“Gimana Ibu bisa tahu?” Seruni menatap mata sayu sang Ibunda.“Mana ada laki-laki yang bisa buat anak Ibu senyum-senyum sendiri, malu, melukin hape sendiri, iya kan?” Bu Rahma mendorong ujung hidung Seruni dengan ujung jari telunjuknya.Wajah Seruni memerah, ia tak berani menatap netra Ibunya. Sejak Bapak meninggal dan sebagian besar peninggalan dikuasai oleh sang kakak, Ibu memang begitu dekat dengan Seruni. Selama putrinya kuliah, Bu Rahma tinggal dengan sepupunya, Pak Syarief. Itu sebab hari ini mereka berdua harus datang pagi-pagi sekali.“Biar nanti Ibu bilang sama Bu Maryam,” ujar Bu Rahma datar, seolah hal ini adalah hal biasa yang tak perlu persetujuan Seruni.“Lho? Kok bilang sama Bude Maryam? Ibu mau bilang apa?” protes Seruni.“Ya bilang kalau kamu naksir sama anaknya, apa lagi?” jawab Bu Rahma biasa saja.“Ibu ... malu lah! Gimana pun aku ini perempuan, ng
Baca selengkapnya