"Bila!"Tidak kuhiraukan panggilan dari Kak Sabiru. Ingin melihat seberapa tegasnya dia menghadapi sikap kekanakan Kiara padanya. Mengabaikan rasa lapar yang menyerang perut, aku berlalu menuju kamar Keanu.Memilih menyamarkan rasa melilit ini dengan membenahi kamar bayi itu. Namun, baru juga menapak tiga langkah, Kak Sabiru meraih tanganku. Membuatku menghentikan langkah dan berpaling malas padanya."Mau ke mana? Makan dulu!" suruhnya tegas."Aku bisa menahan rasa lapar, tapi untuk menahan cemburu itu berat, Kak," sahutku enteng.Kak Sabiru mendesah kecewa. "Andai saja waktu itu kamu mau bersabar, untuk pelan-pelan mencari donor mata dari orang lain. Mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini."Aku menunduk merasa menyesal. "Jadi Kakak menyalahkanku?""Bukan begitu!" tukas Kak Sabiru cepat. Tangannya langsung menaikan daguku agar mau menatapnya. "Permintaan Tama am
Baca selengkapnya