Beranda / Romansa / Telanjur Cinta / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Telanjur Cinta: Bab 31 - Bab 40

83 Bab

31. Hari Milad

Terima kasih untuk semua pembaca yang sudi membuka gembok cinta ini. Semoga rejeki kalian semua mengalir lancaršŸ¤² Happy reading Zheyenkkk šŸ˜˜(POV Sabiru)Senyumku merekah lebar mendapatkan kunjungan dari teman-teman. Langkah kupercepat demi menemui mereka. Sahabat yang sudah lima tahun terakhir ini selalu menemani. Kami bahkan sudah sangat akrab sebelum aku menikah dengan Kamila."Hai ... Bro! Gimana sudah sehat?" Doni menyapa begitu menyadari kedatanganku."Alhamdulillah ... sudah mendingan. Cuma kadang masih sedikit pusing saja," balasku sedikit berbohong.Aku memang harus total dalam memainkan sandiwara amnesia ini. Tidak boleh setengah-setengah. Biar kepada sahabat karib sendiri tidak boleh ada kebocoran. Cukup Zayn dan Om Johan yang mengetahui rahasia ini.Tanganku dan Doni saling menepuk untuk ber-tos, lalu disusul kedua teman yang lain, Reza dan H
Baca selengkapnya

32. Curiga

Terima kasih untuk semua pembaca yang sudi membuka gembok cinta ini šŸ™ saya doakan rejeki kalian lancar jaya. Aamiin šŸ¤² (POV Nabila) Kak Sabiru. Sudah hampir sebulan pria itu mengalami amnesia. Naasnya memori yang ia lupa adalah waktu lima tahun terakhir. Waktu di mana kami belum saling mengenal. Rasanya nelangsa saat lelaki yang begitu kita cinta dan hormati justru memandang kita asing. Lebih menyakitkan lagi dia juga tidak mengenali buah hatinya. Namun, aku bisa apa selain bersabar. Ibu juga mewanti-wanti agar aku berserah diri saja ke pada sang pencipta. Terima dengan lapang dada apa yang Allah berikan, supaya hati senantiasa damai. Dan pesan utama Ibu adalah aku harus bisa menjaga sikap terhadap Kak Sabiru. Jangan pernah tersinggung jika pria itu berperangai kaku. Harus maklum dengan keadaannya yang sekarang. Memang berat menahan diri untuk tidak ke
Baca selengkapnya

33 Napas Buatan

(POV Sabiru)Waktu cutiku telah habis, saatnya kembali ke rutinitas. Bergelut dengan berkas-berkas dan berkutat pada monitor pintar. Terkungkung seharian dalam kubikel.Walau demikian aku tetap senang menjalaninya. Karena dengan masuk kantor aku bisa bertemu kembali dengan teman-teman. Kawan-kawan yang sudah kuanggap seperti saudara.Dengan mereka aku bisa bercanda. Pada mereka aku juga tidak sungkan berbagi cerita. Berkeluh kesah tentang permasalahan hidup. Demikian juga dengan mereka. Baik Heri, Reza, atau pun Doni kerap kali mencurahkan isi hati. Kami para lelaki juga butuh 'berbincang' serius. Agar beban hidup yang tengah dihadapi sedikit bisa berkurang atau terbagi. Syukur bisa hilang.Akan ada kelegaan usai bercerita. Apalagi setelah mendapat nasihat dari teman, beban yang menghimpit dada rasanya menguap entah ke mana. Walau pun Reza dan Doni belum
Baca selengkapnya

34. Hipotermia

"Kak Sabir ... Kakak sudah mengingat aku?" tanya Nabila dengan binar kebahagiaan. Walau suaranya masih teramat lemah."Sampai kapan pun juga, hanya ada namamu di sini."Tangan Nabila kutaruh di dada. Wanita itu meringis haru. Tanpa ragu bibir ranum yang masih pucat itu kulumat sayang.GLUTAK!Sontak kami semua berpaling. Kiara terjatuh dari kursi rodanya."Kiara!"Elma dan Rani langsung mengerubungi gadis yang tersungkur dengan tengkurap tersebut. Sementara aku masih tetap mendekap Nabila. "Kamu gak papa, Key?" tanya Elma peduli. Dia membantu Rani mendudukkan kembali Kiara pada kursi rodanya.Kiara tidak lekas menjawab. Gadis itu menghela napas. Dalam. Entah apa yang menghimpit dadanya."Antarkan aku pulang, Biru!" suruhnya kaku.UHUK-UHUKBelum sempat aku membalas perintah Kiara, Nabila terba
Baca selengkapnya

35. Telanjur Sakit

(POV Sabiru)Pagi menjelang. Kehidupan baru telah siap menanti. Namun, rasa pening yang menusuk-nusuk kepala membuat aku malas untuk bangun.Semalaman aku terjaga untuk merawat Nabila. Baru terlelap selepas dini hari. Mungkin tidak sampai tiga jam mata ini terpejam. Jadi wajar kalau rasa malas menguasai jiwa. Pasalnya mataku masih teramat berat.Pokoknya lunglai sekali. Seperti tidak ada kekuatan. Apalagi semalam juga melewatkan makan malam. Karena melihat kondisi Nabila yang menggigil hebat, selera makanku seperti menguap entah ke mana.Adzan subuh lama bergema. Saatnya menunaikan kewajiban. Setelah nyawa terkumpul semua, kupaksa untuk bangkit bangun. Mataku menyapu seisi ruangan. Kemudian manik itu tertumbuk pada sesosok wanita yang masih terlelap tidur di balik selimut.Tanganku meraih termometer digital yang tergeletak di nakas kamar samping tisu. Benda k
Baca selengkapnya

36. Pilow Talk

(POV Sabiru)Konsentrasiku selama di kantor pecah. Tidak fokus sama sekali pada pekerjaan. Otak ini selalu saja tertuju pada kondisi istri dan anak.Sebelum berangkat ke kantor, kondisi flu Nabila kian parah. Wanita itu tidak boleh berdekatan dengan sang putra. Padahal Keanu dari kemarin belum menyusu. Karena itu Keanu rewel terus. Selain haus mungkin dia juga kangen dengan ibunya. Sehingga bayi itu meluapkan kesedihannya dengan cara menangis.Ketika tengah sibuk mengerjakan tugas, ponselku berbunyi. Ada pesan masuk dari Elma.Keanu udah anteng sekarang. Gak rewel lagi.Tadi selepas kamu pergi ngantor, Nabila memeras ASI-nya.Udah kamu gak perlu lagi khawatir. Kerja aja yang fokus.Okey?Bye.Sebuah emot senyum kalem Elma sematkan di akhir chat. Aku sendiri meng
Baca selengkapnya

37. Cinta Buta Kiara

(POV Kiara)Sabiru. Entah sampai kapan rasa ini tetap tertawan padanya. Walau dia telah dua kali melabuhkan hatinya pada wanita lain.Sabiru. Aku dan dia tumbuh besar bersama. Rumah kami yang hanya berjarak lima jengkal membuat persaudaraan ini kian terasa dekat.Apalagi Mama dan Tante Sabira ( Ibunya Sabiru) juga teman semasa kecil yang akrab. Mereka kerap kali bergurau hendak menjodohkan kami. Aku ingat sekali dulu almarhumah Tante Sabira kerap kali memujiku. Wanita kalem berparas ayu itu selalu bilang kalau aku ini gadis yang cantik, lemah lembut, dan pandai dalam seni.Selain menggambar, aku juga punya hobi lain dalam bidang seni yaitu bermain musik dan bernyanyi. Namun, keduanya tidak aku geluti lebih dalam. Karena passion-ku memang mendesain. Ditambah pula dukungan Sabiru juga begitu besar saat aku memutuskan untuk belajar mendesain.Balik lagi ke Sabir
Baca selengkapnya

38. Ide Busuk Kiara

(POV Kiara)Cemburu ... rasa yang sama sekali tidak nyaman. Rasa panas menyerang hati. Aku bisa gila setiap kali melihat kemesraan Sabiru dan Nabila. Tapi aku bisa berbuat apa? Mereka pasangan yang halal.Bedak tipis yang tadi sudah kupoles perlahan luntur. Cemburu membakar hati menyebab peluh menampakkan diri dari pori-pori. Sial! Harusnya tadi aku tidak usah menyongsong kepulangan Sabiru. Sehingga tidak perlu menyaksikan kemesraan dia dengan istrinya.Sebenarnya aku mewarisi sifat pendiam dan tenangnya Papa. Begitu juga Tara. Hanya saja semenjak cacat begini, aku mulai sukar mengontrol emosi. Sepertinya hormon kortisol dalam tubuh meningkat. Apalagi kemarin-kemarin Mama banyak mencuci otakku agar lekas merebut Sabiru dari tangan Nabila. Aku yang kalut dan labil tentu saja terprovokasi.Semangat yang tadi begitu menggebu ingin makan malam bersama Sabiru mendadak pudar. Kini aku malas deng
Baca selengkapnya

39. Firasat

(POV Sabiru)Hari yang menyenangkan. Nanti sore aku dan Nabila akan menghabiskan waktu berdua saja. Couple time.Keanu? Tentu saja bayi itu akan dititipkan pada Ibu Maryam, Ibu mertuaku. Momen yang sangat jarang dilakukan ini membuatku tidak ingin segera pulang.Selama setahun setengah pernikahanku dengan Nabila, bisa dihitung dengan jari kapan kami pergi berdua saja. Tidak sampai sepuluh kali. Itu pun dulu kebanyakan karena menemani dia periksa kandungan.Momen yang paling berkesan adalah saat kami pergi nonton bioskop bersama. Di mana waktu itu kandungan Nabila sudah memasuki masa kelahiran. Wanita keras kepala itu ngotot ingin pergi ke mall cukup dengan menaiki motor saja.Tadinya sempat ragu, tapi setelah dipikir tidak tega juga. Pasalnya di pernikahan pertama kami, jangankan meminta sesuatu. Nabila ngomong baik tanpa nada ketus merupakan momen langka. Se
Baca selengkapnya

40. Tingkah Aneh Adik-adik Kiara

"Bila ... kamu gak papa?!" tanyaku setengah berteriak.Karena tidak mendapat balasan, aku bergegas menyusul Nabila ke belakang. Kuketuk pintu kamar mandi."Pergilah, Kak! Jangan buat keluarga Kiara kecewa. Aku baik-baik saja kok," sahut Nabila dari dalam kamar mandi."Kamu yakin?" Aku memastikan."Iya. Pergilah!"Mendengar perintah Nabila yang bijak, aku tidak bisa lagi menahan. Dengan langkah gontai kutemui lagi Kiara dan adik-adiknya."Ayok kita berangkat!" ajakku lesu."Kak Bila?" Nasya memastikan keadaan kakaknya."Dia gak ikut," balasku lemah.Ogah-ogahan aku melangkah menuju mobil. Diriku kian kesal saat Amara membukakan pintu mobil depan untuk Kiara."Tara di depan bareng aku!" tegasku cepat.Tidak peduli Amara dan Kiara menekuk mukanya mendengar perintahku. Walau begitu mereka patu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status