All Chapters of Menikah Dengan Abang (Abang Angkat): Chapter 121 - Chapter 130
188 Chapters
Perjodohan
 PoV Abang Rasanya bahagia sekali dapat menyentuh Ayu kembali dan melihat dia bermanja lagi.Usai ‘melakukan’, kedua lengan Ayu masih memelukku. Ia tampak kelelahan. Membelai rambut dan mengecup puncak kepalanya. “Sayang, maaf ya? Abang gak sempat mandi dulu. Gak tahan!” Dia menarik tubuh, memandang dengan kedua mata membulat. “Idih iya, Abang belum mandi. Pantesan bau!!” Ayu mencibir, memencet hidung. “Hm ... bau juga tapi enak kaaann?” Aku mulai menggodanya. Bibir istriku mengerucut. “Ya udah gak apa-apa. Tapi Abang tadi sempat baca doa kan?” “Sempetlah. Gak mau berhubungan dibantu ama setan. Abang juga tadi masih punya wudhu.” “Masa?” “Iya. Tadi jam delapanan Salat Isya di jalan. Sampe masukin mobil di gara
Read more
Simpanan Om
 PoV Cindy Andai saja, satu tahun lalu, Papa tidak terjerat kasus korupsi, hartanya tidak disita Negara, sekarang Ibu tidak hanya berjualan kue, aku tak mungkin mau menjadi simpanan Om-Om. Apalagi Om itu adalah Papa kandung dari sahabatku, Sabrina.  Terkadang rasa sesal menyelimuti hati, tapi apa daya, semua telah terjadi. Aku yang sudah terbiasa bergaya hidup hedonis, mau tak mau menerima tawaran Om Rahmat untuk melayaninya selama ia menginginkan. Tentu saja, tidak gratis. Papa Sabrina harus membayar mahal tiap kali mengajakku bersenggama. Ya, apalagi awal pertama melakukannya. Ia rela membayar seratus juta untuk harga keperawananku. Hubungan gelapku dan Om tentu saja rapi. Aku yang terbiasa bermain ke rumah Sabrina, atau menginap, menjadi alasan Om Rahmat jatuh cinta padaku. Ia tak sanggup lagi menahan hasratnya saat memergokiku sedang tertidur di kamar Sabrina. Kala itu malam Min
Read more
Menolak
 PoV Abang “Dendi, Sayang ... duduk dulu, Nak ....” Bunda masih saja menahanku. Rasanya muak berada di tengah-tengah mereka. Kenapa Bunda semakin egosi? Bukan membela anak malah mengorbankan kebahagiaan anaknya sendiri?  Sebenarnya sebesar apa sih jasa si dokter itu? Kenapa juga, ngotot pengen jodohin anaknya sama aku, yang jelas-jelas sudah punya istri.  “Enggak, Bun. Dendi mau pulang.” “Kita bicarain masalah ini baik-baik, Sayang ... kita pikirin, lebih banyak kebaikannya atau keburukannya untuk Ayu dan kamu.” Di mana pikiran Bunda? Mana ada seorang istri yang rela dipoligami? Seadil-adilnya suami membagi waktu pada istri-istrinya, pasti akan ada yang tersakiti. Istri satu aja, aku masih suka menyakiti Ayu, apalagi lebih dari satu? Astaghfirullah Bunda ... bagaimana kalau Bunda yang diduakan oleh Papa Bram? 
Read more
Abang Ngidam
 PoV Abang “Bang, buka mulutnya. Mau disuapin gak?” Gak tahu kenapa, aku merasa mual mencium aroma nasi. “Nasinya bau, Yu.” “Bau? Masa sih?” Nasi yang berada di atas sendok di dekatkan ke hidung istriku. “Enggak, Bang. Biasa aja. Ini beras yang kemarin lho. Udah deh, jangan main-main, buka mulutnya.” Ayu memaksakan mulutku agar terbuka, namun rasa mual makin menjadi-jadi, berlari ke toilet, muntah. Kenapa jadi gini? Perasaan kemarin makan nasi biasa-biasa aja. “Abang beneran mual?” Wanita yang sedang mengandung buah hatiku sudah berdiri di samping, memijat-mijat tengkukku. “Beneran, Yu. Nasinya bau banget. Maaf ya?” Wajah Ayu tampak lesu. “Jadi, Abang gak mau makan sotonya?”Merangkul pinggang Ayu, berjalan keluar t
Read more
Kantor Polisi
 PoV Abang “Ayu ikut ya, Bang?” Ayu memegang lengan bajuku. Dia tampak sangat cemas. Kubelai pipinya dengan lembut. “Jangan, Sayang ... Ayu tunggu di rumah aja. Tunggu Abang pulang.” “Ayu takut Abang ditahan ....” Kedua matanya mulai berembun. Meski tak tahu ada masalah apa, tapi aku tidak mau kalau Ayu kenapa-napa. Apalagi sampai mengeluarkan air mata. “Gak mungkin ... kalau Abang punya salah atau ada yang melaporkan, pasti polisi dateng ke rumah langsung bukan lewat telepon.” Istriku mengerjapkan mata, jurus kemudian bibirnya mengembangkan senyum. “Iya juga sih, Bang. Terus kira-kira masalah apa ya?” Aku menghela napas. Berpikir sesaat, lalu secara tiba-tiba terpikirkan soal Ratih Herlina. “Mungkin masalah Herlina.” Kedua bola mata Ayu membulat sempurna. Raut wajahnya berub
Read more
Penyelidikan
 PoV Abang “Aneh. Ruangan dingin kok kepanasan? Apa jangan-jangan ... Bapak ya yang membantu Ratih kabur dari penjara?”Sipir tersebut langsung salah tingkah. Aku semakin yakin kalau orang yang bernama Trisno ini ikut andil atas hilangnya Ratih Herlina dari penjara. “Jangan nuduh sembarangan! Saya gak mungkin melakukan itu!!” Suara Sipir Trisno terdengar lantang, ia berdiri dengan napas memburu. Pak Heru ikut berdiri, menenangkan Pak Trisno. Sipir berkulit hitam itu menatapku nyalang, kubalas dengan tersenyum sinis. “Tenang, Pak Trisno, tenang.” Pak Heru berusaha menenangkan. “Lo, Den! Ngomong sekata-kata.” Dion menyenggol lenganku. Aku sendiri tetap santai. Reaksi Pak Trisno sudah kuduga sebelumnya. “Jujur saja, saya tidak percaya kalau seorang Ratih Herlina pembunuh berdarah dingin mengalami penyiksaan di
Read more
Kontrakan
 PoV Ratih Herlina Dengan penampilan seperti ini, aku pastikan tidak akan ada yang dapat mengenaliku. Sebelum ke rumah si anak dungu, aku akan menjual handphone Trisno. Uangnya lumayan untuk tambahan ongkos. Dari dalam dompet sipir b*doh itu hanya terselip uang tiga ratus ribu. Hah dasar sipir miskin!! Setelah menjual handphone, aku bergegas menaiki taksi kembali menuju kediamanku yang sekarang ditempati Firman. Aku sudah sangat rindu sekali, mandi di bawah guyuran air shower, berendam di dalam bathtub, dan tidur pulas di atas ranjang yang empuk. Membayangkannya saja membuatku ingin segera sampai rumah. Tiba di depan rumah peninggalan alamarhum Pras, taksi berhenti. Aku membayar ongkos taksi dengan uang lebih. “Kembaliannya buat Mas aja.” “Oh iya, makasih, Bu.” Keluar dari dalam taksi, aku melangkahkan kaki menuju depan gerbang. Sambil berjing
Read more
Tempat Ternyaman
 PoV Abang Melipat kembali secarik kertas pemberian Lara. Setelah membaca tulisan itu, aku semakin yakin, kalau kemungkinan besar, Sipir Trisno memang ikut andil dalam hilangnya Herlina. Kalau bukti itu sudah kudapatkan, aku meminta pihak kepolisian memberi hukuman yang berat untuk sipir berkumis tebal itu. Dan besok aku akan kembali ke kantor polisi. Menyelidiki gudang tersebut.Melajukan kembali mobil, pulang. Tiba di rumah, Ayu menyambutku dengan senyum terukir. Manis, sangat manis. Ia menyalami, kukecup keningnya. “Abang, mau mandi air dingin atau air hangat?” Ayu merangkul pinggangku berjalan masuk ke rumah. “Air dingin aja. Tapi mau dimandiin sama Ayu,” pintaku menjawil dagunya. Kami masuk kamar beriringan. Cekatan Ayu membuka kancing kemeja satu persatu dan penutup aurat lainnya, Kemudian menarikku masuk ke bilik toilet. Di sana
Read more
Menguak CCTV
PoV Abang Hari ini, aku akan kembali ke kantor polisi. Menyelidiki info yang diberikan oleh salah satu tahanan yang satu kamar dengan Herlina. Sejujurnya, sejak mengetahui Herlina menghilang dari penjara, aku selalu diliputi kecemasan. Cemas akan keselamatan Ibu, Dion, Ayu dan juga diriku sendiri. “Sayang, Abang berangkat sekarang ya? Semoga saja, segera menemukan titik terang supaya Herlina cepat tertangkap lagi,” ucapku setelah selesai menyantap sarapan. “Iya, Sayang, aamiin. Ayu juga berharap demikian.” Aku mengelus perut Ayu yang sudah mulai terlihat buncit. “Nak, jagain Mama ya? Papa sayang kalian.” Kemudian mencium perut Ayu dengan lembut. Ya Allah, terima kasih atas kebahagiaan yang Kau anugerahkan pada kami.Ayu meraih telapak tanganku, menciumnya. “Hati-hati ya, Bang. Banyak-banyak baca doa.”
Read more
Terror
PoV Ayu  Kabar yang Abang ceritakan semalam, membuatku khawatir tentang keadaan Ibu, Silvi dan Bang Dion. Benar kata Abang, Herlina pasti akan menuntut balas. Semoga saja urusan Abang di kantor polisi segera selesai. Cepat diketahui siapa yang membantu Herlina kabur dari penjara dan Herlina segera tertangkap, masuk bui lagi. Handphone di saku gamis berdering, mengeluarkannya, melihat nama yang tertera di atas layar benda android. Silvi. “Ayuuuuuuu ....” Astaghfirullah, sudah menikah, masih saja suka teriak-teriak. “Berisik Silviii ... lo gak bisa apah manggilnya b aja? Gak usah teriak-teriak gitu?!” Berjalan masuk kamar, rebahan di atas tempat tidur. “Gue punya berita gembira!!” Masih dengan intonasi tinggi. Untung saja Silvi adalah sahabat sekaligus kakak ipar aku kalau bukan ... hm aku semprot habis-habisan. “B
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status