Home / Romansa / Telanjur Cinta / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Telanjur Cinta: Chapter 11 - Chapter 20

83 Chapters

11. Pertikaian

"Kak!"Aku memanggil Kak Sabiru. Pria itu tidak menghiraukan. Dirinya tetap lunglai berjalan menuju kamar tidur kami. Aku sendiri lekas menaruh Keanu ke dalam boks dan memberinya mainan. Kasihan ... bayi itu harus bermain sendiri saat kedua orang tuanya terlibat cekcok."Tolong dengar penjelasan aku dulu, Kak," pintaku dengan sorot pengharapan. Tanganku menghalangi Kak Sabiru yang hendak meraih gagang pintu.Kak Sabiru menggeleng lemah. Terlihat jelas dari sorot matanya jika pria itu memendam kekecewaan yang teramat. "Baru tadi pagi kamu berjanji dan sore ini kudapati kamu mengingkarinya, Bila," ujarnya getir. Lagi Kak Sabiru menggeleng lemah disertai senyuman miris."Makanya dengarkan aku bicara dulu," tukasku cepat. "Kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya!""Tidak perlu." Kak Sabiru menggeleng tegas. "Kalian berduaan di dalam kamar. Hanya berdua dan kalian pernah saling mencinta
Read more

12. Musibah

🌸🌸🌸Napasku tercekat. Seperti ada dua tangan yang menyekik leher. Tak kuhiraukan ponsel yang jatuh dari genggaman. Sambil memejam aku mengigit bibir bawah ini dengan kuat. Berharap apa yang baru saja kudengar adalah halusinasi. Rasa asin akibat setetes darah yang ikut masuk ke mulut menjadi pertanda, bahwa semuanya adalah nyata. "Kak Sabir."  Lirih aku menyebut nama itu. Lutut ini terasa lemas sehingga tidak mampu menopang badan. Tanpa sadar tubuhku luruh ke lantai. "Kami bahkan belum saling memaafkan," sesalku nelangsa. Bibir ini mencebik. Tanpa bisa dicegah air mata pun mulai mengalir. Samar-samar terdengar suara keributan dari luar. Bahkan sebuah lengkingan suara yang kuyakini milik Tante Santi terdengar amat jelas. Apa yang terjadi? Kak Sabiru pergi bermain futsal bersama Kara dan Dokter Tama. 
Read more

13. Ujian

💔💔💔Aku tersedu di pundak Zayn. Lutut ini terasa lemas. Badan pun seperti tidak bertenaga sama sekali. Aku butuh bersandar dan Zayn menawarkan.Pemuda itu menyambut hangat. Bahkan tangannya terusap lembut di rambut. Kekalutan, kegundahan, hingga ketakutanku bermuara pada satu titik. Kutumpahkan segala rasa itu pada pundak Zayn."Tenanglah! Ada aku di sini." Zayn memberi kekuatan.EHEM-EHEMTerdengar gumaman keras. Spontan kutarik kepala ini pada bahu Zayn. Kami berdua menoleh ke belakang. Ada Elma masih dengan mata dan hidung yang merah menatap kami datar."Zayn, tolong kamu antar mama pulang. Dia teramat lemah. Aku takut mama jatuh pingsan di jalan tanpa ada yang menolong kalau pulang sendiri," pinta Elma panjang."Baik," sahut Zayn sigap. "Kamu sendiri tidak ikut pulang?" Zayn menunjukkan kepeduliannya."Aku akan jaga Bang Tama." Suara El
Read more

14. Pesan Tama

💔💔💔Berita kebutaan Kak Sabiru tentu saja menggegerkan semuanya. Baik itu keluargaku, keluarga dia, juga keluarga Tama. Ibu bahkan jatuh pingsan saat pertama kali mendengar kabar tersebut. Wanita itu sangat terpukul sehingga sepanjang hari hanya bisa menangis pilu.Om Hendri dan Tante Lisa baru datang ke Jakarta setelah sehari Kak Sabiru tersadar. Itu karena Om Hendri sendiri juga tengah dirundung sakit. Sudah seminggu tekan darahnya naik. Menurut dokter yang merawat, Om Hendri harus banyak beristirahat. Namun, papa Zayn itu memaksa ingin melihat keadaan sulungnya.Nasib buruk juga dialami Kiara. Gadis cantik tinggi semampai itu tersadar sehari setelah Kak Sabiru siuman. Namun, ia harus menelan pil pahit karena kaki jenjangnya mendadak tidak dapat digerakkan. Dirinya sama sekali tidak bisa merasakan sesuatu apapun pada kedua kakinya."Tidakkk! Aku tidak mau lumpuh! Aku ingin bisa berjalan sepert
Read more

15. Kesetiaan Sabiru

❤️❤️❤️"Bila, aku ... aku mohon!" Mata sayu Tama memindaiku.Aku bergeming. Seenak hati Tama berkata demikian. Apa dia pikir  berbagi suami itu semudah berbagi permen?"Bila ...." Lagi Tama memanggil."Maaf, Bang Tama." Aku menangkupkan kedua tangan. "Kamu boleh saja meminta apapun dariku, tapi tolong jangan suruh aku berbagi suami. Itu sulit!" Kutegaskan saat mengucap kata 'sulit'.Tama memejam. Dari sudut matanya meleleh buliran bening. Siapapun yang melihat pasti pilu. "Aku tahu perasaanmu, Bila." Pria itu berucap serak. "Tapi aku tidak bisa pergi tenang jika-""Bila, ayo tinggalkan tempat ini sekarang juga! Persetan dengan semuanya!" sambar Kak Sabiru cepat. Dia bahkan memukul pegangan kursi.Kami semua tercengang mendengar Kak Sabiru berkata lantang seperti itu. Bahkan sedikit tidak percaya jika pria yang hampir satu setengah tahun menema
Read more

16. Rong-Rongan Tante Santi

❤️❤️❤️Tepat di hari ketujuh meninggalkannya Tama, Kak Sabiru menjalani operasi pencangkokan kornea mata. Tadinya pria itu menolak habis-habisan. Karena masih memikirkan amanat Tama. Namun,  semua orang membujuk dan memaksa, termasuk diriku. "Kornea itu hanya bertahan selama empat belas hari dalam laboratorium, Biru. Jangan buat semuanya sia-sia. Kasihan Tama," kata Tante Mirna di malam ketiga tahlilan Tama. "Jangan dengarkan celotehan Santi. Yang terpenting nanti kamu serius menjaga Kiara sesuai amanat Tama." Om Hendri turut menimpali. "Bukankah Kakak merindukan senyumku dan Keanu? Jadi tunggu apa lagi?" Aku ikut menambahkan waktu itu. Berbekal nasihat-nasihat tersebut dan juga betapa tersiksanya menjadi tuna netra, akhirnya Kak Sabiru mau juga menjalani operasi tersebut. Satu jam proses pencangkokan itu berlangsung. 
Read more

17. Tante Lisa

Keberhasilan Kak Sabiru menjalani transplantasi kornea menerbitkan kebahagian bagi semua orang. Tidak hanya diriku saja selaku pendamping hidupnya, Om Hendri sebagai ayah pun merasakan hal yang sama. Bahkan lelaki itu mengusulkan untuk mengadakan acara syukuran atas kembalinya penglihatan Kak Sabiru.  Seperti biasa, suamiku yang bersahaja dan tidak menyukai keramaian tentu saja menolak. Apalagi kepergian Tama juga belum lama. Dirinya tidak enak hati dengan keluarga Tante Mirna. Takut dikira berpesta di atas duka orang lain. Serta menjaga perasaan Kiara yang masih berselimut lara karena ditinggal kekasih. Om Hendri tidak menyerah. Dirinya terus saja membujuk. Pria paruh baya itu berdalih jika acara tersebut merupakan bentuk syukur dan luapan kegembiraan dari seorang ayah karena putranya telah sehat kembali. Untuk meyakinkan bahwa keinginannya tidak melukai hati keluarga almarhum Tama, Om Hendri meminta izin pada Om Joha
Read more

18. Emosi Kiara

Rumahku sudah mulai ramai. Ibu juga telah datang. Wanita itu sengaja membuka toko bunganya setengah hari saja. Seperti biasa dirinya hadir dengan diantar oleh Paman Hasan. Kebetulan pria itu sudah pulang dari kerja sehingga bisa mengikuti acara syukuran ini. Hari kian beranjak petang. Langit terang telah berganti malam. Paman Hasan, Om Hendri, Kak Sabiru, dan Zayn juga telah kembali dari masjid terdekat selepas menunaikan ibadah sholat tiga rakaat mereka. Tidak lama berselang mobil Om Johan pun telah memasuki halaman. Semua sudah siap. Hidangan dan para tetangga dekat sudah mulai berdatangan. Namun, keluarga Tante Santi tidak ada seorang pun yang menampakkan batang hidungnya. Bahkan Tara yang biasanya wira-wiri ke rumah kali ini pun absen. Merasa penasaran, aku menyuruh Nasya untuk mengingatkan undangan acara syukuran ini pada keluarga Tante Santi. Namun, gadis itu menolak. Dalihnya ogah berurus
Read more

19. Kiara yang Aneh

"Oh ... tidak! Kiaraaa!"Tante Santi berteriak histeris. Disusul kedua putrinya yang juga ikut meledakkan tangis. Sementara Kak Sabiru dan Tara menerjang ranjang Kiara. Aku sendiri hanya bisa mematung. Sungguh syok melihat pemandangan ini.Kak Sabiru lekas memeriksa nadi Kiara di sekitar leher. Dirinya juga menempelkan jari di hidung Kiara."Tara, cepat angkat kakakmu! Abang akan siapkan mobil," titah Kak Sabiru segera.Tara menganguk tanggap. Pemuda itu lekas membopong tubuh kakaknya yang kian mengurus. Kak Sabiru sendiri gegas berlari kembali ke rumah. Aku mengekor dengan ikut melangkah panjang."Kamu di rumah saja! Kasihan Keanu," perintah Kak Sabiru begitu aku hendak membuka pintu mobilnya."Tapi, Kak, aku juga ingin-""Gak ada tapi-tapian. Keadaan lagi genting. Jangan membantah, ya!" sambar Kak Sabiru tegas. Mata tenangnya menatap serius. Dan itu suda
Read more

20. Perdebatan

❤️❤️❤️Melihat Kak Sabiru meninggalkan makanannya yang belum habis, hanya demi memenuhi permintaan tidak wajarnya Kiara. Hatiku memanas. Tidak rela. Apalagi ketika mata ini menangkap betapa telatennya dia melayani Kiara. Sebenarnya aku ingin berteriak marah pada Kiara saat itu juga. Namun, hati kecil ini melarang. Sekarang bukan saat yang tepat. Biarlah dulu kusimpan rasa tidak nyaman ini. Aku tidak mau terjadi perdebatan dengan wanita bermulut silet itu. Maksudnya Tante Santi. Aku menarik napas dalam-dalam. Berharap oksigen yang masuk melalui hidung dapat menjernihkan pikiran.  Saatnya berdamai dengan keadaan. Akhirnya, walau merasa amat keki kuberesi juga kotak-kotak makan ini untuk dibawa pulang kembali. Baru setelah itu aku masuk ke ruangan Kiara lagi. "Kak, kita harus pulang! Aku takut Keanu rewel," ajakku mendekati Kak Sabiru yang masih setia duduk tepat
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status