Beranda / Fantasi / Selubung Memori / Bab 251 - Bab 260

Semua Bab Selubung Memori: Bab 251 - Bab 260

595 Bab

250. HANTU ALAM LIAR #1

Seharian penuh aku menghabiskan waktu bersama Fal.Lebih tepatnya, seharian penuh aku di ladang bunga. Fal mengajakku main banyak hal di pekarangan bunga, jadi tidak ada alasan pergi dari sana. Sesekali Fal perlu minum, jadi dia kembali ke pondok Jenderal—yang jujur saja agak membuat ngeri—tetapi ternyata Jenderal menerima Fal kelewat baik sampai setiap kami ke sana, Jenderal hanya bilang, “Jangan mengacak-acak,” sebagai tanda bahwa secara khusus, Fal diperbolehkan masuk dan mengambil apa pun yang dia mau. Tentunya aku—sebagai orang yang bersama Fal—juga diizinkan, meski agak takut.Aku memikirkan Jenderal tinggal sendirian di tempat ini—pondok itu berisi banyak kenangan tentang Bibi Nadya: foto-fotonya, barang peninggalannya, atau bahkan nuansa khasnya—tampaknya Jenderal selalu memendam kerinduannya di gubuk kecil ini. Gubuk sederhana, yang tidak terlalu besar, yang bahkan tidak cocok untuk citra Jenderal yang begitu meg
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-17
Baca selengkapnya

251. HANTU ALAM LIAR #2

Sebelum Rapat Dewan, aku berdiri di depan pagar gerha Lavi.Kurasa Lavi tahu aku di sana, jadi dia keluar dengan jubah Kapten, senyum kecilnya terukir, dan aku tahu kami tidak perlu obrolan panjang untuk menguraikan benang kusut. Satu-satunya yang dia lakukan hanya mulai mengulurkan tangan, dan kami berpelukan dalam intensitas yang cukup mengerikan.Barangkali Lavi masuk dalam kategori penghuni yang bisa bertahan cukup kuat dari gempuran serangan jiwa. Namun, aku sudah menduganya, dan Kara juga mengonfirmasinya. Terlepas seberapa kuat Lavi bisa menahan gempuran itu, ketika serangan itu menyerang titik terlemah Lavi, mustahil Lavi mampu bertahan.“Satu-satunya cara mengalahkan lawan yang lebih kuat darimu,” kata Kara, “serang titik terlemahnya. Ironisnya, dalam diri manusia, objek yang diserang ini bukan fisik yang bisa sembuh dengan perlakuan cepat. Setiap orang selalu punya titik terlemah dalam dirinya—yang bukan fisik—dan tidak se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-19
Baca selengkapnya

252. HANTU ALAM LIAR #3

Reila dipanggil ke Rapat Dewan setelah kami membicarakan Ayah.“Kata Kara, Ayah itu populer. Banyak cewek yang naksir. Ibu sering bilang Ayah tukang rayu, jadi kadang Ibu sebal sampai tidak mau bicara.”“Mirip Lavi, ya,” kataku.“Lavi? Lavi bukan tukang rayu. Justru kau yang mirip Ayah.”“Kau pasti bercanda. Aku populer karena dihujat.”“Dasar idiot. Kalau tidak secepat itu pacaran sama Lavi, cewek-cewek pasti naksir. Kau cuma tidak tahu berapa banyak Venus membicarakanmu.”Aku tertawa. “Mustahil.”Reila memutar bola mata. “Persis. Ayah juga bilang begitu—kata Kara. Aku berani sumpah Lavi juga sadar, makanya dia mengamankan posisi sangat cepat—hebat sekali cinta kalian langsung bertepuk.”“Cuma orang tolol yang tidak cinta Lavi. Para cowok rebutan Lavi.”“Tapi Lavi bukan tukang rayu,” ulangnya. “L
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-21
Baca selengkapnya

253. HANTU ALAM LIAR #4

Kurang lebih, aku langsung diseret Jenderal ke belakang Pendopo, disusul semua dewan—kecuali Mister—lalu Jenderal mencengkeram kerahku, mendorong keras sampai aku terbanting ke dinding, dan dengan aura penuh tuntutan, mengucap sumpah serapah apa yang sebenarnya baru saja kuucapkan.Kalau itu aku sebelum Rapat Dewan, aku pasti membeku bertemu neraka.Namun, aku baik-baik saja, justru balas menatap Jenderal dengan aura yang cukup mampu membalas. Kubilang, aku serius, dan kalau mau bercanda, aku tidak akan terpikirkan topik itu. Aku tidak bilang kalau sudah bertemu istrinya. Aku tidak bilang pada siapa pun, kecuali Profesor Merla di mimpi pertamaku tentangnya. Tak ada satu pun yang tahu, kecuali Reila di Pulau Pendiri. Itu aturannya. Tidak boleh ada yang tahu kepergian seseorang yang diam-diam diizinkan kembali ke dunia.Hanya saja, Helvin masih hidup. Dia masih berkeliaran di alam liar.Jadi, aku menjelaskan semua perawakan yang kuingat tentangn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-23
Baca selengkapnya

254. HANTU ALAM LIAR #5

Pada akhirnya, aku terjaga sepanjang malam.Aku perlu memikirkan banyak hal, jadi beberapa hal yang kupikirkan mulai kutulis di lembaran. Tiba-tiba aku merasa perlu kembali ke penjara, bertemu dengan Aaron yang sudah menjadi boneka pimpinan musuh. Jiwanya terikat kontrak secara sepihak. Kemungkinan besar tubuhnya sudah diambil alih. Namun, mengapa dewan tetap membiarkannya di penjara—itu pertanyaan terbesar. Membiarkannya di sini hanya seperti membiarkan pimpinan musuh terdiam di Padang Anushka.Namun, tiba-tiba kupikirkan kalau barangkali penjara tidak benar-benar di Padang Anushka. Aku tidak tahu mengapa memikirkan itu, tetapi gagasan itu yang paling masuk akal. Kemampuan roh tidak punya kemampuan melacak lokasi jiwa seseorang, tetapi kami punya kemampuan merasakan alam liar. Barangkali markas musuh punya aura alam liar yang mirip ketika di dekat Aaron.Rasanya ada banyak yang harus kupikirkan.Fal, yang tidur di belakang, juga perlu dipertimbangk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-25
Baca selengkapnya

255. SERBUK PEMBAKARAN #1

Aza sedang membuat parit untuk aliran air setelah pondok diterjang hujan badai selama seminggu terakhir. Itu dua tahun sebelum Nenek tiada.Aza masih seperti gadis jail yang terlalu aktif bermain.“Sekarang airnya bisa langsung ke sungai kalau hujan deras lagi,” kata Aza. Saat itu hanya aku dan Aza. Kami berjongkok di ujung tanah sebelum ketinggian tanah mulai turun ke sungai. Jalur air yang dibuat Aza sangat bagus, pinggirnya ditahan memakai bebatuan, sehingga tanah pinggir jalur tak akan longsor menutupi jalur air. Beberapa tanaman juga sengaja dipindahkan ke sekitar jalur air—entah apa tujuannya.Aza saat itu sudah penuh lumpur. Aku juga. Kami benar-benar bau tanah. Sela-sela jemariku terisi tanah tebal.“Aku suka hujan, tapi kalau banjir, aku benci,” kata Aza.“Aku heran pondok tidak terbang saat angin kencang,” kataku.“Kau ini. Harusnya bersyukur, dong. Kalau di alam liar, pondok seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-27
Baca selengkapnya

256. SERBUK PEMBAKARAN #2

Aku tertidur hanya sesaat.Di mimpiku, aku sedang latihan berpedang di sungai dengan Aza. Serangan Aza seperti kalap, tidak memberiku jeda sama sekali, jadi aku kesal, melontarkan sebongkah air agar dia memberiku sedikit ruang. Namun, aku lupa Aza juga bisa mengendalikan air. Saat aku melontarkan selusin air, Aza mengembalikannya bak berniat membuat air sungai meluap sampai pondok. Dan itu benar-benar raksasa. Aliran air tiba-tiba semakin deras, dan deras. Tiba-tiba sudah setinggi tsunami, dan ketika air itu berjarak beberapa meter dari wajahku, sentakan membuatku terkejut setengah mati hingga aku melompat dari tidur.Aku meledakkan selimut di sofa. Ada dua orang di dekatku.Pertama, Kara yang menoleh ke tempatku.Kedua, Lavi yang menatapku heran.Tidak ada siapa-siapa lagi. Tidak terdengar apa pun, kecuali angin semilir yang membunyikan lonceng angin. Kami di ruangan pondok utama. Selimutku ikut terbang ketika aku melompat bangun. Lavi tepat di sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-29
Baca selengkapnya

257. SERBUK PEMBAKARAN #3

Aku terpana pada keterampilan menata rambut Lavi karena aku bisa terlihat begitu oke dibanding sebelumnya hanya karena mengganti gaya rambut.“Isha kadang iseng membuat campuran bahan-bahan alami untuk tambahan sampo,” kata Lavi. “Aku bisa memberimu kalau mau. Sepertinya kau tidak pernah menjaga rambutmu. Banyak yang rontok.”Aku oke menerimanya, tetapi aku yakin yang memakainya nanti Reila.Jadi, Lavi mencetuskan agar kami berangkat ke markas tim penyerang lama. Terlebih karena Lavi, “Pernah janji mengajakmu jalan-jalan ke markas lama tim penyerang. Jadi, sebelum tempat itu roboh, aku mau menepati janji.”Kami mampir ke gerhanya untuk mengambil jubah Kapten, tetapi karena kami perlu melewati Venus, kurang lebih semua orang membicarakan kami—bisik-bisik, bergosip atau apa pun. Aku bisa membayangkan itu. Lavi memakai pakaian yang jarang dia pakai, dan aku mengganti gaya rambut. Pasti terjadi sesuatu.Ketika
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-31
Baca selengkapnya

258. SERBUK PEMBAKARAN #4

Yang pertama datang setelah kami, tentu anggota tim penyerang: si kembar, dan si anggota baru: Reila. Aku benar-benar tidak bisa menahan diri untuk jail.“Ah, berisik!” Reila jengkel. “Aku juga tidak tahu kenapa kemari.”“Anggap saja ini pesta penyambutanmu,” kata Dalton.Aku baru memikirkan ini, tetapi sejak Reila bergabung, tim penyerang juga belum benar-benar berkumpul sebagai tim. Rasanya seperti tidak ada penyambutan atau apalah. Reila hanya tiba-tiba bergabung.“Tempat ini bau sekali,” hardik Reila. “Bau minyak.”“Namanya juga mau dibakar,” kataku.“Yang merobohkan siapa? Kakak?”“Bukan. Aku tidak semestinya bertugas, meski lebih gampang.”“Iya, sih, tidak semestinya dilakukan orang luar.”Sewaktu aku menjaili Reila, Dalton ikut denganku. Namun, Elton langsung menghampiri Lavi yang masih duduk. Fase merenung
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-02
Baca selengkapnya

259. SERBUK PEMBAKARAN #5

Saat matahari sudah terbenam dan aku sedang mengajarkan Fal bagaimana dia harus mengendalikan cahaya di ujung jemarinya—tentu bersama Reila—pintu gerhaku diketuk seseorang.Ketika membuka pintu, aku membeku sejenak—sebagian karena terkejut.“Aku perlu memberitahumu sesuatu,” kata Elton. Dan dia tidak basa-basi. “Sewaktu penyerangan ke markas musuh di Lembah Palapa, aku tahu Lavi sempat bertemu Erick. Apa dia sudah memberitahumu?”Aku semakin kaget, tetapi juga bingung. Aku tidak pernah terpikirkan Elton akan menghampiriku untuk mengatakan itu.“Tidak,” kataku, berhasil kelihatan normal. “Dia bertemu Erick?”“Dia memintanya berkhianat.”“Siapa yang kau maksud ini? Lavi memintanya berkhianat, atau Erick yang memintanya berkhianat?” Aku tidak tahu mengapa menanyakan ini meskipun tahu jawabannya, tetapi aku merasa perlu bertanya.“Erick meminta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2425262728
...
60
DMCA.com Protection Status