlalu ingin tahu tentang itu tujuan utamanya datang ke kantor Melvin adalah supaya ia dan Melvin bisa punya pertemuan yang intens sehingga Gebby punya peluang untuk bisa semakin dekat dengannya."Padahal kamu ini bisa dikatakan pemula, tapi keren, loh. Kantor kamu bagus, sistem kerja juga bagus. Aku saranin kamu bu

DMCA.com Protection Status