Home / Pernikahan / Bukan Gadis Biasa / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Bukan Gadis Biasa: Chapter 1 - Chapter 10

72 Chapters

Bag 01. The Queen.

»»»»   "Queen!"   "Queen!"   "Queen!"       Suara bising teriakan dari para penonton membuat malam yang penuh hingar bingar itu tampak semakin meriah. Lampu remang-remang yang terpancar di beberapa sudut jalanan membuat seorang wanita yang sudah duduk di balik kemudi itu menginjak pedal gas di kakinya. Setelah bendera yang di kibarkan sang grid girl jatuh menyentuh tanah, tiga buah mobil mewah meluncur dengan sangat cepat, saling berlomba untuk menjadi yang pertama.       Wanita yang sering di sapa Queen di arena itu tampak sedang dalam mood yang kurang baik. Terlihat dari bagaimana cara wanita itu mengendarai Bugatti Chiron miliknya dengan sangat cepat. Melesat tanpa memperdulikan kedua lawannya yang sudah tertinggal jauh. Mobil mewah yang bernilai tidak lebih dari Rp. 50,69 milyar itu begitu gesit bergerak di jalanan. Bugatti Chiron adalah produk terbatas ya
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bag 02. Ancaman.

»»»» "Dari mana aja lo, baru pulang?" Cia tak mendengarkan dan langsung berjalan menuju lift untuk pergi ke kamarnya. Rumah Cia memanglah sangat besar. Ada 4 lantai yang terbagi menjadi beberapa ruangan. Termasuk ruang gym dan juga kolam renang. Dava Vergion, adalah Kakak tiri Cia. Mereka memang tidak pernah akur sejak kecil. Usia mereka tidak beda jauh, hanya selisih beberapa bulan. Dava lahir lebih dulu di bandingkan Cia. Namun, Cia tak pernah menganggap Dava sebagai saudaranya. "Padahal besok sekolah, tapi jam segini baru balik!" Dava menggerutu. Cowok tinggi dengan manik abu-abu indah itu memang bukan asli orang Indoensia. Dava blasteran Inggris-Indonesia, yang mana, Ibunya adalah orang Inggris sedangkan Ayahnya asli dari Jakarta. Dava juga tidak lahir di Indonesia, tempat kelahirannya berada di Negara Australia, tentu saja itu di saat kedua orang tuanya sedang melakukan dinas di sana.  
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bag 03. New Machine.

»»»» "Lo mau gue ganti rugi? Berapa?" Cowok itu mengambil dompet dari sakunya dan ingin mengambil uang dari sana. "Sialan!" Cia memaki, "gue nggak butuh duit lo, waktu gue kebuang cuma ngadepin manusia kayak lo!" Cia mengulurkan kunci mobilnya pada cowok itu. Si cowok hanya diam dan menaikkan sebelah alisnya. "Lo bego? Benerin mobil gue sampe mulus kayak semula. Besok harus lo balikin!" Cia menarik tangan cowok itu dan meletakkan kunci mobilnya di sana. Dan segera, setelah itu menuju mobil miliknya untuk mengambil tas juga ponsel yang masih tertinggal di sana untuk memanggil ojek online, setidaknya kendaraan itu yang saat ini banyak berkeliaran di dekat sekolahnya. »»»»     Cia menatap datar laptop di hadapannya. Seorang pria duduk di sampingnya dengan wajah dua kali lipat lebih datar dari Cia. "Bang, lo yakin?" Cia menata
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bag 04. Pagi di Sekolah.

»»»»          Dava bangun untuk bersekolah pagi ini. Dan seperti biasa, cowok itu akan mengecek keberadaan sang adik yang memang sangat sulit dia temui, walaupun mereka tinggal dalam satu rumah yang sama. "Pagi, Sayang. Udah mau berangkat?" Diana, ibu tiri Dava menyapnya. Dava tersenyum membalas sapaan sang Mama. "Ma, Cia belum turun?"  "Dia udah berangkat tadi pagi." Dava tampak kecewa. Sejujurnya, waktu yang paling tepat untuk melihat Cia itu hanya saat pagi hari. Karena, setiap malam, Cia selalu pulang larut. Tak ada yang bisa melarang Cia di rumah, tentu saja aksi melompat dari lantai 2 rumah itu menjadi peringatan untuk mereka, bahwa Cia adalah orang yang nekat. Bisa saja Cia akan kabur dari rumah dan tidak akan kembali, jika mereka melarang keras kelakuan Cia selama ini. "Ya udah, Ma. Dava berangkat dulu!" Diana tersenyu
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bag 05. Keributan di Cafe.

»»»» Bolos adalah hal biasa bagi Cia. Tetapi, pagi ini, setelah perkelahiannya dengan cowok bernama Yejun, Cia malas keluar. Mood untuk membolosnya jadi berkurang, alhasil, Cia memilih untuk tidur di kelas, dengan membaringkan kepalanya di atas meja. Saat guru datang, Cia masih terlelap dalam tidurnya, hingga sang guru yang baru saja masuk segera mendekati Cia. Guru itu menggeleng pelan, lalu memukul pelan kepala Cia dengan buku paket di tangannya."Kamu ke sekolah niat belajar apa niat tidur!" Tegur sang guru. Cia yang tidurnya terganggu dengan malas bangun sambil menguap."Apa sih, Pak! Ganggu aja!" Cia mengucek sebelah matanya, dan saat itu, tatapannya beradu dengan manik mata hitam milik seorang gadis yang berdiri di depan kelas."Hari ini, kita kedatangan murid baru!" Guru laki-laki bernama Firman itu berjalan kembali ke arah mejanya. "Silahkan perkenalkan diri kamu!""Terima kasih, Pak!" Gadis dengan kuncir kuda itu tersenyum dengan semangat. "Hallo semua, Nama gue Azkian
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bag 06. Pertukaran Pelajar.

»»»»       Cia berangkat sekolah dengan tenang seperti biasa. Setelah sampai di kelas, suasana yang tadinya berisik langsung tenang. Para teman sekelas Cia bisa menebak bahwa saat ini, mood Cia sedang tidak baik. Dan itu, bisa berakibat tidak baik juga untuk mereka, jadi mereka memilih untuk diam dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Pagi, Cia!" sapa Kian ceria. Semua yang ada di kelas kembali terkejut dengan perilaku Kian. Kenapa bisa, dengan mudahnya Kian menyapa Cia dalam keadaan seperti itu? Cia tanpa menjawab segera meninggalkan kelas, dan dengan bodohnya, Kian mengikuti kemana Cia pergi. Cia sedang malas berdebat atau semacamnya, tingkat kejahilannya berkurang pagi ini. Tetapi, justru itu yang membuat aura mencekam dari dirinya, jika Cia tidak jahil, maka di pastikan dia sedang dalam mode brutal. Kian yang masih mengikuti langkah Cia tampak bingung, si
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bag 07. Kesalahan Pahaman.

»»»»        Dava hanya bisa menatap Aqila yang berjalan menjauhinya dalam diam. Aqila akan pergi ke Jepang hari ini, dan itu sudah membuatnya sedih. Dava melangkah pergi dari bandara setelah memastikan pesawat yang di tumpangi Aqila lepas landas. Dengan langkah kaki malasnya, Dava menuju sepeda motor yang terparkir apik di parkiran bandara.  Pulang adalah keinginan Dava setelah mengantar Aqila, sebelum dia melihat mobil Cia yang tengah melaju di depannya. Dava sebenarnya takut pada Cia, takut jika Cia akan pergi selamanya dari kehidupan keluarga mereka, jika Dava ikut campur dengan urusan Cia. Namun, rasa penasaran cowok itu sudah pada batasnya. Cia sudah terlalu banyak menyembunyikan sesuatu darinya dan keluarga mereka. Dava akan mencari tau perlahan tentang adiknya yang sejak dulu selalu menyembunyikan apapun darinya. "Dia ngapain?" Dava menghentikan laju sepeda motornya
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bag 08. Harapan Dava.

 »»»»     Cia duduk malas di balik kursi kemudi. Wajahnya datar sambil menahan amarah yang sudah ada di ubun-ubun. "Turun sekarang!" Cia menatap cowok di sampingnya itu dengan geram, "gue bilang, turun sekarang!" Bentaknya penuh penekanan. "Nggak, sebelum lo jelas in apa yang lo lakuin di sini dan siapa Om-Om yang sama lo barusan!"  "Itu nggak ada urusannya sama lo, jadi sekarang lo turun, atau lo gue gebukin di sini!"  "Gue pilih yang kedua, asal lo jawab pertanyaan gue!" Cia melotot. Ingin sekali dia memukuli wajah Dava yang menyebalkan itu. "Serah lo!" Cia akhirnya diam. Menyalakan mesin mobilnya dan segera meninggalkan parkiran hotel. Dava hanya duduk diam di samping Cia, tak tau apa yang Cia lakukan di hotel tadi. Yang jelas, Dava merasa harus mengawasi Cia mulai sekarang. "Lo mau kemana?" Cia tak
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bag 09. Ajakan.

»»»»       Cia membuka matanya, bersiap mandi untuk sekolah. Saat gadis itu selesai bersiap dan ingin keluar dari kamar, Cia di kejutkan dengan kehadiran Dava yang sudah menunggunya, dengan satu kalimat menyebalkan bagi Cia.   "Gue nebeng ya!"    "Siapa lo!" Cia langsung pergi meninggalkan Dava.    "Motor gue di bengkel."   "Terus?"   "Ya ... gue nebeng sama lo lah!"   "Ogah!"   "Ayolah, Ci. Sekali ini doang! Ya mungkin pulang juga!"   "Taxi banyak!" Cia memencet tombol lift yang berada di depannya. Saat terbuka, ada Radith di sana. Bersama Diana yang juga sudah siap dengan baju kerjanya.   "Gue maunya sama lo!" Cia tak menjawab lagi. Memilih diam sambil menunggu lift sampai di lantai dasar. Dia tak suka berdekatan dengan Radith, apalagi Diana. &nbs
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more

Bag 10. Kita Kompakan.

  »»»»      Suara dari seberang telfon masih terdengar. Namun, Cia sudah ingin mengakhiri panggilan itu. Ceramah panjang dari Ferry sudah dia dengar semenjak kemarin, Cia sangat pusing mendengarnya.   "Besok malem gua ada acara!" Tanpa maksud tujuan, Cia mengatakan hal itu.   'Acara apa? Paling juga nongkrong sama Rajawali!'   "Enggak!" Elak Cia ketus.   'Terus?'   "Acara makan malem keluarga!" Cia mengutuk dirinya dalam hati. Namun, beberapa saat kemudian, ide brilian merasuki otaknya.   'Boong banget! Udah nggak usah alasan. Pokoknya, besok malem kita berangkat, jam 8 lo harus udah sampe bandara.'   "Gue nggak boong bang! Besok gue vc deh kalo nggak percaya!"   'Gue nggak percaya, bisa aja lo boongin gue, nyewa orang buat jadi sodara sama bokap lo. Gue kan nggak pernah ket
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status