Sepasang mata cokelat mengamati hamparan langit. Cahaya emasnya tak berani mengkhianati bintang yang semalam menyala begitu terang. Setiap kedua matanya berkedip, sisa cahaya yang menyinari bumi masih terbayang dalam pejamannya. Pohon yang berjajar di sepanjang jalan tak terlihat saling bermusuhan. Mereka selalu bersama, menghias ruas jalan dan menjaga kesejukan kota. Kedua kaki kecil itu berhenti begitu saja. Ia tak lagi mengetuk jalanan. Sepatu lusuhnya terlihat berdebu. Ia tertunduk lesu usai sadar bahwa ia berada di atas permukaan jalan yang gersang. Wajahnya sangat kusam dan tak terurus, seperti orang yang sungguh kelelahan. Kini tubuhnya terkulai lemas. Namun, ia berusaha untuk melanjutkan kembali langkah beratnya dengan gontai. Perlahan, angin yang berhembus dengan tenang, mengobati rasa panas yang menjelajahi seluruh tubuhnya. Ia merasa sedikit lebih baik setelah merasakan betapa ia menikmati separuh kesejukannya. Dan kini, sepasang mata cokelat itu
Read more