Home / Fiksi Remaja / Persona / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Persona: Chapter 1 - Chapter 10

76 Chapters

Prolog

Cewek itu menatap cowok di hadapannya dengan linangan air mata dan tatapan benci. "Kamu ngajakin aku balikan, tapi kamu diam-diam malah ngelakuin itu sama dia! Berengsek!" Cewek itu mendorong dada cowok dihadapannya sampai cowok itu termundur. "Kamu bilang udah berubah, tapi nyatanya malah ngelakuin itu sama dia di belakang aku!" Matanya berkaca-kaca, mendongak menatap lekat cowok di hadapannya. "Karena aku ini BAJINGAN!" tegas cowok itu penuh penekanan. "Aku nggak punya teman dan aku kesepian." Cewek itu tertegun tak percaya dengan pengakuan yang keluar dari mulut si cowok. Tadinya dia berpikir cowok itu akan membantah tuduhannya dan memberi penjelasan lain. Dia masih berharap kalau lelaki itu bisa berubah. Namun kenyataannya? "Kamu emang nggak bisa berubah," "Iya. Kenapa? Nggak suka? Kalau kamu nggak suka jauhi aku!" "Kamu jahat! Kamu bejat! Aku benci sama kamu!" Gadis itu meninju-ninju dada bidang lelaki di hadapannya sambil
Read more

Bab 1

SMA Tunas Bangsa adalah salah satu SMA swasta terbaik di Jakarta. Sistem pembelajaran yang sangat baik, murid-murid yang terkenal cerdas dan selalu memenangkan berbagai lomba akademi maupun non akademi di setiap tahunnya, para guru yang tangguh dan profesional, serta gedungnya yang megah dan fasilitas yang lengkap. Setiap tahun ada ribuan siswa SMP yang mendaftar di sana. Namun, tak sedikit siswa yang ditolak karena keterbatasan lokal dan tak memenuhi standar yang telah ditetapkan SMA Tunas Bangsa. Hari ini adalah hari terakhir Masa Orientasi Siswa bagi peserta didik baru di SMA Tunas Bangsa. Hari pengenalan ekstrakurikuler SMA Tunas Bangsa. Para senior yang memiliki tanggung jawab atas ekstrakurikuler-nya sibuk memperkenalkan ekstrakurikuler pada para peserta didik baru. Di SMA Tunas Bangsa ada ekstrakurikuler Pramuka, Drumband, Paskibra, Sispala, Voli, Basket, Futsal, Sepak Bola dan Rohani Islami. Sudah ada beberapa ekskul yang dipromosikan. Dan sekarang g
Read more

Bab 2

Dua bulan kemudian.   "Jadi dia siswa baru itu?" Safira bertanya sambil matanya tak lepas dari menatap objek yang tengah makan, duduk di kursi seberang. "Iya, namanya Gilang. Gilang Angkasa," jawab Riri sambil mengaduk teh es nya yang kemanisan. Riri, yang belakangan ini sering mendengar gosip-gosip dari para siswi sedikit-banyak mengetahui perihal siswa baru itu. Beberapa hari belakangan Safira juga sering mendengar gosip yang menceritakan perihal siswa baru. Safira yang semakin penasaran tak pernah tahu yang mana siswa baru itu. Hingga akhirnya Riri memberitahunya ketika mereka tak sengaja bertemu di kantin. "Oh." Safira mengangguk-angguk, sebelum kembali menyuap baksonya. "Sejak pertama kali kedatangannya di sekolah kita cewek-cewek udah pada banyak yang naksir, apalagi adik kelas," ucap Riri lagi. "Katanya sih ganteng, tapi menurut gue biasa aja tuh, mereka terlalu norak, kayak nggak pernah liat cowok ganteng aja," jel
Read more

Bab 3

Gilang memarkirkan motornya ke parkiran yang masih lengang. Melepas helmnya dan meletakkannya di atas spion. Mencabut kunci motornya kemudian turun dari ninja hitamnya. Tubuh tinggi dan proporsional itu berlenggang memasuki sekolah yang sepi. Berjalan gontai menuju kelas, sesekali tersenyum ramah pada satu-dua siswa yang menegurnya. Gilang termasuk siswa yang teladan. Selalu datang lebih awal, bukan untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti siswa lain. Dia memang senang datang sebelum sekolah terlalu ramai. Selain itu katanya agar bisa menghirup udara segar sebelum terkena polusi. Hari ini hampir tiga bulan Gilang bersekolah di SMA Tunas Bangsa. Dan sejauh ini semuanya masih baik-baik saja. Gilang masuk ke kelasnya yang baru ada beberapa orang yang sedang piket. Dia baru meletakkan tas di bangkunya ketika seorang gadis, teman sekelasnya, mendekatinya. "Hei, Gilang," sapa gadis itu, mengulum senyum.Gilang memandangnya, "eh, Sa, ada apa?"
Read more

Bab 4

Upacara pengibaran bendera merah putih baru saja selesai beberapa menit lalu dan seharusnya para siswa sudah boleh bubar meninggalkan lapangan. Namun, instruksi dari Kepala Sekolah membuat mereka masih berdiri di sana menahan sengatan sinar matahari yang terasa semakin panas. Ada pengumuman penting yang tak boleh luput dari perhatian SMA Tunas Bangsa. SMA Tunas Bangsa berhasil memenangkan lomba yang di adakan minggu lalu. Berita itu tentu saja jadi hal yang membanggakan SMA Tunas Bangsa yang terkenal sebagai SMA swasta favorit dengan murid-muridnya yang cerdas. Setiap tahun selalu memenangkan perlombaan baik di bidang akademi mau pun non akademi. "... selamat kepada Wulan Pratiwi dari kelas XII IPA 1,  Ramadhani dari kelas XII IPA 2, dan Ristyana Putri dari kelas X IPA 2 yang telah mewakili sekolah kita memenangkan lomba. Bagi nama yang disebutkan silakan maju ke depan untuk menerima penghargaan ...." Pidato Kepala Sekolah dari atas podium. SMA Tunas Bangsa bert
Read more

Bab 5

Menjelang magrib Safira baru tiba di kosannya menggunakan ojol. Dia baru selesai mengerjakan tugas kelompok dari rumah Riri. Safira berjalan melewati lorong yang sepi menuju kamarnya dengan wajah dongkol. Perasaannya masih kesal mengingat kejadian di rumah Riri tadi. Dia masih ingat jelas bagaimana Andra memodusinya. Dia tidak suka sikap Andra yang seperti itu. "Hai, Bro, lagi ngapain? Gue lagi kerja kelompok di rumah temen," cerita Andra pada teman video call-nya waktu itu. Safira yang duduk di kursi yang sama dengan Andra melirik sekilas ke arah layar ponsel Andra yang menampakkan wajah temannya. Saat itu mereka yang lebih dulu tiba di rumah Riri, menunggu kedatangan yang lainnya untuk mengerjakan tugas. Bosan, Andra pun memutuskan video call-an dengan Tristan. Sementara Riri membuatkannya minum di dapur. Lalu terdengar teman Andra berbicara entah apa, Safira tak mendengarnya dengan jelas. "Gue punya cewek baru, nih," ucap Andra lagi. Safira menoleh sebenta
Read more

Bab 6

Risty menangis sembari memeluk kedua lutut. Gadis itu terduduk di balik pintu. Tak percaya dengan yang telah dia lakukan. Memang selama ini dia sudah terbiasa melakukan oral seks pada banyak lelaki, tapi itu sebelum dia pacaran dengan Gilang. Semenjak menjalin hubungan dengan Gilang, lelaki itu memintanya untuk tidak melakukan itu lagi pada laki-laki lain selain dirinya. Risty menyanggupinya dan berjanji. Tapi hari ini Risty melanggar janjinya. Dia melakukan itu dengan lelaki yang bahkan baru dia kenal dalam keadaan sadar. Sedangkan dia masih berstatus sebagai kekasih Gilang. Apa kata Gilang jika dia tahu hal ini? Risty melirik jam yang menunjukkan pukul empat subuh. Dia meraih ponselnya di atas meja, menelepon Gilang. "Kak..." ucapnya dengan suara serak ketika teleponnya diangkat. "Iya, kenapa?" sahut Gilang. Suaranya terdengar seperti orang baru bangun tidur. Risty tak langsung menjawab. Dia malah sesegukan. Tenggorokkannya terasa tercekat. Dadanya
Read more

Bab 7

Di jam istirahat, seperti biasa, Andra, Tristan, Ricky, Setya dan temannya yang lain nongkrong di depan perpustakaan SMA Tunas Bangsa sambil bercengkrama menceritakan banyak hal. Hari ini Andra sering tertawa, dia terlihat lebih bahagia dari biasanya. Tak ada orang lain yang tahu selain Tristan kalau dia bahagia karena berhasil mencicipi perempuan bernama Risty itu.Hingga tiba-tiba seseorang yang tak dia kenali menarik kerah kemejanya dan meninju pipinya telak. Membuatnya dan teman-temannya seketika syok. Suasana mendadak tegang. "Lo yang namanya Andra?" Lelaki yang baru saja menghajar Andra itu melirik nametag yang terpasang di seragam Andra. Belum sempat Andra menjawab lelaki itu sudah menghajarnya lagi, bertubi-tubi. "Kurang ajar lo! Cowok ber*ngsek!" Teman-temannya spontan melerai. "Woi, woi, udah. Jangan berantem di sini." "Lo nggak tahu permasalahannya, jangan ikut campur!" Lelaki itu  masih menarik kerah kemeja Andra sambil menatap taj
Read more

Bab 8

Berita Gilang dan Andra yang berseteru hingga masuk BK terdengar sampai ke telinga Risty. Pasalnya teman-teman sekelasnya sering menceritakan hal itu. Risty tak habis pikir dengan tindakan Gilang yang menurutnya kelewat batas. Dia tak menyangka Gilang bertindak sejauh itu. "Aku, kan, udah bilang, Kak, jangan." Risty memarahi Gilang, "ngapain sih ngasi Kak Andra bogem mentah segala? Kan begini jadinya. Kakak jadi masuk BK. Kakak jadi terkena masalah." Gilang yang mendengar celotehan pacarnya sejak tadi memasang wajah memelas. "Ya, kan, abis kakak nggak suka dia gituin kamu. Kakak marahlah. Wajar, kan?" Saat ini mereka mengasingkan diri di kantin yang tak terpakai yang ada di belakang sekolah, menjauh dari keramaian. Jarang ada siswa mau pun siswi yang lewat di sekitar sini, kecil kemungkinan orang melihat mereka. Risty terdiam. Alih-alih membuatnya senang, semakin hari sikap Gilang justru membuatnya ilfeel dan muak. Sebenarnya sejak kemarin dia mem
Read more

Bab 9

Gilang dan dua temannya dari anggota ekstrakurikuler Pik Remaja memasuki setiap kelas, meminta perwakilan pada setiap kelas untuk melakukan penyuluhan sebagai pendidik sebaya. "Boleh minta waktunya sebentar, Bu," kata Rino--teman satu ekskul Gilang--pada guru yang sedang mengajar di kelas XII IPS 1. Bu Nurma yang sedang menulis di papan tulis duduk ke kursi guru, mempersilakan mereka. "Berhubung ada kegiatan penyuluhan, kami dari anggota Pik Remaja meminta perwakilan dari kelas ini minimal dua orang," ucap Gilang mengutarakan maksud kedatangannya. Andra yang melihat Gilang masuk ke kelasnya sejak awal sudah membuang muka. Lelaki itu fokus menulis tanpa mau memandang ke depan sedikit pun. Sementara Gilang hanya melirik sekilas lelaki itu. Beberapa siswa di kelas itu saling pandang dengan tatapan tanya seolah bertanya, "siapa yang mau jadi perwakilan?" "Ini wajib, ya. Semua kelas berpatisipasi. Nanti langsung datang aja ke ruang samping lab kimi
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status