Home / Fiksi Remaja / Persona / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Persona: Chapter 31 - Chapter 40

76 Chapters

Bab 30

Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Jam istirahat telah habis. Para siswa yang sibuk bercengkrama di luar bergegas masuk ke kelas bersamaan dengan guru yang mengajar hari ini masuk ke kelas. Termasuk Evan. Pelajaran matematika pun dimulai dan berlangsung seperti biasa. Di sela belajarnya, Evan mengingat kejadian seminggu lalu. Ketika dia mengangkat telepon dari Tino yang tetiba menghubunginya. "Ya ada apa?" tanya Evan ketika sambungan telah terhubung. "Lo masih marah sama gue?" Terdengar suara Tino menyahut di seberang. Evan tak menyahut. "Maafin gue, ya? Kemarin gue kebawa emosi hingga gue kelepasan ngomong buat akhirin hubungan kita," kata Tino. "Gue nggak bermaksud buat nyakitin lo dan mutusin hubungan kita." Dari suaranya, Evan bisa merasakan perasaan bersalah Tino. Evan sebenarnya juga tak menyangka kalau Tino akan menghubunginya lagi setelah pertengkaran itu. Apa maksudnya semua ini? Apakah Tino akan meng
Read more

Bab 31

Seperti rencana kemarin, di minggu pagi yang cerah ini Gilang mengajak Safira jalan-jalan. Mereka mengunjungi salah satu tempat makan terbaik di Jakarta."Kamu harus cobain masakan di sini, enak banget," kata Gilang sambil memandangi hidangan yang tersaji di hadapannya dan Safira. Aroma makanan menguar di udara. Ada dua piring nasi putih, seekor ayam bakar, sepiring tempe bacem, beberapa potong ikan goreng, dan semangkok sayur asam. Begitu menggugah selera. Safira hanya manggut-manggut, bersamaan dengan perutnya yang tetiba berbunyi membuat Gilang yang duduk di sampingnya menahan senyum. Safira juga. Dari pagi gadis itu memang belum makan. "Perutnya udah kode, tuh. Tunggu apa lagi? Buruan makan," ajak Gilang yang akan mengambil sendok dan garpu yang tersedia di meja. "Iya," Safira pun mulai mengambil sedikit lauk-pauk dan sayuran di piringnya lalu melahapnya. "Gimana? Enak, kan?" tanya Gilang di sela makannya. Safira hanya menganggu
Read more

Bab 32

"Kamu tau kalau aku ini laki-laki yang suka berhubungan intim? Dulu aku sama mantan aku ngelakuin itu, hubungan intim, hubungan suami-istri gitu, tau, kan?" Gilang berbicara agak pelan, sesekali menoleh ke sekelilingnya yang ramai. Safira syok mendengar penjelasan Gilang, refleks menarik tangannya yang digenggam Gilang dan menjauhkan posisi tubuhnya dari lelaki itu. Dia tahu hubungan suami-istri, hubungan yang hanya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Gadis itu menatap Gilang dengan perasaan takut. "D-dengerin aku dulu, hei, dengerin aku," ucap Gilang pelan. "Fir, dengerin aku, ya?" "Kenapa kamu nggak bilang dari awal sama aku?" Intonasi Safira meninggi, menatap tajam Gilang. "Shuuttt..." Gilang meletakan telunjuknya di depan bibirnya. "Aku emang ngelakuin itu dengan mantan-mantanku dulu, tapi aku nggak akan ngelakuin itu sama kamu kalau kamu nggak mau," jelas Gilang membuat Safira sedikit tenang. "Sekarang dengerin aku dulu, ya?" Safi
Read more

Bab 33

"Safira tunggu aku!" Gilang bergegas menyusul Safira. Setelah langkahnya sejajar dengan gadis itu, dia berucap, "kalau kamu mau pulang biar aku anterin, ya?" Safira tak menyahut dan semakin mempercepat langkah. "Fir, jangan marah gitu, dong, kenapa, sih? Makanannya belum diambil, hei!" Safira menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Didapatinya Gilang tengah bercakap-cakap dengan penjaga kasir rumah makan itu. Lalu Gilang memberikan sejumlah uang pada penjaga kasir itu dan menerima bungkusannya yang Safira yakini isinya adalah sisa makanannya tadi. "Cowok itu serius banget, sih," decaknya sedikit sebal, "orang nggak mau juga," Gilang berjalan mendekati Safira, "nih, makanannya bawa pulang." Gilang mengulurkan sebuah bungkusan hitam itu ke Safira yang tak menghiraukannya. Gadis itu tak acuh. "Ya udah kalau nggak mau bawa. Aku bawain. Mau pulang, kan? Yok aku anterin." Lelaki bertubuh tinggi itu berjalan menuju motornya, lalu menaikin
Read more

Bab 34

"Kak Riri!" Riri baru melangkah melewati perpustakaan ketika seseorang memanggil namanya dari dalam perpustakaan. Riri melongokan kepalanya ke dalam perpustakaan. "Kak Riri temannya kak Safira, kan?" tanya gadis yang memanggil namanya tadi yang ternyata adalah Viona. "Iya, kenapa, ya?" tanya Riri bingung. "Gue denger kak Safira lagi pacaran sama kak Gilang, ya?" "Iya, kenapa?" "Gue cuman mau kasi tau kak Gilang itu bukan cowok baik-baik. Dia nggak pantes buat cewek sebaik kak Safira." Riri terenyak mendengar penuturan Viona. "Lo kok bisa ngomong gitu? Tau dari mana?" "Gue mantannya kak Gilang. Sebagai mantan pacar jelas gue tau gimana kelakuannya. Kak Gilang itu jahat, Kak. Ya gue cuman nggak mau aja kalau sampai kak Safira disakitin. Gue paham kok gimana perasaan kak Safira sebagai sesama perempuan." "Lo ngomong jangan asal, ya. Gilang nggak mungkin kayak gitu," tangkis Riri. Semua orang tahu bagaimana gela
Read more

Bab 35

Gilang: Fir, malam ini temenin aku ke luar, yuk Safira: Maaf Gilang. Aku nggak bisa kalau malam. Lain kali aja, ya? Gilang: kenapa? Safira: Tugas sekolahku lagi banyak. Maaf, ya? Safira membaca ulang beberapa pesan terakhirnya dengan Gilang. Ini kesekian kali dia menolak ajakan pacarnya itu untuk jalan. Perkataan Andra tempo hari sedikit banyak mempengaruhi pikirannya. Hingga berimbas ke sikapnya terhadap Gilang. Apa lagi mengingat kejadian dua hari lalu ketika dia tak sengaja memergoki Gilang menghajar Andra. "Apa maksud lo ngomong gitu di depan cewek gue?" tanya Gilang ke Andra waktu itu. Andra terkekeh kala menyadari apa yang jadi permasalahannya. "Emang kenapa? Salah?" Gilang mendengus, lantas menarik kerah kemeja Andra. "Itu sama aja lo udah ngerendahin dia! Lo nggak tau apa-apa tentang hubungan gue dan Safira, jadi lo nggak usah sok tau!" Perseteruan itu menarik perhatian para siswa mau pun guru yang ada d
Read more

Bab 36

Jam pelajaran telah berakhir. Bu guru yang mengajar di depan telah menyusun buku-bukunya, dan berjalan ke luar kelas. Bersamaan dengan siswa yang juga mengemasi alat belajarnya, bersiap untuk pulang. Safira yang sejak tadi tak bisa berkonsentrasi penuh dengan pelajaran, bernapas lega ketika jam pelajaran akhirnya selesai. Ya, sejak pelajaran dimulai hingga berakhir, pikirannya di dominasi oleh ucapan Gilang. Rasanya dia hampir luluh mengingat kata-kata manis itu. Jujur, dia sempat menangis mendengarnya, tapi sebisa mungkin tak dia tampakkan depan lelaki itu. Membuat dia jadi berpikir, apa benar selama ini dia yang terlalu paranoid? Gilang sudah berjanji, tapi kenapa dia tak percaya? Pantaskah dia meragukan lelaki yang telah menjadi pacarnya itu? Apa yang harus dia lakukan sekarang? "Fir, ngapain bengong?" Teguran Riri mengejutkannya seketika. Safira menatap Riri, lantas hanya tersenyum kaku tanpa mau memberitahu sahabatnya itu apa yang sedang meng
Read more

Bab 37

 Gilang lega, setidaknya dia berhasil membujuk Safira hingga sekarang gadis itu tak menjauh lagi darinya dan mulai mau diajak pergi sekolah bersama seperti biasa. Dan hari ini, sepulang sekolah, Gilang mengajak Safira jalan ke mall, katanya mereka ingin membeli baju couple. Gilang yang memaksa Safira ketika gadis itu menolak. Tak ingin mengecewakan, Safira coba menuruti kemauan Gilang kali ini. Sepanjang perjalanan di mall, Safira hanya mengikuti kemana Gilang pergi dan sesekali menanggapi saat lelaki itu meminta pendapatnya tentang baju yang dipilih. Jujur, Safira merasa canggung berada di tempat yang ramai dan asing seperti ini. Ini pertama kalinya dia ke sini. Kalau Gilang tak mengajaknya mungkin dia tak akan menginjakkan kaki di sini sekarang. Menilik harga yang bergantung di setiap pakaian yang berjejer rapi itu  atau melirik harga di barang-barang lain di tempat bergengsi ini membuat Safira ngeri. Untuk membeli sehelai baju saja mungkin bisa m
Read more

Bab 38

Hari-hari terus berlalu. Safira semakin yakin dengan keputusannya untuk mempertahankan Gilang dan membantu lelaki itu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semakin lama, Safira juga merasa kalau Gilang itu sebenarnya baik. Selama berhubungan dengannya, tak sekali pun lelaki itu menunjukkan sikap kasar di depannya. Gilang selalu memperhatikannya dari hal sepele hingga hal besar. Gilang memperlakukannya bagai putri. Dan Gilang sama sekali tidak terlihat seperti berniat untuk melakukan itu padanya. Setiap orang mempunyai masa lalu, termasuk Gilang. Dan tidak ada seorang pun yang bisa mengubah masa lalu bahkan yang gelap sekali pun. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha melakukan yang terbaik untuk saat ini dan tidak kembali ke masa gelap itu lagi. Dan Safira siap untuk mendampingi Gilang melewati hari-harinya saat ini dan yang akan datang. Safira sangat bahagia, tentu saja. Seperti saat ini. Bel tanda pulang baru saja berdentang. Safira sudah m
Read more

Bab 39

Andra yang sudah memberitahu Viona kalau kakak kelasnya itu mengekos di sini. Tak hanya itu. Andra juga memberi informasi lain tentang hubungan Safira dan Gilang. Kini dia tahu semua tentang hubungan dua sejoli itu. Safira tertegun kala melihat siapa yang datang. Tapi dia tak bisa mengelak lagi. Mau tidak mau dia menemui orang yang berusaha dia hindari. "Ada apa, ya?" tanya Safira. Viona justru menatap Safira dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Kak." Gadis itu tiba-tiba saja merengek, bibirnya mencebik. Membuat Safira semakin heran. "K-kamu kenapa?" Safira melirik sekelilingnya yang tetiba ramai. Tak nyaman bicara di depan banyak orang, dia pun merangkul Viona untuk masuk ke kamarnya. "Kita ngobrol di dalam aja. Tenang." Viona terus tersedu sepanjang perjalanan menuju lantai dua, di mana kamar Safira berada. Dan Safira berusaha menenangkannya dengan mengusap bahu gadis itu pelan, sampai mereka tiba di depan pintu kamar Safira. Safira mem
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status