Home / Pernikahan / Aku dan Teman Suamiku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Aku dan Teman Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30

54 Chapters

21. Ibadah paling baik adalah bersama suami

Tara masih terkaget-kaget dengan ucapan Erik, Tara bahkan menahan nafasnya sangkin terkejutnya. Bllaamm!Belum sempat Tara menyahut, pintu kamar sudah ditutup oleh Erik. Tara sedikit tergesa segera bangun dari ranjangnya, maksud hati mengejar Erik yang pasti malam ini tidur diruang tengah lagi.Ooeekk...ooeekk.. Namun suara tangisan Yusuf menggema, Tara jadi mengurungkan niatnya untuk menyusul Erik, Tara menyusui Yusuf kembali dengan perasaan tak tenang. Bahkan Yusuf tak kunjung melepas asinya hingga pukul dua dini hari, Yusuf terlihat gelisah. Begitu juga Fia, yang beberapa kali mengigau tak jelas. Tak seperti biasanya anak-anaknya begini, perasaan Tara semakin khawatir, apalagi ucapan Erik tadi terdengar cukup serius. Tara menatap sedih tas jinjing berwarna coklat milik Erik yang sudah siap di atas kursi."Jangan tinggalkan saya," cicitnya dengan air mata yang sudah merembes dengan derasnya. Hatinya begitu sakit, saat membayangkan aka
Read more

22. Berbaikan dan Malam Pertama

Yang rajin baca tulisan saya, jangan lupa follow yaah😘😘Selamat membaca.Tara membuka matanya dengan perlahan, dipandangnya sekeliling kamar. Benar ini kamarnya, nampak rapi dan teratur seperti biasanya. Tenggorokannya terasa kering, Tara hendak bangun dari tidurnya. Namun kepalanya masih terasa berat. Erik masuk ke dalam kamar sambil menggendong Yusuf, dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa secangkir teh jahe hangat. Senyumnya terbit manakala melihat Tara yang sudah sadar."Ndak usah pake bangun, biar makan dan minumnya dibawa ke kamar saja," ucap Erik sambil meletakkan Yusuf tenggurap di samping Tara."Ini minum," titahnya lagi, sambil menyodorkan cangkir teh ke mulut Tara."Pelan-pelan!"Tara mengerjapkan matanya beberapa kali karena airnya cukup panas."Panas." Tara meringis. Erik meniupkan dengan pelan air teh tersebut, uap yang mengepul seakan berlomba keluar dari cangkir tersebut. Erik mengambil posisi duduk
Read more

23. Pagi yang Panas

   21+  Tara sudah sibuk di dapur pukul lima shubuh, biasanya pukul empat dia sudah bangun lalu mandi dan memasak. Namun ada yang berbeda shubuh ini, ia terlambat bangun. Begitu juga suaminya, Erik. Untungnya Erik masih sempat mengejar shubuh di masjid. Meskipun setengah berlari agar tidak tertinggal rokaatnya."Tumben telat!" celetuk Pak Yunus sembari menyolek bahu Erik. Yang dicolek cuma mesem-mesem saja. Mereka berjalan bersisian sepulang dari masjid."Wanginya beda," celetuk Pak Yunus lagi, hidungnya membaui Erik"Wangi belah perjaka! Hahahahaha," sahut Erik disambung gelak tawa keduanya."Alhamdulillah, akhirnya ... luaar biasa Apih!"  ledek Pak Yunus, sambil terus menyolek pundak Erik."Ceritain dong, dikit!" "Ck, kepo aja Pak, sama kayak reader." Erik terkekeh.Mengabaikan Pak Yunus, yang sedari tadi memaksanya cerita. Erik berjalan sedikit lebi
Read more

24. Perselingkuhan Mei

Azan magrib berkumandang, langit yang tadinya benderang, kini berwarna keemasan, sangat indah dipandang mata manusia. Satu dua burung beterbangan, mencari tempat persinggahan, tanda hormat pada Sang Penciptanya. Langkah kaki Mei sedikit tergesa memasuki lobi hotel bintang lima, yang terletak di daerah, Jakarta pusat.Setelah berbicara dengan receptionis hotel. Mei berjalan ke arah lift, sambil menenteng tas pundak yang berukuran sedang. Memencet tombol angka lima, Mei menunggu dengan tidak sabar, sesekali tangannya mengusap peluh yang bercucuran, padahal udara ruangan hotel sangat dingin. Begitu sampai di lantai lima, Mei berbelok ke arah lorong sebelah kiri, menuju kamar nomor lima kosong satu. Mei membuka kunci kamarnya dengan menempelkan kartu. Mei melepaskan pakaian kantornya, lalu mandi."Saya sudah di depan, Bu." Isi pesan singkat dari ponsel Mei. Mei yang sehabis mandi, masih menggunakan handuk kimononya, segera membukakan pintu. Sediki
Read more

25. Video Call

Dua hari sudah, rumah sepi tanpa Erik. Tara hanya fokus mengurus kedua anaknya. Fia yang semakin cerewet, selalu menanyakan dimana Apihnya?kapan pulang?. Fia benar-benar kehilangan Apih Erik yang selalu suka mengajaknya bermain Unta. Malam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tapi Fia belum juga tidur, begitu pun Yusuf. Tara sampai pegal menyusui Yusuf, karena Yusuf sedikit rewel dan gelisah. Akhirnya Tara menggendong Yusuf, dengan kain, lalu menimangnya sayang.Kondisi kesehatan Pak Darman, Ayah Erik sudah berangsur membaik, hanya saja belum boleh keluar dari rumah sakit. Dua hari sudah, Erik menunggui Papanya di rumah sakit, bergantian jaga dengan Arle dan Zaka. Malam ini gilirannya Zaka, yang berjaga, menggantikan Erik. Zaka masuk ke dalam ruang perawatan VVIP papanya. Tampak Erik dan papanya tengah bicara cukup serius. Menyadari ada yang masuk mengucapkan salam, Erik dan papanya menoleh."Kamu sudah datang, Ka," tegur Erik sambil tersenyum. Zaka pun
Read more

26. Tara ke Jakarta

   Selamat membaca. Hari ini tepat lima hari Pak Aditya dirawat dan hari ini juga sudah diperbolehkan pulang. Erik dan Arle yang menjemput papanya. Bu Erika menunggu di rumah. Hari ini Zaka tidak datang ke rumah sakit, sedang kurang sehat katanya.  Dokter menyarankan agar Pak Aditya sebaiknya tidak ke kantor lagi, kondisi jantung Pak Adit belum benar stabil. Pak Aditya disarankan duduk diam di rumah, atau malah bepergian refreshing dengan istri. Suasana hati dan pikiran Pak Aditya harus dibuat senyaman mungkin, agar meminimalisir naik turunnya kondisi jantungnya. "Arle, tolong hubungi Om Slamet, bilang besok Papa baru bisa ngantor," ucap Pak Adit saat mereka tengah dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. "Pa, kata dokter tadi Papa ga boleh ke kantor," sahut Erik menyela ucapan papanya. "Trus siapa yang ke kantor?"  "Arle atau kamu?"  Kedua anak sulung dan bungsu Pak Adit tak menjawab.
Read more

27. Zaka jatuh sakit

Suasana pagi di rumah keluarga Pak Aditya, hari ini cukup heboh. Karena Tara ikut membantu di dapur, menyiapkan sarapan untuk mertua juga suaminya. Pagi ini Tara memasak sop ayam, tahu goreng kremes dan balado telur puyuh dicampur kentang. Mama mertuanya hanya geleng-geleng melihat Tara begitu semangat memasak di dapur. Erik keluar dari kamarnya sudah rapi, hari ini pertama Erik ke kantor. Mamanya sampai melongo melihat tampilan Erik yang begitu gagah dan tampan.Erik duduk di kursi kecil, matanya menatap penuh cinta ke arah dapur, dimana istrinya sangat cekatan menyiapkan sarapan."Kamu persis Papa, saat seusiamu, Rik, tampan!" puji Bu Erika mama Erik, sambil mengusap lengan kekar milik anak sulungnya. Erik menoleh, meluangkan senyum merekahnya pada Bu Erika."Kayaknya lebih tampan saya, Ma," sahut Erik sambil menyeringai."Ya Allah, ini Apih?" Tara menghampiri suaminya, memegang dagu suaminya. Menatap dengan intens."Apih, di kampung sam
Read more

28. Tara Merajuk

Zaka pingsan, tubuhnya pucat seputih kapas. Tara berteriak memanggil pembantu dan juga ibu mertuanya. "Ya Allah, Zaka!" pekik Bu Erika."Kita bawa ke rumah sakit, Ra," titah Bu Erika dengan wajah panik."Bibik, cepat panggil Mang Asep!" teriak Bu Erika pada pembantunya.Tak lama Mang Asep datang dengan tergopoh-gopoh, membawa Zaka masuk ke dalam mobil."Mama bisa anter Mas Zaka?" tanya Tara pada ibu mertua."Kalau kamu bersedia, kamu saja yang antar ya Ra. Mama tunggu di rumah, Mama akan hubungi Mei juga Erik, agar menyusul kamu ke rumah sakit." Tara mengangguk cepat."Mah, ada perasan ASI saya di kulkas, Ma," ucapnya pada Bu Erika sebelum akhirnya Tara menghilang dari balik pagar. Mang Asep mengendarai mobil dengan kecepatan cukup kencang."Hati-hati, Mang," ucap Tara."Baik, Non." Tak lama mereka sampai di rumah sakit, Mang Asep dibantu security yang sedang bertugas di depan UGD, mengang
Read more

29. Pertengkaran Mei dan Tara

Sudah tiga hari Zaka dirawat di rumah sakit, hanya dua hari Mei bisa menungguinya, karena Mei tiba-tiba juga tidak enak badan. Jadilah Arle yang menunggui Zaka sebelum akhirnya dokter memutuskan untuk memperbolehkan Zaka pulang."Udah dimasukkan semua baju Mas, Le?" tanya Zaka pada Arle yang tengah duduk di samping tas ransel milik Zaka. Sang adik hanya mengangguk."Mas mau gue anter ke rumah apa ke rumah mamah?" tanya Arle lagi. Kini ia berjalan mendekati Zaka."Ke rumah aja, kasian Mei juga lagi ga enak badan," sahut Zaka, sambil sesekali meringis memegangi perut."Oh gitu, bukannya harusnya kalian berdua ada di rumah Mama, lagi pada sakit gini, ga ada yang liatin lho." ucap Arle memberi saran pada Zaka. Kedua alis Zaka bertaut, tampak memikirkan kata-kata Arle."Mas pasti cepat pulih kalau di rumah Mama, kan ada Yusuf." Arle mengulum senyum. Zaka pun ikut tersenyum."Ya sudah, kita balik ke rumah Mama aja," sahut Zaka kemudian. 
Read more

30. Erik Kelelahan

Pagi ini seperti biasa Tara membantu Mama dan Bibik di dapur, menyiapkan aneka menu sarapan. Yusuf berjemur dengan Apih Erik dan Fia bermain bersama Opa Adit. Dua hari sudah Zaka tidak menampakkan batang hidungnya di rumah orangtuanya, Bu Erika sempat menelpon dan menanyakan kabarnya, Zaka berkata kondisinya sudah membaik begitu juga dengan Mei. "Hari ini kita ajak anak-anak main ke Seaworld yuk, Pa," ajak Bu Erika pada suaminya. "Tara da anak-anak belum pernah kita ajak piknik Pah," ucap Bu Erika lagi pada suaminya, kini mereka tengah menikmati sarapan."Boleh," sahut Pak Aditya sambil tersenyum."Kita mau jalan-jalan ya, Opa?" tanya Fia senang."Iya, kita mau lihat aquarium raksasa. Banyak ikan-ikan besar disana, Fia mau, kan?" tanya Pak Aditya pada cucunya."Mau!" seru Fia dengan semangat. Erik hanya menanggapinya sambil tersenyum, memakan dengan lahap masakan istrinya."Apih sakit ya?" tanya Tara pada suaminya yang ter
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status