Home / Romansa / Telanjur Cinta / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Telanjur Cinta: Chapter 51 - Chapter 60

83 Chapters

51. Titik Terang

(POV Nabila)Sudah ada lima hari aku meninggalkan rumah. Belum ada tanda-tanda akan kembali lagi ke rumah Cirendeu. Kukira kemarin kedatangan Kak Sabiru akan membawa jalan terang terhadap permasalahan yang tengah kami hadapi. Nyatanya alibinya mampu dipatahkan begitu saja oleh Paman Hasan.Aku sendiri sebagai keponakan paham betul watak Paman Hasan. Walau belum ada dua tahun hidup bersama, tetapi aku yakin pria empat puluh lima tahun itu tidak sebejat yang Kak Sabiru tudingkan. Paman Hasan orang baik dan tenang. Kadang nasihatnya jauh lebih bijak dari pada Ibu.Selama tinggal bersama, aku tidak pernah mendapati Paman Hasan berlaku aneh. Dirinya akan pulang tepat waktu setelah seharian bertugas. Jarang mampir ke mana-mana jika memang bukan hal yang penting. Waktu Paman Hasan dihabiskan untuk bekerja, mendalami ilmu agama, dan juga membantu aku dan Ibu. Kakak dan keponakannya.Seperti saat i
Read more

52. Investigasi

Turun dari ojek online, Nasya menengok kanan kiri. Seolah meyakinkan bahwa tidak ada orang yang mengikuti. Aku sendiri masih setia duduk di dalam taksi. Jarak kami ada sekitar tiga puluh meter. Namun, aku masih bisa melihat gerak-gerik gadis itu. Ketika Nasya mulai memasuki lobi, aku pun turun dari taksi. Untuk menyamarkan penampilan sengaja kuambil kaca mata hitam yang ada dalam tas, lantas memakainya. Kulirik waktu pada jam yang melingkar di lengan. Sudah masuk waktu istirahat. Jalanku terburu mengikuti ke mana langkah Nasya. Walau begitu aku tetap menjaga jarak agar tidak dicurigai. Ternyata gadis itu menuju sebuah bangku tunggu di lobi kantor ini. Nasya lantas duduk dan mengamati sekitar. Aku sendiri memilih berdiri sedikit jauh darinya. Berlindung pada sebuah pohon hias agar tidak terlihat Nasya. "Nabila!" Seketika aku berdiri mematung saat mendengar seseorang memanggil. Itu
Read more

53. Pengakuan Nasya

"Kak, cepat putar balik mobilnya sekarang!" perintahku begitu mendengar teriakan Reza juga jerit tangis Nasya. Benar mereka bersama. Kak Sabiru masih saja memanggil-manggil nama Reza. Namun, tidak ada sahutan. "Ayo, Kak, cepat!" teriakku sedikit memaksa.   "Baik." Kak Sabiru menganguk patuh. Pria itu segera memutar balik arah mobilnya. Melajukan kendaraan menuju tempat yang telah kami lewati barusan.  Aku sendiri lekas menghubungi nomor petugas DAMKAR. Meminta bantuan pada petugas tersebut, memberi tahu keberadaan Nasya. Karena bagaimanapun juga aku takut Nasya berbuat nekad. Aku paham betul watak gadis itu. Dia tipe gadis keras kepala. Sebelas dua belas denganku. Perilaku itu memang turunan dari Ayah. Karena kita memang satu darah. Usai mendapat tanggapan dari petugas DAMKAR, rasa khawatir ini sedikit berkurang. Bagaimanapun juga aku sanga
Read more

54. Pengakuan Reza

"Kak Sabiiir." Aku menjerit histeris. Begitu juga dengan Reza. Heran! Pemuda itu bukannya memanggil nama Nasya, tetapi justru meneriakan nama suamiku.Kami sama-sama melongok ke bawah sana. Tubuh Kak Sabiru dan Nasya menghantam matras empuk yang telah dipersiapkan oleh petugas damkar. Dengan badan Nasya yang tertindih oleh Kak Sabiru. Beruntung para petugas seragam orange itu gegas menghampiri keduanya.Aku dan Reza sama menarik napas lega. Namun, gemetar pada lutut tidak juga mau berhenti. Bahkan tubuhku terasa melemas. Tidak kuasa menopang beban tubuh sendiri, aku berpegangan pada besi penyangga."Mba Bila, gak papa?" tanya Reza peduli. Ketika dia berusaha menolong, aku menepis tangannya. Selain bukan mahram juga ikutan benci pada lelaki pengecut seperti dia."Ayo kita lihat keadaan mereka, Mbak!" ajak Reza kemudian. Pemuda itu mengulurkan tangan bermaksud membantu. Kembali pula kutepis.
Read more

55. Masih Tentang Nasya

"Nabila!"Sontak aku, Kak Sabiru, dan Reza menoleh begitu mendengar ada seseorang yang memanggil. Di selasar Ibu Halimah dan Paman Hasan tergopoh-gopoh mendekati kami. Aku dan Kak Sabiru lekas bangkit menjumpai mereka. Sementara Reza masih terpaku di bangku."Di mana kamarnya Nasya, Bila?" tanya Ibu Halimah dengan raut wajah penuh kecemasan. Di belakangnya Paman Hasan tampak mengatur napas. Keringat yang muncul di pelipisnya menunjukkan jika dia habis berjalan cepat."Di kamar Flamboyan nomer tujuh, Bu." Aku membalas pelan.Mendengar jawabanku, Bu Halimah langsung mengedarkan pandangan. Mencari kamar dengan papan nomer tujuh. Karena kami memang sedang berada di kompleks kamar Flamboyan.Begitu berhasil menemukan kamar yang dimaksud, wanita yang tahun ini baru genap berusia empat puluh tahun itu menyeret langkahnya menuju kamar Nasya. Aku berjalan mengikuti. Begitu juga Kak Sabiru dan Paman
Read more

56. Kejadian yang Sesungguhnya

"Itu suara Tara." Nasya menjawab dengan pasti. Reza yang duduk tepat di sebelah Kak Sabiru menarik sudut bibirnya ke atas. "Kami memang sudah memasuki kamar motel ketika Bang Biru telpon. Dan Tara yang merebut hape aku, lalu mematikannya. Karena telpon dari Abanglah makanya aku tersadar," aku Nasya dengan mata yang berkaca-kaca."Mungkin kalo Abang tidak menelepon, aku akan melakukan hal itu dengan Tara," lanjutnya mulai tersedu. "Tapi sepertinya itu lebih mendingan dari pada digauli oleh lelaki pengecut macam dia!" Nasya menunjuk Reza dengan berang."Sabar, Nasya ...." Bu Halimah menenangkan sang putri dengan pelukan.Hening. Kami semua terdiam. Hanya sedu-sedan lirih Nasya yang mengiringi.Nasya mulai bertutur kisah.Flash back on ke malam permen laknat.Setelah bertengkar hebat dengan Tara, Nasya berlari keluar kamar motel. Gadis itu menghidupkan kembali ponsel pint
Read more

57. Tara sang Penyelamat

"Nak Reza, sekarang apakah kamu bersedia menikahi Nasya anakku?" cecar Bu Halimah dengan mata menghujam.Wajah Reza tampak tercekat mendengar pertanyaan dari Bu Halimah. Aku yakin pecund*ng macam dia pasti akan berkelit lagi."Begini, Nak Reza ...." Paman Hasan mulai membuka suara. Pria yang sore ini tampak berwibawa dengan baju koko pendek warna cokelat itu menatap Reza serius. "Kandungan Nasya baru memasuki bulan kedua. Mumpung masih belum ditiupkan ruh ke janinnya dan untuk menutup aib, maka nikahilah dia. Kasus ini juga pernah dialami oleh Nabila. Dan Sabiru kuat menjalaninya. Sabiru benar-benar menjaga hasratnya sampai mereka menikah ulang," urai Paman Hasan panjang.Hatiku menghangat mendengar penjelasan Paman Hasan. Dalam hati aku bersyukur telah dipertemukan jodoh sebaik Kak Sabiru. Tanpa sadar kuremas tangan dia yang memang duduk berhimpitan denganku. Membuat Kak Sabiru menyipit bingung. Aku sendiri hanya bisa ter
Read more

58. Tuduhan Keluarga Tara

Akhirnya badai itu telah berlalu. Gonjang-ganjing yang dibuat Nasya dengan menyeret nama Kak Sabiru telah terlesaikan. Adikku itu akan menikah dengan Tara, mantan kekasih yang masih mencintai. Sementara Reza si pelaku juga berjanji akan menafkahi Nasya selama kehamilan dan persalinan. Juga memberi santunan untuk anaknya kelak.Sore ini selepas dari kantor, Kak Sabiru membawaku pulang ke rumah Cirendeu. Seolah hapal jalanan, Keanu terlihat begitu senang di dalam mobil. Bayi yang sudah bisa berjalan sepatah-patah itu melonjak-lonjak riang di pangkuanku.Ketika Kak Sabiru memutar lagu favoritnya yaitu Lagu Ceria milik band favoritnya J.Rock, Keanu ikut bertepuk tangan. Bocah lucu itu  menyimak lagu dengan mengikuti sang ayah menggerakkan kepalanya atas bawah. Alias manggut-manggut. Bahkan di lampu merah tak sungkan Kak Sabiru menggoyang-goyangkan tangannya. Membuat Keanu mengikutinya.Aku sendiri hanya hanya tersenyum ge
Read more

59. Maksud Terselubung Tara

"Amaraaa! Jaga ucapanmu!"Dari dalam muncul Kak Sabiru dengan wajah tegasnya. Lelaki itu menatap kakak beradik itu dengan tajam. Aku yakin dia pasti mendengar tuduhan yang dilontarkan oleh kedua anak gadis Tante Santi ini."Apa yang mendasari kalian menuduh istriku seperti itu, hem?" tanya Kak Sabiru dengan wajah seriusnya.Kinara dan Amara tidak lekas menjawab. Keduanya justru saling sikut. Dalam hati aku mengutuk. Mereka benar-benar asal menuduh dan hanya berani jika melawanku saja."Kok gak ada yang mau jawab?" Mata Kak Sabiru menatap Kinara, Amara, dan berakhir pada Tante Santi."Bi-Biru ... Ta-Tala ituh ... ma-masi ... ke-kecilll," balas Tante Santi dengan bibir mencongnya. Ucapannya masih belepotan. Namun, sudah bisa ditangkap dengan jelas."Kiara bahkan sudah dewasa saat melakukan aksi kejinya." Sahutan telak dari Kak Sabiru membuat Tante Santi terceng
Read more

60. Lamaran Nasya

Walau sudah pasti Tara akan menikahi Nasya. Namun, adat pertemuan dua keluarga tetap harus digelar. Tiga hari kemudian Tara mengusung keluarganya bertandang kembali ke rumah Ibu.Dengan didamping Tante Santi dan Kiara sebagai wali Tara datang ke rumah Ibu untuk melamar Nasya. Tidak disangka pemuda itu membawa seserahan yang terlihat cukup mewah. Benar-benar lengkap.Seserahan itu meliputi satu set perlengkapan ibadah dengan mukena yang dibentuk bunga mawar. Hiasan pada mukena menjadi pertanda kalau itu bukan mukena sederhana. Satu set perhiasan emas putih membuat Ibu Halimah berkali-kali meneguk ludah dan tersenyum bangga. Belum lagi ada tas, sepatu, perlengkapan mandi, perlengkapan wanita, pakaian dalam, hingga seperangkat make-up dengan brand yang cukup terkenal. Ditambah  seabrek makanan dan juga buah-buahan.Ibu Halimah benar-benar terpana melihat semua barang yang dibawa oleh keluarga Tara. Termasuk Ibu dan juga
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status