“David benar-benar sudah berubah, Pak,” ujar Bu Maryam sambil menuangkan air putih dari teko alumunium ke dalam gelas untuk suaminya.Pak Ahmad segera meneguk air sampai tak bersisa. Terik mentari terasa begitu membakar punggungnya. Ia lepaskan caping dari atas kepala, ia kibaskan ke wajah sekedar memberikan sedikit kesejukan. Ia naikkan seluruh kakinya ke balai-balai di bawah pohon nangka besar di tepi ladang sayuran miliknya.“Sudah, tak usah dipikirkan, Bu. Nanti juga dia kembali. Mau kemana dia kalau mertuanya yang berlidah tajam itu mengambil istrinya? Apa dia berani melawannya seperti kita?” gerutu Pak Ahmad.“Iya, Pak. Ibu cuma kepikiran perlakuan apa yang diterima anak itu waktu Adelia mengaku dihamili, belum lagi setelah menikah sampai sekarang, hinaan apa yang ia terima dari mertuanya,” Bu Maryam memandang pilu rantang di hadapannya, makan siang untuk sang suami.“Itu sudah pilihannya, Bu,” jawab P
Baca selengkapnya