Share

255. SERBUK PEMBAKARAN #1

Aza sedang membuat parit untuk aliran air setelah pondok diterjang hujan badai selama seminggu terakhir. Itu dua tahun sebelum Nenek tiada.

Aza masih seperti gadis jail yang terlalu aktif bermain.

“Sekarang airnya bisa langsung ke sungai kalau hujan deras lagi,” kata Aza. Saat itu hanya aku dan Aza. Kami berjongkok di ujung tanah sebelum ketinggian tanah mulai turun ke sungai. Jalur air yang dibuat Aza sangat bagus, pinggirnya ditahan memakai bebatuan, sehingga tanah pinggir jalur tak akan longsor menutupi jalur air. Beberapa tanaman juga sengaja dipindahkan ke sekitar jalur air—entah apa tujuannya.

Aza saat itu sudah penuh lumpur. Aku juga. Kami benar-benar bau tanah. Sela-sela jemariku terisi tanah tebal.

“Aku suka hujan, tapi kalau banjir, aku benci,” kata Aza.

“Aku heran pondok tidak terbang saat angin kencang,” kataku.

“Kau ini. Harusnya bersyukur, dong. Kalau di alam liar, pondok seperti

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status