Share

Bab 7

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV DANANG

Pagi ini aku sangat senang sekali hatinya. Buru-buru aku meminta Maya bersiap. Mengajaknya untuk segera pergi ke kampung mantan mertuaku itu. Tahukah kalian untuk apa? Jelas untuk mempermalukan keluarga Indah di sana.

"Bangun dong, Sayang. Mandi cepat," ujarku mencubit hidungnya yang mungil dan mancung itu. Malam ini Maya benar-benar luar biasa. Perempuan itu memang sangat berbeda sekali. 

"Aku masih ngantuk, Mas," ucapnya sembari memanyunkan bibir. Persis sekali seperti anak kecil. 

"Mas mau pergi ke kempung orang tua Indah. Mas mau usir mereka. Memang kamu tidak ingin lagi melihat kampung itu?" 

"Kamu serius mau usir mereka? Kasihan, Mas. Lagi pula itu kan tanah orang tua Indah yang aku tahu. Tak lama setelah menikah denganmu, rumah sederhana yang berdiri di atas tanah itu disulap menjadi rumah yang sangat mewah. Sudah sih biarkan saja, Mas. Uangmu masih banyak. Masa tidak kamu bagi sedikitpun untuk Indah." Wanita itu seharusnya merasa senang dengan sikapku. Tapi dia justru sebaliknya. 

"Tanah itu sertifikatnya sudah digadaikan ke Pak Minto. Rentenir yang ada di kampungnya itu. Uangnya untuk biaya operasi tumor di kepala Bapak Indah. Aku yang menebusnya dulu. Jadi Tanah itu ya milikku. Makanya aku membangun rumah itu sebesar mungkin. Kamu paham?" Harusnya saat itu Reyhanlah yang menebus sertifikat tanah itu. Aku tahu betul Reyhan menyukai Indah. Begitupun dengan Haris. 

Flashback

Aku, Reyhan, Haris dan Indah, kuliah di tempat yang sama. Tapi aku menganggap keduanya adalah musuh. Meskipun aku tidak tahu apakah keduanya menganggapku musuh juga. Tapi kami tidak pernah sekalipun bertegur sapa. Kami bertiga adalah bintangnya kampus. Sementara Indah saat itu adalah primadona kampus. Selain cantik, Indah sangat pintar. Dia juga juga salah satu siswa yang aktif dalam kegiatan sosial. Haris adalah sahabat Indah. Apapun permasalahan Indah dulu, Haris pasti tahu. 

Aku, dan Kakak beradik itu, juga tinggal di kampung yang sama, keluarga kami juga sangat terpandang. Kekayaan mereka seperti bersaing dengan kekayaan orang tuaku. Bahkan bisnis keluarga mereka juga menyaingi bisnis keluargaku. Sedangkan Indah, perempuan itu tinggal di kampung sebelah. Karena kami kuliah di tempat yang sama, jadilah kami saling mengenal. 

Saat itu, tak sengaja aku mendengar obrolan Haris dan Reyhan di taman kampus. Haris ingin membantu Indah untuk menebus sertifikat rumahnya. Kalau tidak maka Indah dan keluarganya akan terusir. Itu kalau tidak salah saat kuliah kami baru ada setengah semester. Kalau aku ini kan anak orang kaya. Jadi tinggal minta ke Ayahku jelas langsung keluar itu uang berapapun aku minta. Aku berpikir, mungkin dengan menebus sertifikat Ayah Indah itu, aku bisa dengan mudah mengambil hati Indah. 

"Darimana kita punya uang sebanyak itu?" tanya Haris "Biar itu jadi urusan aku. Kasihan Indah dan keluarganya," jawab Reyhan. Disitu aku berpikir Reyhan si pria dingin itu menyukai Indah. Tapi karena pembawaannya yang cuek ya dia terkesan tidak suka perempuan. Tapi ternyata diam-diam perhatian dengan Indah. Jelas aku semakin bersemangat lagi mengetahui kepedulian dua orang itu. Alhasil aku menganggap mereka sebagai sainganku untuk mendapatkan cinta Indah. 

"Lo mau minta Mama sama Papa? Kalau bisa kita bantu pakai uang tabungan kita sendiri, Rey," ujar Haris. 

"Satukan saja kalau begitu tabunganmu dan tabunganku," balas Reyhan. 

"Kok, lo yang terkenal cuek bisa peduli gitu sama Indah. Lo nggak? …."

"Iya, gue nggak suka sama Indah. Tenang aja, Ris. Gue cuma kasihan aja. Apalagi Lo bilang waktu mereka cuma tinggal hari ini saja?" ujar Reyhan. Haris pun tersenyum. 

Sepertinya mereka tidak menyadari kehadiranku yang berdiri di balik tiang mendengarkan obrolan mereka. Haris dengan semangatnya pamit pada Reyhan untuk menemui Indah. Tak lama setelah Haris pergi, Reyhan berucap "Maafin gue, Ris. Gue juga sebenarnya suka sama Indah," lirihnya saat itu. Disitulah aku tahu kalau Reyhan menyukai Indah. Tak mau kalah star, aku pun langsung mencari keberadaan Indah. 

"Akulah yang harus memiliki Indah. Bukan Danang namanya kalau tidak bisa menjadikan Indah sebagai Istri." 

Hari itu aku tidak melihat keberadaan Indah. Kuberanikan diri untuk bertanya kepadanya dimana Indah. Salsa bilang, Indah tidak masuk kampus. Segera aku pun bolos dari mata pelajaran kuliah selanjutnya. Dengan cepat aku bergegas ke parkiran mengambil motor ninjaku dan langsung mengendarainya dengan cepat. 

Lima belas menit berlalu, aku telah sampai di depan rumah kecil milik keluarga Indah. Disana sangat ramai keributan. Ternyata Pak Minto rentenir kampung yang terkenal itu sedang marah-marah dan meminta keluarga Indah segera meninggalkan rumahnya. Bagaikan pahlawan kesiangan, aku turun dari sepeda motorku dan menghampiri Pak Minto. 

"Berapa hutang keluarga ini?" tanyaku. 

"40 juta beserta bunganya," ucap Pak Minto. Segera aku pun menghubungi Ayahku. Tidak ada debat apalagi penolakan. Saat itu juga, Ayahku meminta Pak Minto datang ke rumah untuk mengambil uang. Sertifikat rumah itu pun aku ambil dari tangan Pak Minto dan menyerahkannya pada keluarga Indah. 

Bisik-bisik warga kampung Indah sangat beruntung, membuatku merasa tersanjung.

"Terimakasih, Danang," ucap Indah. Aku mengangguk. Saat itu juga aku mulai beraksi untuk mengambil hati Indah. Aku bersikap semanis mungkin dan mulai menawarkan persahabatan sekaligus cinta. Aku hanya tidak mau kalah start dari dua manusia itu.

Setelah urusan bersama Pak Minto selesai, kami pun kembali masuk ke rumah Indah yang menurutku sudah sangat reot. 

"Danang, Terima kasih, ya. Nanti aku akan mencari pekerjaan supaya bisa lekas mengganti uang kamu. Aku tidak tahu lagi kalau sampai tidak ada kamu tadi, mungkin kami sudah terusir," ucap Indah.  

"Mak Danang Terima kasih banyak. Kami akan mengganti uangnya," ucap keluarga Indah. "Tidak apa-apa, Pak. Bu," ucapku kala itu. 

"Ndah, kamu besok kuliah kan?" tanyaku lagi. Indah terdiam. "Kenapa?" tanyaku. 

"Sepertinya aku tidak akan berangkat kuliah. Sebab aku belum…." Belum sempat Indah mengucapkan, aku sudah tahu maksudnya. 

"Kamu tetap kuliah. Kamu harus raih cita-cita kamu," ujarku. "Aku akan meminjamimu uang. Tamatkan pendidikanmu ya?" ujarku menggenggam tangannya. Sengaja aku bilang meminjami, kalau membiayai, sudah pasti Indah akan menolak. "please, aku mohon. Kamu dan aku akan meraih cita-cita bersama, Indah. Kita akan saling mendukung," ujarku. 

"Terima kasih, Danang kamu baik banget, "ucap Indah. "Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan kamu," lanjutnya.

Saat aku sedang mengobrol asyik, Haris dan Reyhan datang. Mereka terlihat kaget melihat keberadaanku. Indah terus memujiku di depan mereka. Membuat kedua orang itu hanya mengulas senyum. Aku tahu mereka kecewa, tapi mereka tidak menunjukkannya. Aku menang.

Singkat cerita, seiring berjalannya waktu aku semakin membuat Indah jatuh cinta padaku, hubungan Indah dengan Kakak beradik itu juga kubuat semakin menjauh. Aku selalu berada di dekat Indah. Hubunganku dengan Indah juga berjalan ke jenjang lebih serius. Lulus kuliah aku sengaja mengajak Indah untuk menikah. Setelah itu, aku tidak akan membiarkannya bekerja. Bukankah istri harus nurut pada suami.

Seperti rencana, niatku menikahi Indah mendapat restu dari kedua orang tua Indah. Cinta yang kubuat pura-pura ini, membuatku jatuh cinta beneran padanya. Takut kehilangan dan sebagainya. Akhirnya, aku meminta kedua orang tuaku untuk melamar Indah. Lamaran itu berjalan lancar. 

Seperti rencana, setelah lulus kuliah pun, Indah resmi menjadi milikku. Kusiapkan semua kebutuhannya. Kucukupi keluarganya supaya dia tidak perlu bekerja. Setelah menikah, aku pun harus mengurus perusahaan yang sudah disiapkan Ayah untukku, aku pun mengajak Indah pindah ke kota besar. Bagus juga menurutku, jadi Indah tidak perlu berhubungan dengan Haris ataupun Reyhan.

Setelah menjadi Istri, aku benar-benar menguasai Indah. Tak kubiarkan dia bekerja meskipun dia ingin. Pergi kemanapun, selalu ada aku yang siap mendampinginya. Selama aku bekerja, Indah hanya diam di rumah. Menjadi Indah sudah persis burung di dalam sangkar. Sedikitpun tak kuberi dia kebebasan melakukan apa yang dia inginkan kecuali atas kehendakku. Semua itu aku lakukan karena aku mencintainya dan tidak mau kehilangannya.

*******

"Mas! Aku sudah siap. Tadi nyepetin aku! Sekarang malah bengong saja!" sentak Maya yang sudah tampil sangat cantik. Cantik sekali. Tapi tak tahu kenapa pikiranku tertuju pada sosok Indah. Aku benci sekali dengannya. Aku ingin dia hancur, aku ingin dia memulai kehidupan semua dari nol. Ijazahnya bahkan ada disini. Akan kubakar supaya dia sulit menemukan pekerjaan. Dia sudah tidak menjadi istriku, sedikitpun dia tidak berhak atas hartaku lagi. Aku akan mengambil semuanya. Aku yakin, dengan cara seperti ini maka dia akan berpikir ulang untuk bercerai dariku. Aku yakin, dia akan menyesali tindakannya dan memohon untuk kembali menjadi istriku lagi. 

"Sudah kita berangkat sekarang?"

"Iya, Mas," ucapnya lemas. Wajahnya menunjukkan seperti enggan ikut denganku. Membuatku penasaran dan ingin bertanya padanya.

"Kamu kenapa? Kok wajahnya ditekuk begitu?" tanyaku. 

"Mmaas, bagaimana tanggapan orang kampung kalau kita melakukan ini? Ini sama saja mempermalukan diri kita sendiri. Dan aku? Mereka bahkan tahu kalau aku dan Indah adalah teman. Dan kami juga tetangga dekat. Bagaimana ini, Mas? Aku malu!" ungkapnya dengan ekspresi wajah yang khawatir. 

"Pers*tan dengan tanggapan orang lain! Justru Indah yang akan malu. Dia wanita mandul, sudah dikasih hidup enak tapi bertingkah. Apa salahnya mengijinkan suami menikah lagi? Toh kamu juga tidak keberatan menjadi yang kedua. Orang-orang akan menyalahkan Indah. Wanita tak tahu diri." 

"Ya tapi kamu tidak boleh marah-marah di sana. Kamu harus bisa jaga sikap. Kamu ngomong pelan-pelan sama orang tua Indah. Kalau sampai kamu nggak bisa kontrol emosi, yang ada tanggapan orang tentang kamu bagaimana?" ujar Maya. Aku menyaring lagi ucapannya. Aku kan harus tetap terlihat baik. 

"Mas tidak akan emosi, Mas janji," ucapku. Kami pun beranjak bersama menaiki mobil. 

Sepanjang jalan Maya hanya diam saja. Aneh memang. Apa yang dia pikirkan. 

"Kamu mikirin apa sih?" 

"Aku takut kamu perlakukan aku seperti Indah!" cetusnya. 

"Itu tidak mungkin, Sayang. Asal kamu nurut sama aku. Jadi istri yang baik. Apalagi kalau kamu bisa kasih aku anak. Apapun akan kuberikan untuk kalian." 

"Apalagi kalau kamu membuatku tidak bosan, aku sudah pasti akan setia," ucapku membatin. 

"Lagi pula aku lakukan ini sama Indah karena aku sakit hati padanya. Setelah semuanya kuberikan, dia langsung bertingkah hanya karena tidak mau dimadu. Belagu sekali dia. Wanita seperti dia itu seharusnya tahu diri. Aku yakin banget dia akan menyesal dan mengemis untuk kembali menjadi istriku. Siapa juga yang mau punya istri kaya dia. Kalau bukan aku, tidak akan ada laki-laki manapun yang mau sama dia," kesalku. 

"Mas! Kamu kok seperti tidak rela ya melepas Indah?" ucap Maya. Aku sedikit gelagapan dibuatnya. 

"Siapa bilang? Aku sudah rela kok. Kan sudah ada kamu yang lebih dari segalanya." Aku bukan tidak rela. Hanya saja aku sangat membencinya. Aku laki-laki tampan juga berharta. Membuang wanita seperti dia bisa kudapat sepuluh wanita sempurna. Lihat saja dia akan menyesali tindakan bodohnya. 

"Benar kamu, Mas?" 

"Benar. Sangat benar," ucapku tersenyum manis padanya. Maya pun langsung tersenyum dan bergelayut manja.

.

.

Tiga jam berlalu, kami pun telah sampai di tempat tujuan. Cepat kilat aku parkiran mobil di halaman rumah besar yang tidak memiliki garasi itu. "Mas, kita jual saja nanti rumah ini," ujar Maya. Aku tersenyum. "Jual sayang, dan uangnya kamu pegang," ucapku. 

"Kamu serius, Mas?" tanya Maya. Aku mengangguk. 

"Tapi kok rumahnya sepi ya, Mas?" 

"Memang biasa sepi. Karena mereka hanya tinggal berdua."

"Indah? Apa dia sudah sampai di sini?" tanya Maya lagi. 

"Mungkin dia sedang mencari ongkos untuk pulang. Mengemis di jalanan mungkin? Bisa jadi jual diri ke preman-preman atau orang jalanan? Bisa jadi kan?" 

"Ish! Kamu ini, Mas. Jahat banget mulutnya," ujar Maya tertawa. Saat Indah tiba disini aku yakin dia pasti shock karena orangtuanya sudah terdampar di jalanan. Biar tahu rasa kamu, Indah! Hancur-hancur hidupmu sekarang. 



"Ayo, Mas kita turun sekarang," ajak Maya. Kali ini wajahnya terlihat lebih bersemangat.



Comments (8)
goodnovel comment avatar
Lail Maubile
semoga Maya juga mandul supaya dong tau rasa.
goodnovel comment avatar
Yanti Gunawan
maya juga pasti akan mengalami apa yg indah rasakan & Danang akan mengalami kehidupan yg lebih menderita dari indah & pada saat itu tiba Danang akan bersujud mengharapkan indah kembali tp semuanya terlambat karena indah sudah hidup bahagia dengan lelaki yg terbaik
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
Emang Maya bisa kasi keturunan???jgn2 Danang yg mandul...semoga sj...makin penasaran dgn ceritaX...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 8

    POV DANANGKenapa rumah ini terasa begitu sunyi. Sangat sunyi dan tidak seperti biasanya. Kemana penghuninya berada."Bu! Ibu!" Aku terus memanggil mantan mertuaku itu. Tapi tak kunjung dibuka pintunya. Dari menekan bel hingga gedoran pintu cukup keras tidak ada yang membukanya. "Sial!" gumamku. Karena sangking kesalnya, akhirnya pintu rumah itu kutendang sekencang mungkin."Buka! Woy! Pada mati nggak ketahuan kali ya!" teriakku lagi. Entah kenapa, setelah mentalak Indah, hilang juga rasa hormatku pada mereka."Assalamualaikum," terdengar suara mengucap salam. Aku dan Maya menoleh ke sumber suara itu. Berat rasanya menjawab salamnya. Lagian moodku juga sedang tidak bagus. "Walaikumsalam," jawab Maya lirih."Eh Bu Endah," s

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 9

    POV MAYASebenarnya aku senang Mas Danang berbuat sedemikian itu pada Indah. Aku juga senang pada akhirnya Indah Pergi. Aku jadi tidak memiliki saingan lagi. Karena jelas aku menjadi istri satu-satunya. Istri Mas Danang. Sudah kaya, tampan pula. Tapi …..Tapi yang aku takutkan Mas Danang akan memperlakukan aku seperti Indah. Wajah tampan yang terlihat kalem ternyata hatinya seperti itu. Mengerikan juga. Aku tidak boleh bodoh seperti Indah harus selangkah lebih maju.Jujur aku mencintai Mas Danang. Aku bahagia dia bisa menjadi suamiku. Meskipun aku jadi yang kedua, toh aku yakin bisa sepenuhnya mendapat kasih sayang dari Mas Danang. Sebab, istri pertamanya itu kan tidak bisa memberikan keturunan. Sedangkan Mas Danang sangat menginginkan seorang anak. Hanya saja, baru sehari aku menjadi istri Mas Danang,

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 10

    POV INDAH"Gue jalan dulu, Bos," ucap Haris dengan raut wajah meledek. Entah apa maksudnya. Reyhan tak menjawab dan memilih untuk menghabiskan roti bakarnya."Si Reyhan kenapa, Ris. Aneh ya? Kadang baik, kadang judes. Kayak orang angot-angotan gitu," lirihku setengah berbisik. Haris terlihat cekikikan."Jangan begitu, Ndah. Kayak baru kenal Reyhan aja," ujarnya. Aku hanya menganggukan kepala."Kalau mau berangkat kerja, berangkat aja! Nggak usah ghibahin saya!" sungutnya sembari berjalan cepat. Padahal tadi dia masih makan roti bakar. Cepet banget tiba-tiba sudah ada di belakang. Aku sedikit merasa tak enak. Sementara Haris hanya menertawakannya.Saat kami sampai di mobil, Reyhan yang sudah berada di da

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 11

    POV DANANGSeperti rencana, selepas makan siang, kami pergi menemui Pak Andalas di kantorku. Sejak dua hari ini mulai ada yang mengganggu pikiran. Rasanya aku tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Entahlah, tiba-tiba saja pikiranku terbesit akan bayangan seorang Indah, senyum manisnya, dan sambutannya saat aku pulang dari kantor.Lepas bayangan manis, tiba-tiba singgah juga bayangan saat dirinya berdiam diri. Saat aku mengusirnya hingga jidatnya terpentok tiang dan meninggalkan bekas memar. Hujan-hujan aku tega mengusirnya. Tak menyangka aku bahkan bisa sampai berbuat demikian karena rasa sakit hati. Aneh memang, kenapa seperti ada rasa merindukanya. Tapi jika kuingat hal yang membuat kesal, rasa marah itu kembali lagi. Sebisa mungkin aku menolak rasa kalau aku merindukannya.Sampai di

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 12

    Tok … tok … tok ….!Suara pintu itu kembali terdengar. Aku segera bergegas membuka pintunya. Mungkin saja itu Reyhan yang akan memberikan obat untukku."Mana obatnya?" tanyaku."Lah, memang belum dikasih sama Reyhan?" tanyanya. Aku menggeleng.Ternyata Haris yang datang."Sudah kuduga," lirihnya."Apa?" tanyaku tak mengerti. Haris hanya diam saja. Tapi wajahnya terlihat sangat kesal. "Keterlaluan," ujarnya lagi semakin membuatku tak mengerti. Aku melirik jam di dinding sudah pukul 18.45 menit. Itu artinya lima belas menit lagi dari sekarang."Kayaknya aku nggak bisa ikut, Ris. Maaf ya? Kamu pergi sendiri aja. Perutku masih sakit,"

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 13

    "Ingat Adit Tiagautama?" tanyanya sambil mengajakku duduk di meja yang sedikit jauh dari kebisingan."Aditya Tiagutama? Aku ingat. Mahasiswa yang paling gendut di kelas? Korban bully anak satu kelas. Terutama Mas Danang? Tiada hari tanpa dikerjai Mas Danang. Dijauhi oleh hampir semua siswa karena bau badan? Dianggap jorok dan ….""Dan hanya kamu kan yang mau berteman sama dia? Kamu selalu belain dia. Pasang badan di depan dia. Sering berantem sama Danang gara-gara belain dia. Terakhir kamu bertengkar hebat sama Danang, gara-gara Danang minta dibeliin kopi panas di kantin, tapi dia bawain es cofe, dan Danang marah terus ngeguyur minumannya ke kepala dia. Danang juga sering banget minta dia buat joget di depan kelas. Buat hiburan mereka. Kalau Adit berjoget, karena badannya yang besar bagaikan gajah itu, meliuk-liuk, anak satu kelas akan tertawa terbahak

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 14

    Malam kian larut, aku melirik waktu di jam tangan sudah menunjukkan pukul 01.00 malam. Lima menit kemudian, tepat pukul 01.05 WIB, mobil Mas Danang berhenti di depan sebuah vila cukup besar dengan nuansa white. Halamannya terdampar begitu luas dengan beberapa bangku dan meja taman. Kemungkinan Vila ini sangat pas untuk liburan keluarga.Sebuah plang besar tertulis Vila Indah Asri. Letaknya lumayan jauh dari ibu kota. Sepertinya kini aku telah berada di luar kota. Suasana disini sangat sepi dan lumayan jauh dari pemukiman warga.Mas Danang langsung melepas sabuk pengaman lalu membuka pintu mobil dan keluar. Aku sudah paham betul dengan sikapnya, jadi aku harus berusaha supaya tetap tenang. Ya Allah, semoga tidak terjadi sesuatu pada diriku. Jangan sampai Mas Danang menodaiku dan melakukan dosa besar."

  • DIAMNYA ISTRIKU   Bab 15

    POV REYHANMelihat Danang memperlakukan Indah dengan kasar, sungguh ingin membuatku mematahkan batang lehernya. Kalau saja Haris tidak mencegahku, mungkin laki-laki itu sudah babak belur di tanganku. Hanya saja sayang, lelaki banci itu berteriak bahwa kami dilarang ikut campur. Sebab, Indah masih sah menjadi istri Danang. Itu betul karena Indah memang belum resmi bercerai. Sehingga aku pun lebih memilih diam meski hati panas. Aku juga tidak ingin terjadi keributan. Laki-laki gila tak berotak.Kuperhatikan Danang semakin kasar. Ia mulai menyeret tangan Indah dan membawanya pergi menjauh dari taman. Jelas saja aku langsung mengikuti dari belakang. Namun sebelum itu, aku meminta Novi sekretarisku untuk pulang lebih dulu. Sementara Maya, wanita yang kini telah menjadi istri Danang itu terus berteriak namun sama sekali Danang tidak melirik ke arahnya.Mataku membulat sempurn

Latest chapter

  • DIAMNYA ISTRIKU   TAMAT

    Hari yang ditunggu telah tiba, Nadira sudah berdandan cantik, dirias oleh MUA profesional. Tak lama lagi pihak keluarga Melvin akan datang untuk melamarnya secara resmi. Jantung Nadira amaih terus berdebar-debar karena hari ini adalah momentum penentuan tanggal pernikahan mereka juga.Gebby masuk ke kamar Nadira setelah mendapat izin. Ia juga sudah berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pihak keluarga Melvin. Semua keluarga Nadira sudah berkumpul di rumah itu."Kamu cantik banget, Nad! Pasti lagi deg-degan banget, ya?""Makasih, Geb. Iya, aku beneran deg-degan banget.""Udah, bawa rileks aja. Aku ikut bahagia, aku udah bawakan kado untuk kamu. Ini," ucao Gebby seraya menyerahkan sebuah goodie bag pada Nadira."Ya ampun, Gebby ... kamu kenapa repot-repot, sih?""Enggak, lah, Nad. Kamu kan saudaraku, kalau kamu bahagia, aku juga ikut bahagia.""Makasih, ya ... sampai kapanpun kita memang saudara, Geb. Semoga kamu juga bisa segera mendapatkan lelaki baik hati yang akan jadi suami ka

  • DIAMNYA ISTRIKU   season 3 part 31

    Malam itu, Gebby tidur di pangkuan Ana. Ia merasa tubuhnya begitu lelah dan lemas. Ana mengusap rambut Gebby sambil bercerita dan memberikan nasihat."Nenek senang kamu sudah mau minta maaf pada mereka, Geb. Itu artinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Nenek juga yakin mamamu di alam sana tak menginginkan jika kamu terus-terusan dikuasai dendam.""Iya, Nek. Sekarang aku merasa sudah jauh lebih tenang. Lelah juga ternyata selama ini berkejaran dengan nafsuku sendiri. Hati selalu panas dikuasai kebencian," jawab Gebby."Badanmu hangat, Geb! Hari ini kamu nggak lupa untuk minum obat, kan?""Aku nggak pernah lupa untuk minum obat setiap hari, karena dulu aku selalu bertekad untuk hidup lebih lama demi bisa membalaskan dendam mengenal pada keluarga Mama Indah. Tapi rasanya semakin keras aku berjuang, semakin aku merasa tak pernah tenang. Aku lelah, Nek.""Sayang ... Dulu juga nenek pernah berada di posisi seperti kamu yang selalu merasa bahwa diri nenek adalah orang yang paling benar

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 30

    Gebby merenung dalam pelukan Indah, bahkan setelah ia bertindak sejahat itu pada mereka, Indah masih saja menyebutnya sebagai anak yang baik? Ya, Gebby memang baik pada mamanya, tapi tidak pada yang lain.Rumah sudah semakin ramai dengan orang-orang yang diundang di acara takziah itu. Nadira, Rashi, mereka sibuk menata makanan di atas meja yang nantinya akan disuguhkan. Sementara itu, Indah dan Maya sibuk menata bingkisan sedekah."Lihat, Geb, mereka begitu sibuk membantu kita meskipun kita tak pernah memintanya," bisik Ana pada Gebby. Gebby mengusap matanya lagi ia mengangguk dan mengakui semua itu.Acara pun dimulai. Semua orang melantunkan ayat suci Al-Qur'an lalu berdoa dengan khusyuk. Harusnya Gebby bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mendoakan mamanya itu. Gebby juga melihat Reyhan sesekali mengusap matanya yang basah.Setelah acara selesai dan sedekah dibagikan, Indah beserta yang lain langsung berpamitan pada Ana dan Gebby."Sudah, jangan sedih terus, kasihan nanti

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 29

    Gebby berjalan gontai meninggalkan area rumah sakit. Kata-kata mamanya maafin barusan benar-benar membuat hatinya hancur. Meskipun terasa begitu menyakitkan tapi Gebby tak menyangkal semua yang dikatakan oleh mamanya Melvin itu.Selama ini dirinya memang terlalu terobsesi untuk menjadi orang yang paling mendapatkan perhatian. Gebby selalu akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai kemauannya. Bahkan seringkali ia tak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi akibat dari perbuatannya itu. Kata-kata sang nenek kembali terngiang di telinganya. Apa mungkin hidupnya sampai se menderita ini karena memang dirinya terlalu sulit untuk melupakan dendam itu?Gebby sampai ke rumahnya dan langsung memeluk sang nenek. Ia menangis sejadi-jadinya karena hatinya benar-benar sangat terluka kali ini. Cinta yang ingin ia raih harus kandas seketika itu juga. Melvin menolaknya, dan kini mamanya juga."Geb ... kamu tenangkan diri kamu, baru nanti cerita sama Nenek, ya!" ucap Ana sambil mengusap kepala c

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 28

    Gebby, tunggu! Kamu mau kemana? Jangan nekat, Geb! Panggil Melvin untuk kesekian kalinya. Ana juga jadi kalut dan ikut mengejar cucunya itu,.ia takut Gebby akan melakukan hal nekat seperti yang dilakukan oleh Luna."Gebby!" Ana memanggil Gebby meski napasnya mulai terengah. Ia sudah tua, tenanganya sudah tak sekuat dulu, berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.Gebby sudah keluar dari gerbang portal kompleks dan terus berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Melvin masih tak putus asa, ia mencoba terus mengejar. Genby sesekali menoleh ke belakang sambil terisak. Ia pun turun dari trotoar itu dan terlihat pasrah sembari merentangkan kedua tangannya dan berjalan perlahan ke arah tengah jalanan."Gebby! Jangan nekat kamu?" seru Melvin yang melihat Gebby senekat itu, ingin mencelakai dirinya sendiri dengan berdiri di tengah jalanan.Klakson kendaraan bermotor bersahutan dan sebagian ada yang marah karena ulah Gebby itu."Mau mati, Lu?" maki pengendara yang lewat."Gila, lu, woy?""Hey!

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 27

    Gebby melamun di teras belakang rumah itu. Sudah dua hari Luna pergi mengahadap Yang Maha Kuasa. Rumah sudah mulai sepi, hanya ada Ana dan Reyhan serta mamanya Melvin di rumah itu yang masih berbincang dan ada juga beberapa anggota kepolisian di bagian depan bersama papanya Melvin.Tak ada indikasi kekerasan dalam kematian Luna, semua orang meyakini itu merupakan murni sebagai kasus bunuh diri. Ditemukan foto Indah yang tertancap pena di dalam kamar. Polisi dan dokter menduga halusinasi Luna sempat kambuh ketika malam kejadian itu.Luna selalu bersikap impulsif dan tak peduli pada keadaan sekitar, jika sosok dalam halusinasinya muncul, ia bahkan tak tahu jika posisinya sedang di atas jurang sekalipun."Geb, kamu makan dulu, Sayang," bujuk Ana pada Gebby. Sejak kemarin tampaknya Gebby sama sekali belum makan. Ana khawatir karena Gebby tak boleh sampai melewatkan jadwal minum obatnya."Nanti saja, Nek. Belum ada selera.""Jangan begitu, dong, Geb. Kamu boleh bersedih tapi kamu juga haru

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 26

    Suasana kompleks pagi itu dibuat heboh atas penemuan tubuh Luna yang menyedihkan itu. Warga langsung mencari bantuan untuk segera membawa Luna pergi ke rumah sakit karena setelah diperiksa ternyata denyut nadinya masih ada.Gebby dan Ana hanya bisa pasrah, serasa tubuh mereka lemas tak berdaya menghadapi kenyataan itu. Luna kehilangan banyak darah akibat luka di bagian kepalanya. Bahkan mereka berdua tidak tahu kapan kejadian itu terjadi karena malam itu mereka tidur sangat nyenyak. Sebenarnya Gebby sempat terbangun beberapa kali untuk mengecek keadaan mamanya itu namun tidak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah larut malam kantuk pengendara dan ia tertidur dengan sangat pulas. Gebby pin menyesal karena membiarkan mamanya itu tidur di lantai dua. Bukan tanpa sebab, mamanya dulu pernah menempati kamar itu, Gebby berharap ingatannya bisa kembali secara perlahan dengan merasakan suasana kamar itu setiap hari.Luna akhirnya tiba di rumah sakit dan langsung ditangani oleh tim medis. Gebby da

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 25

    "Pa, mana uangnya yang aku minta? Transfer sekarang juga, lusa aku akan terbang bawa Mama," ucap Gebby pada Reyhan hari itu."Papa cuma bisa kasih kamu lima ratus juta dulu, Geb. Nanti kurangnya beberapa hari lagi, ya!""Log, kok gitu, sih, Pa?" seru Gebby tak senang."Bukannya kamu ya yang maksa untuk segera mencairkan dana investasi ke perusahaan Melvin? Kamu pikir uang di perusahaan kita bisa kamu atur seenaknya?""Ya ampun, Pa, aku tih cuma minta sedikit, apa susahnya sih tinggal transfer?""Semua uang pribadi papa sudah papa masukkan ke deposit berjangka. Hanya bisa diambil pada waktu yang tepat.""Papa sengaja, ya, biar aku gak bisa mintabuang sama Papa? Papa bener-bener tega, ya? Aku itu sedang berusaha supaya mama sembuh, tapi papa malah menghalang-halangi!""Kamu salah, uang papa sudah papa depositokan jauh sebelum kamu berencana mengambil mama kamu dari yayasan itu.""Papa sepertimya emang gak pernah sayang sama aku! Papa selalu aja bikin aku kecewa!""Geb, papa gak ada bila

  • DIAMNYA ISTRIKU   Season 3 part 24

    "Hai, Vin!" sapa Gebby pada Melvin. Melvin agak terkejut saat ia melihat Gebby ada di lobby kantornya terlihat sedang menunggu."Oh, hai, Geb!""Aku dari tadi nunggu kamu, loh.""Oh, ya? Bukannya kita belum ada janji untuk bertemu sebelumnya?""Sorry, emang belum. Tapi boleh, dong, kalau aku sesekali datang ke sini untuk sekedar melihat progres kerjasama kita? Lagian aku belum pernah ke sini, aku juga ingin tahu bagaimana sistem kerja di sini.""Ooh ... Oke, boleh aja, kok. Ayo, aku ajak berkeliling," sahut Melvin."Oke," ucap Gebby senang. Ia dan Melvin pun akhirnya mengitari sekitaran kantor dan Melvin menunjukkan bagian demi bagian di kantornya itu. Padahal Gebby tidak terlalu ingin tahu tentang itu tujuan utamanya datang ke kantor Melvin adalah supaya ia dan Melvin bisa punya pertemuan yang intens sehingga Gebby punya peluang untuk bisa semakin dekat dengannya."Padahal kamu ini bisa dikatakan pemula, tapi keren, loh. Kantor kamu bagus, sistem kerja juga bagus. Aku saranin kamu bu

DMCA.com Protection Status