Beranda / Fantasi / Selubung Memori / Bab 241 - Bab 250

Semua Bab Selubung Memori: Bab 241 - Bab 250

595 Bab

240. DEBU MASA LALU #7

Matahari mulai tenggelam saat aku melompati pagar belakang Reila.Cukup aneh karena hampir selama di Padang Anushka, aku belum pernah satu kali pun masuk gerhanya. Ketika akhirnya punya kesempatan masuk—ketika aku menjadi petugas inspeksi kebersihan bersama Tara, aku tidak masuk gerhanya. Hanya menunggu di luar. Jadi, kini, rasanya aneh karena aku dengan cara paling wajar bisa masuk, membuka pintu seolah itu gerhaku sendiri. Dan aku membuka pintu belakang, bukan pintu depan, yang secara teknis terhubung langsung dengan ruang tengah—satu-satunya ruangan utama di gerhanya.Bisa dibilang, gerha Reila minimalis. Ruang tengahnya luas, seperti terbagi menjadi beberapa sekat, dan berantakan. Aku tahu Reila punya kemampuan yang mengizinkannya bersih-bersih dengan cepat, jadi dia pasti hanya bersih-bersih saat masa inspeksi kebersihan tiba. Ruang utamanya seperti ruang utama yang kuingat dalam rumah lama kami di Lembah Palapa: penuh kehangatan dan dipenuhi interior
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya

241. RAPAT DEWAN PERANG #1

Selama ini aku mengira bunga-bunga yang ada di makam ibu selalu ramai karena penghuni merasa begitu kehilangan akan kepergian ibu selama 10 tahun.Namun, ketika saat ini tiba di depan batu nisannya bersama Reila, kepalaku baru terasa begitu cerah: mustahil para penghuni mengetahui keberadaan ibu ketika penghuni sebelum perang 10 tahun lalu yang bertahan hanya bersisa empat orang: Haswin, Yasha, Dhiena, Mika, plus para dewan. Barangkali mereka kehilangan atas ibuku, tetapi apakah mungkin mereka akan rutin mengunjungi ibu ketika tidak ada seorang pun yang lebih rajin dariku untuk mengunjunginya? Aku pernah bertemu Haswin ketika menuju Telaga, dan kesimpulan yang langsung terlintas di benakku: dia mengunjungi Ibu—tetapi benarkah dia mengunjungi Ibu? Andai dia sungguhan mengunjungi Ibu, aku yakin dia tidak hanya mengunjungi Ibu. Dan apa Haswin—atau siapa pun—akan menyiapkan begitu banyak bunga hanya untuk Ibu?Pada akhirnya, ketika aku tahu keberadaan adi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

242. RAPAT DEWAN PERANG #2

Susunan Rapat Dewan kali ini berbeda dari biasanya.Kursinya dibuat melingkar dengan tambahan kursi cukup banyak. Saat kami tiba, di tempat sudah ada kelima dewan—minus Profesor Merla—tim medis, tim bertahan, tim tungku, dan tim peneliti. Aslan hanya seorang diri. Kuingat lagi, dia memang tidak punya wakil. Kursi tersusun dengan kelima dewan di sisi seberang pintu masuk, lalu berurut ke kanan: tim peneliti, tim bertahan, tim penyerang, lalu kursi-kursi tanpa nama, tim medis, tim tungku, Aslan, kembali lagi ke dewan. Agak beda dari biasanya. Kali ini, dengan susunan kursi seperti ini, tim penyerang yang biasanya di sebelah dewan harus benar-benar berhadapan dengan Jenderal. Namun, susunan seperti ini rasanya juga cukup imbang. Jesse, lanjut Nuel, Haswin, Yasha, Lavi, aku, berlanjut ke kursi tamu, lalu Isha, Tara, Dhiena, Mika, Aslan. Susunan ini tidak terlalu menyulut konflik. Lumayan oke untuk diskusi.“Ini dia, para tokoh utama,” sambut Jesse, di kursi.“Tidakkah memalukan harus dije
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-01
Baca selengkapnya

243. RAPAT DEWAN PERANG #3

Kuputuskan melaporkan dari hal paling umum: mengapa kami bisa sampai di Pulau Pendiri. Aku dan Reila sudah sempat berbincang soal ini, tentang apa saja yang harus kami umumkan di Rapat Dewan, dan Reila tidak masalah membocorkan semuanya meskipun itu artinya akan membuatnya terlihat seperti orang yang paling bertanggung jawab membuat kami terdampar di Pulau Pendiri. Aku berusaha tidak menonjolkan peran Reila—meski lumayan sulit—dan kurang lebih, itu membuat Jesse langsung menyergah, “Hanya berlayar begitu saja di danau?”Aku bisa menduga Jesse sudah melakukan banyak cara untuk itu.Kara meminta Jesse tidak memotong, dan Nuel juga berusaha sedemikian rupa menenangkan Jesse yang hampir selalu ingin berkomentar di setiap gagasan yang kuucapkan, tetapi puncaknya, adalah ketika aku membongkar poin pertama: kebenaran Reila. Kurang lebih, raut para dewan dipenuhi nuansa bersalah.Aku bisa membagi reaksi para petinggi tim menjadi orang yang terkej
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya

244. RAPAT DEWAN PERANG #4

Aku yakin hampir sebagian besar petinggi tim tidak mengerti kondisinya.Meskipun begitu, ketika dewan mulai memeluk Reila seperti memberinya rasa terima kasih, tidak ada satu pun petinggi tim yang protes. Maksudku, itu cukup memakan banyak waktu sampai kurasa bahasan Rapat Dewan terpotong begitu saja. Ceritaku bahkan belum selesai. Aku baru mengumumkan kebenaran Reila.Jadi, Nadir meminta waktu istirahat sebentar—kurang lebih karena kondisi emosional beberapa orang masih belum benar-benar kembali. Jenderal dan Reila memutuskan bicara empat mata di belakang Pendopo, yang sepertinya juga diikuti Kara dan Dokter Gelda. Namun, sebelum mereka melakukan itu, aku yang sehabis dipeluk Profesor Merla, didatangi Reila, dan tanpa peringatan apa pun, dia langsung menampar keras. Semua orang terkejut. Perhatian segera tertarik, tetapi Reila tidak mau bicara lagi, hanya langsung berlalu ke belakang Pendopo.Aku dan Profesor Merla berpandangan.“Jangan-janga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

245. RAPAT DEWAN PERANG #5

Rapat Dewan ada dalam cekungan waktu yang membeku ketika aku mulai melaporkan apa yang dikatakan Akshaya tentang kemampuanku.Tiba-tiba tempat kami berkumpul sudah tidak bersuara seolah semua orang tersentak sampai mengeras begitu saja. Ada beberapa orang yang sudah mengerti kebenarannya—Profesor Merla, Layla, Reila, Lavi—tetapi mereka tidak membuat keadaan terasa jauh lebih ringan. Mereka hanya bungkam seolah tidak tahu apa lagi yang harus dibicarakan. Lavi bahkan mulai tertarik menatap lantai Pendopo.Jenderal terlihat lebih serius dari biasanya. Kara juga berulang kali menatap Profesor Merla di sebelahnya seolah mencari konfirmasi, dan Profesor Merla selalu hanya mengangguk atau mengedikkan bahu. Kurasakan Dokter Gelda juga tampak mulai kaku seolah kepalanya sedang memutar balik segala hal aneh yang terjadi padaku—sama seperti cara memandang Isha dan Tara padaku saat ini. Sebenarnya yang mengejutkan justru Jesse dan Nuel. Kubayangkan mereka marah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-07
Baca selengkapnya

246. RAPAT DEWAN PERANG #6

Sayangnya, Jesse kali ini menghindari pertanyaan. Dia hanya melengos—tidak berniat peduli apa pertanyaanku, hanya meminta Nadir melanjutkan.Jadi, aku mengangkat alis pada Lavi, seperti bilang, “Aku sudah tahu akan jadi seperti ini, jangan meragukan firasatku.”Lavi tidak mau bertautan mata, sepertinya marah.“Aku tidak mau menganggap Forlan kunci daya tempur kita, tapi bukannya itu artinya kita ada di masa yang penuh celah?” tanya Dokter Gelda.“Itu yang kupikirkan,” gumam Kara. “Kemampuan roh berarti banyak untuk garis depan. Pimpinan musuh pasti mengincar Forlan. Itu sebabnya hampir setiap misi, frekuensi pertemuan Forlan dengan musuh selalu lebih banyak dari yang lain. Ada kemungkinan sejak awal musuh sudah tahu keberadaan kemampuan roh dalam diri Forlan. Itu artinya, keadaan sekarang tidak mengubah apa pun.”“Berarti kita harus menarik Forlan dari garis depan?” tanya Nadir.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

247. LADANG BUNGA #1

Aku sudah membayangkan para penghuni bertanya-tanya bagaimana Rapat Dewan bisa berakhir dengan kondisi mengkhawatirkan—karena semua orang yang hadir kembali dalam waktu berbeda—tetapi semua orang yang terlibat malam itu, entah bagaimana sepakat dalam satu suara, bahkan tanpa pernah berunding—bahwa itu rahasia para dewan. Lebih anehnya lagi, tidak ada petinggi tim yang bertanya-tanya mengapa mereka bisa tiba-tiba tidak sadarkan diri, mengingat hampir semua orang juga ambruk di tempat yang sama.Jadi, semua bermula ketika semua orang diangkut ke klinik—beruntungnya, klinik punya ruangan yang cukup untuk semua orang. Tim medis ambruk. Namun, tetap harus ada yang menjaga. Dokter Gelda tetap membuka mata, tetapi karena aku merasa bertanggung jawab, sepanjang malam aku menemani Dokter Gelda.Bersama Fal.Fal masih terjaga di pondok utama. Sebenarnya bersama Dalton dan Elton, tetapi mereka gagal menahan kantuk. Jadi, saat aku menjemput Fal, dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

248. LADANG BUNGA #2

Dokter Gelda menyarankan untuk memisahkanku dengan Lavi untuk waktu yang tidak ditentukan. Dia langsung membawa Lavi kembali ke Gerhanya, semata-mata agar kondisinya bisa benar-benar pulih. Lavi masih kelihatan syok.Aku tidak punya pembelaan. Pertama, bisa jadi itu bukan mimpi. Itu cuma penglihatan yang ditunjukkan pemilik kemampuan jiwa sebagai bentuk perlawanan yang berniat menghancurkan jiwa Lavi. Kedua, terkadang mimpi tidak benar-benar terjadi. Lavi pernah bermimpi aku terbunuh, tetapi pada akhirnya, dia sendiri yang, secara teknis, membunuhku. Ketiga, setelah jiwa kami terikat pada batu yang tidak stabil, aku tahu nyawa kami memang sudah di ujung tanduk.Gagasan itu membuatku pergi dari klinik, yang mungkin saja akan membuat situasi semakin runyam. Aku yakin yang bermimpi aneh tidak hanya Lavi. Dokter Gelda juga sepakat agar aku tidak terlalu terlibat dalam kegiatan penghuni sampai Rapat Dewan berikutnya—yang rencananya, “Malam ini. Ini hanya perkira
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-13
Baca selengkapnya

249. LADANG BUNGA #3

Di tengah ladang bunga itu, ada semacam pondok sederhana.Setelah Kara menghampiri kami, kami berjalan ke pondok sederhana itu—pondok yang bahkan lebih kecil dari pondok Nenek. Di sana ada semacam beranda kecil, tempat angin semilir membuat bunyi gemerincing pada lonceng angin, dan satu kursi santai, yang tengah diduduki orang paling fenomenal di Padang Anushka. Orang itu duduk, menaikkan kaki ke pagar kayu pondok, bersantai sangat normal, yang Kara sebut sebagai, “Berpikir.” Sebenarnya aku setuju berpikir dengan pose seperti itu dan di depan ladang bunga akan membuat kerja otakku seribu kali lipat lebih cemerlang, tetapi pose itu tidak cocok denganku.Hanya saja, pose itu cocok dengannya.“Jenderal,” sapa Kara. Kami naik ke beranda—sebenarnya aku ragu, tetapi Fal biasa saja, jadi aku ikut naik ke beranda.Saat itu masih awal pagi, dan tadi malam kami baru mengalami hal lumayan mengerikan, itu membuat pertemuan dengan J
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
60
DMCA.com Protection Status