共有

28. Tara Merajuk

last update 最終更新日: 2021-07-08 10:36:18

Zaka pingsan, tubuhnya pucat seputih kapas. Tara berteriak memanggil pembantu dan juga ibu mertuanya. 

"Ya Allah, Zaka!" pekik Bu Erika.

"Kita bawa ke rumah sakit, Ra," titah Bu Erika dengan wajah panik.

"Bibik, cepat panggil Mang Asep!" teriak Bu Erika pada pembantunya.

Tak lama Mang Asep datang dengan tergopoh-gopoh, membawa Zaka masuk ke dalam mobil.

"Mama bisa anter Mas Zaka?" tanya Tara pada ibu mertua.

"Kalau kamu bersedia, kamu saja yang antar ya Ra. Mama tunggu di rumah, Mama akan hubungi Mei juga Erik, agar menyusul kamu ke rumah sakit." 

Tara mengangguk cepat.

"Mah, ada perasan ASI saya di kulkas, Ma," ucapnya pada Bu Erika sebelum akhirnya Tara menghilang dari balik pagar. Mang Asep mengendarai mobil dengan kecepatan cukup kencang.

"Hati-hati, Mang," ucap Tara.

"Baik, Non." 

Tak lama mereka sampai di rumah sakit, Mang Asep dibantu security yang sedang bertugas di depan UGD, mengang

ロックされたチャプター
この本をアプリで読み続ける

関連チャプター

  • Aku dan Teman Suamiku   29. Pertengkaran Mei dan Tara

    Sudah tiga hari Zaka dirawat di rumah sakit, hanya dua hari Mei bisa menungguinya, karena Mei tiba-tiba juga tidak enak badan. Jadilah Arle yang menunggui Zaka sebelum akhirnya dokter memutuskan untuk memperbolehkan Zaka pulang."Udah dimasukkan semua baju Mas, Le?" tanya Zaka pada Arle yang tengah duduk di samping tas ransel milik Zaka. Sang adik hanya mengangguk."Mas mau gue anter ke rumah apa ke rumah mamah?" tanya Arle lagi. Kini ia berjalan mendekati Zaka."Ke rumah aja, kasian Mei juga lagi ga enak badan," sahut Zaka, sambil sesekali meringis memegangi perut."Oh gitu, bukannya harusnya kalian berdua ada di rumah Mama, lagi pada sakit gini, ga ada yang liatin lho." ucap Arle memberi saran pada Zaka. Kedua alis Zaka bertaut, tampak memikirkan kata-kata Arle."Mas pasti cepat pulih kalau di rumah Mama, kan ada Yusuf." Arle mengulum senyum. Zaka pun ikut tersenyum."Ya sudah, kita balik ke rumah Mama aja," sahut Zaka kemudian.

    最終更新日 : 2021-07-08
  • Aku dan Teman Suamiku   30. Erik Kelelahan

    Pagi ini seperti biasa Tara membantu Mama dan Bibik di dapur, menyiapkan aneka menu sarapan. Yusuf berjemur dengan Apih Erik dan Fia bermain bersama Opa Adit. Dua hari sudah Zaka tidak menampakkan batang hidungnya di rumah orangtuanya, Bu Erika sempat menelpon dan menanyakan kabarnya, Zaka berkata kondisinya sudah membaik begitu juga dengan Mei."Hari ini kita ajak anak-anak main ke Seaworld yuk, Pa," ajak Bu Erika pada suaminya."Tara da anak-anak belum pernah kita ajak piknik Pah," ucap Bu Erika lagi pada suaminya, kini mereka tengah menikmati sarapan."Boleh," sahut Pak Aditya sambil tersenyum."Kita mau jalan-jalan ya, Opa?" tanya Fia senang."Iya, kita mau lihat aquarium raksasa. Banyak ikan-ikan besar disana, Fia mau, kan?" tanya Pak Aditya pada cucunya."Mau!" seru Fia dengan semangat. Erik hanya menanggapinya sambil tersenyum, memakan dengan lahap masakan istrinya."Apih sakit ya?" tanya Tara pada suaminya yang ter

    最終更新日 : 2021-07-08
  • Aku dan Teman Suamiku   31. Mei Positif

    Tara akhirnya pulang menggunakan taksi online yang dipesan oleh Zaka. Zaka juga meminta izin pada Erik, agar ia mengantar Tara ke bawah sampai naik ke dalam taksi. Zaka beralasan, mau memastikan Tara aman di dalam taksi online, Zaka juga berniat memotret supir taksi tersebut. Erik mengizinkan, Erik percaya pada Tara juga adiknya Zaka.Setelah cipika cipik lalu mengecup tipis bibir Erik, Tara pamit diikuti oleh Zaka, mereka berjalan beriringan."Aku senang kamu sudah bahagia, Ra," ucap Zaka membuka percakapan saat mereka tengah berada di dalam lift."Alhamdulillah, terimakasih, Mas," sahut Tara seadanya, sambil membenahi letak kerudungnya. Zaka memperhatikan dengan seksama, wajah Tara yang sangat manis saat ini. Betapa ia merasa bahagia, karena dari rahim Tara ia memperoleh keturunan. Yusuf yang sangat tampan, persis dirinya."Yusuf begitu mirip dengan saya, apakah...mmm...waktu itu kamu sangat mencintai saya?" tanya Zaka sangat hati-hati. Pertanyaan itu m

    最終更新日 : 2021-07-08
  • Aku dan Teman Suamiku   32. Arle dan Didu Berteman

    Didu tengah duduk di kantin kampusnya, perkuliahan semester tujuh ini menguras seluruh energi juga kantongnya. Sambil menyeruput cappucino dingin, pikirannya melayang akan sosok wanita yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta. Andrea Meilisa. Senyumnya terbit manakala teringat wanita pujaannya sedang mengandung anaknya."Akhirnya gue jadi bapak muda," gumam Didu dalam hati."Wooy, bengong aja!" Arle menepuk pundak Didu, mengagetkan Didu dari lamunannya."Eh, ada tuan muda, tumben ke kantin. Biasanya bawa bekel," ledek Didu pada Arle."Kakak ipar gue gak masak hari ini, lagi nungguin abang gue di RS?""Abang lu dirawat?Abang lu yang Erik, kan?"Arle mengangguk."Gue mau cari istri kayak kakak ipar gue, montok, pandai memasak, subur, walaupun tidak cantik tapi tetap mempesona," puji Arle."Huust! kakak ipar lu woy, biasa aja mujinya!" Didu tertawa, Arle juga ikut tertawa."Ibu lu dah sehat, Du?""Udah, lagi pem

    最終更新日 : 2021-07-08
  • Aku dan Teman Suamiku   33. Erik Memukul Zaka

    "Eh, Mas. K-kapan sampai?" Mei langsung tergagap, menghampiri Zaka yang tengah memandang kaget keduanya. Didu juga tak kalah kaget, segera pura-pura merapikan mangkuk bekas makan Mei barusan. Zaka bergeming, tak menyahuti Mei. Namun matanya tertuju pada Didu."Permisi, Pak. Saya mau kembali ke pantry," ucap Didu pelan, sambil menunduk. Satu tangan memegang alat pel, satunya lagi membawa mangkuk Mei tadi."Tunggu, saya belum selesai denganmu!" telunjuk Zaka menahan dada Didu, saat akan melewatinya. Wajah Didu menengang takut."Sssstt...aahh." Mei mendesis.Kedua lelaki itu menoleh."Kenapa, Ma?" tanya Zaka dengan wajah khawatir."Perut Mama sakit, Pa," rengek Mei, berakting sangat meyakinkan. Didu pun khawatir, namun Mei segera mengedipkan matanya, memberi kode pada Didu, agar segera keluar dari ruangannya. Lelaki muda itu segera keluar, tergesa menuju pantry.Setelah menenangkan Mei dan mengolesi minyak kayu putih pada perut istri

    最終更新日 : 2021-07-08
  • Aku dan Teman Suamiku   34. Guna-guna Laras

    Selamat membaca.Jangan lupa mampir di cerita seru lainnya ya. 🥰"Terimakasih untuk pekerjaan dan tumpangannya, Mas Erik."Tara membaca pesan singkat yang ada di ponsel Erik. Namanya tidak ada, hanya nomor saja. Erik yang baru saja pulang dari kantor, langsung masuk kamar mandi. Sudah dua hari Erik memang pulang terlambat, namun dikarenakan pekerjaan di kantor yang semakin menumpuk. Tara menaruh kembali ponsel Erik, di atas meja riasnya. Lalu Tara mengambil baju kaos dan celana boxer dari dalam lemari, untuk suaminya. Sambil menunggu Erik selesai mandi, Tara bermain bersama Yusuf di atas ranjang. Bayi yang kini berusia delapan bulan itu, sangat lucu dan menggemaskan. Oh ya, sejak hari di mana Yusuf dirawat, Zaka sudah rutin menengok Yusuf dan mengajaknya bermain walaupun hanya satu jam setiap harinya. Bayi gembul itu selalu tersenyum ceria saat bersama Zaka maupun Erik.Erik keluar kamar mandi dengan tubuh berbalut handuk coklat.

    最終更新日 : 2021-07-08
  • Aku dan Teman Suamiku   35. Guna-guna Laras Part 2

    "Apiiihh!" teriak Tara dalam tidurnya. Matanya terbelalak kaget. Begitu juga Erik yang terlihat kaget ,dengan teriakan Tara.Huu...haa... "Astaghfirulloh...astaghfirulloh," lafadz Tara berulang kali. Nafasnya memburu dan jantungnya berdegub sangat kencang, mimpi itu bagaikan nyata."Ya Allah, Ma. Kenapa?" Erik mengusap punggung Tara dengan perlahan."Ya Allah, Apih." Tara memeluk Erik dengan kuat. Dan menangis tersedu."Mimpi apa, Ma?" tanya Erik sambil berbisik."Mimpi Apih selingkuh!""Astaghfirulloh, amit-amit ya Allah, Ma. Mimpinya nakutin." Erik terus mengusap punggung Tara. Erik menuangkan air ke dalam gelas, yang terletak di meja samping kasur. Lalu memberikannya pada Tara, menuangkannya ke dalam mulut Tara, lalu mengusap bibir Tara dengan lembut."Sudah kita tidur lagi yuk," ajak Erik kemudian, menarik lembut lengan Tara, agar kembali berbaring bersamanya."Apih, kita tahajjud dulu yuk, Ra takut."Erik mengulum senyum.

    最終更新日 : 2021-07-08
  • Aku dan Teman Suamiku   36. Laras Kena Batunya

    Tara dan Arle sudah duduk di dalam ruangan Arle, Erik melanjutkan meetingnya bersama manager pemasaran dan jajarannya. Sedangkan Arle bermaksud mengerjakan kembali tugas yang diberikan Erik. Meskipun masih mengerjakan pekerjaan receh, namun sebagai salah satu anak pemilik perusahaan.Arle tetap memiliki ruangan sendiri yang cukup privasi, Arle juga memiliki seorang asisten yang membantunya. Tara sedikit gelisah menunggu Laras, masuk ke dalam ruangan Arle."Mbak jangan gugup dong, katanya jagoan," ledek Arle yang melihat Tara sedikit gugup, Arle kini sudah duduk di mejanya, sambil memandang laptopnya."Ish, orang ini kebelet pipis," sahut Tara sambil membenarkan duduknya. Arle terbahak. "Ya sudah sana ke toilet, tuh!" mata Arle menuju pintu di sudut kanan, ruangannya."Ga papa, tahan aja," sahut Tara lagi."Ntar pipis di celana lho," ledek Arle lagi."Ya tinggal suruh Laras bersihin ompol aku!" Tara terkekeh. Matanya membulat. Ide itu akh

    最終更新日 : 2021-07-08

最新チャプター

  • Aku dan Teman Suamiku   54. Akhir yang sempurna

    Tara kini sudah dirias begitu cantik, gaun putih pernikahan ala tuan puteri menempel begitu anggun di tubuhnya. Make up flawless menambah pesona yang terpancar dari wajah Tara. Meskipun tetap memakai hijab penutup rambutnya. Ya, hari ini, beberapa jam lagi. Ia akan melangsungkan pernikahan yang keempat kalinya. Duh, malu sebenarnya. Tapi apalah daya, pesta mewah dan megah ini, Zaka persembahkan untuk dirinya. Dengan alasan, Zaka ingin menebus semua kesalahan fatalnya saat dahulu kala.Tara tersenyum memperhatikan wajahnya terang bercahaya di depan cermin. Pangling sih, seperti bukan dirinya. Jujur, inilah pertama kali Tara melangsungkan pesta pernikahan dengan mewah. Pernikahan pertamanya dengan Rahman, berlangsung sederhana di kampung. Pernikahan kedua dengan Zaka pun berlangsung sederhana, karena hanya ijab qabul, tanpa buku nikah. Begitu pun dengan Erik, hanya sukuran saja memanggil tetangga terdekat, dan ia mendapat buku nikah setelahnya."Calon pengantin melamun t

  • Aku dan Teman Suamiku   53. Tara Cemburu?

    Zaka membawa Abiyah ke rumahnya, sebelum mengantarnya ke Benhil. Tentu saja di sana sudah ada anak-anaknya yang heboh dengan kedatangan Zaka dengan seorang wanita bule yang sangat cantik. Bahkan Bu Erika tersenyum sangat lebar, ia berpikir sudah saatnya anaknya, Zaka. Membuka pintu hati untuk wanita lain.Abiyah diterima dengan baik dan ramah. Bahkan diminta untuk menginap di rumah Bu Erika, "menginap di sini saja, besok baru ke Benhil diantar Zaka, bagaimana?" tawar Bu Erika pada Abiyah."Aduh, Bu. Saya jadi merepotkan, ga papa saya langsung ke Benhil saja," sahutnya sungkan. Apalagi kini dikelilingi oleh anak-anak Zaka yang menurut Abiyah sangat lucu."Menginap di sini saja, Abiyah. Nanti biar Om bicara pada bos kamu," sela Pak Aditya yang baru saja keluar kamar. Abiyah hanya bisa mengangguk malu-malu, tidak mungkin dibantah, jika yang meminta adalah Pak Aditya Darman, relasi perusahaannya yang sudah terjalin sejak enam tahun yang lalu, bahkan sebelum Abiyah b

  • Aku dan Teman Suamiku   52. Tara yang Kesepian

    "Pak Zaka belum menikah?" tanya Abiyah serius."Saya pernah menikah dan punya anak. Tetapi saat ini saya sendiri."Abiyah mengangguk sambil membulatkan mulutnya, membentuk huruf O."Bapak... mau tidak, menikah dengan saya?""Apa?!"Kedua bola mata Zaka melotot lebar, seakan baru saja ditanya oleh malaikat. Mau mati sekarang tidak?"He he, becanda, Pak," sambungnya lagi sambil tertawa kecil."Oh iya, Pak. Saya mau ke Jakarta lho. Mau ke rumah sepupu saya. Setelah itu, saya mau ke Padang, bertemu Atok saya. Sudah dua tahun saya tidak pulang ke sana," terang Abiyah sambil meminum jus jeruknya."Oh iya, Jakartanya di mana?" tanya Zaka."Di Benhil, Pak. Jauh ya dari rumah Bapak?""Lumayan sih.""Pulang bareng yuk, Pak. Sekalian Bapak jadi guide saya," ujar Abiyah sambil menyeringai."Mmm ... saya tidak janji bisa mengantar kamu ke Benhil, tapi kalau kebetulan saya tidak ada pekerjaan, saya bisa," uj

  • Aku dan Teman Suamiku   51. Mama Baru untuk Zaka

    Tiga hari sudah berlalu sejak Zaka dipaksa pulang dalam keadaan sakit oleh Tara. Sejak saat itu juga Zaka menghilang bagai ditelan bumi. Tiada kabar berita, tiada pesan WA atau telepon kepada anak-anak. Tara mencoba tak peduli, memang seharusnya Zaka tidak terlalu sering mengunjunginya atau berkirim pesan padanya, karena bakalan sama saja respon yang ia dapat. Tara melirik sekilas ponselnya yang sama sekali sepi tiga hari ini.Dengan langkah sedikit malas, ia memilih pergi ke dapur untuk membuatkan cemilan telur gabus pesanan anak-anaknya."Duh, Papa Zaka ke mana sih? Susah nih PR-nya!" rengek Kinan keluar dari kamar sambil membawa buku.Tara menoleh lalu menghampiri Kinan di ruang TV. "Mana sini, coba Mama lihat!" tawar Tara yang sudah duduk di samping Kinan. Anak SD itu memberikan buku paket sekolah serta satu buku tulis pada Tara."Susah, Ma. Pasti cuma Papa Zaka doang yang jago hitungan begitu," puji Kinan dengan wajah cemberut. Tara masih membo

  • Aku dan Teman Suamiku   50. Cinta anak-anak untuk Zaka

    Setelah bujuk rayu penuh air mata, akhirnya Tara mau ikut menemani anak-anaknya bermain di area Ancol, tepatnya di Dufan. Sebelumnya mereka sudah terlebih dahulu mampir di pantai, mengambil beberapa foto di sana. Tentu saja hal itu membuat Zaka semakin bersemangat. Tak lepas matanya memandang Tara, dalam hati ia berdoa, semoga Allah segera membukakan pintu hati Tara, agar mau menerima cinta tulusnya.Fia dan Zaka mengantre membeli tiket. Sedangkan yang lainnya tengah duduk di kursi tunggu yang tersedia tidak jauh dari loket pembelian tiket. Setelah mendapatkan tiket terusan tersebut, Zaka menggiring anak-anak masuk ke dalam area Dufan. Yusuf, Fia, dan Kinan begitu antusias. Mereka berlarian ke sana-kemari, sambil memilih permainan apa yang akan mereka coba terlebih dahulu. Mulai dari wahana 'Gajah Bledug, Kereta Misteri, Alap-alap, New Ontang-anting, Kolibri, Istana Boneka, Kora-kora, Arung Jeram, dan yang terakhir Niagara-gara.Anak-anak begitu senang saat

  • Aku dan Teman Suamiku   49. Akankah Tara Membuka Hatinya

    Fia sudah lebih dahulu sampai di rumah. Anak gadis Tara itu sudah tumbuh menjadi gadis cantik dan lincah. Fia sudah duduk di bangku kelas satu SMA. Sedangkan Yusuf duduk di kelas satu SMP, dan Kinan atau Kinasih duduk di kelas enam SD."Yusuf ke mana, Ma?" tanya Fia saat tak melihat Yusuf di kamarnya."Lagi sholat sama Papa Zaka di masjid," sahut Kinan yang baru saja selesai sholat magrib di kamarnya.Mulut Fia membulat, membentuk huruf O, diikuti anggukan."Eh, itu dia pulang." Tunjuk Kinan saat pintu terbuka."Assalamualaykum," ucap Zaka dqn Yusuf bersamaan."Wa'alaykumussalam," jawab Kinan dan Fia juga. Sedangkan Tara yang sedang menata meja makan, menyahut dengan sangat pelan."Fia sudah pulang?" tanya Zaka pada Fia."Sudah, Pa. Baru aja. Papa bawa apa?" tanya Fia menatap antusias dua bungkusan yamg ada di tangan Papa Zaka."Sate dan es buah," jawab Zaka sambil mengangkat dua bungkusan itu bergantian."Y

  • Aku dan Teman Suamiku   48. Zaka belum menyerah

    Sore hari, awan tampak beriak menghias langit nan biru. Satu dua kicau burung masih terdengar sahdu mengisi ruang sore sehingga tak terlalu sepi. Yah, Tara kesepian, benar-benar kesepian semenjak suaminya Erik meninggal dunia tiga tahun lalu. Tak ada lagi tawa dan haru yang mengisi hatinya. Walaupun ada anak-anak yang selalu membuat suasana rumah selalu ramai, tapi tidak dengan hatinya yang selalu merasa sepi."Assalamua'laykum," seru seorang lelaki dewasa tepat di depan wajahnya. Tara terlonjak kaget, bahkan kursi yang ia duduki berdecit karena beban tubuh Tara yang bergeser di sana."Wa'alaykumussalam," jawabnya tak acuh sambil membuang pandangan. Benar-benar mantan paling menyebalkan."Sore-sore ga boleh bengong, Ra. Ntar cepat tua," ledek Zaka pada Tara yang selalu berwajah masam di depannya."Duduk, Mas. Ada perlu apa?"Zaka mendudukan bokongnya di kursi kayu, persis di seberang Tara. "Mm... anak-anak ke mana?" tanya Zaka sambil tersenyu

  • Aku dan Teman Suamiku   47. Zaka Kembali

    Sudah dua tahun sejak kepergian Erik, Tara masih saja diliputi kesedihan mendalam. Ia yang biasanya ceria, berubah menjadi lebih banyak diam. Namun ia berusaha tegar di depan ketiga anaknya. Setiap pekan, Tara pasti berziarah ke makam Erik bersama ketiga anaknya.Semua keluarga Erik bahkan sangat terpukul, terutama Pak Aditya dan Bu Erika. Mereka tidak menyangka kalau ternyata Erik memiliki penyakit jantung. Yah sejak kepergian Erik, Tara dan anak-anaknya kembali ke rumah Pak Aditya. Mereka tidak mau Tara dan anak-anak merasa kesepian. Jika di rumah Pak Aditya, ada Arle dan istrinya Laras, serta anak kembar mereka."Hari ini kamu masak apa, Ras?" tanya Tara ketika menghampiri Laras yang tengah asik di depan kompor."Eh, Mbak. Ini saya masak sayur opor tahu dan telur, pesanan Mas Arle," sahut Laras sambil tersenyum."Oh, si kembar ke mana?" tanyanya lagi."Itu ada sama Yusuf di depan, lagi diajarin main sepeda.""Yusuf pinter bang

  • Aku dan Teman Suamiku   46. Sepuluh Tahun Berlalu

    Sepuluh tahun kemudianDi sebuah panti asuhan, tampak sepuluh anak berusia lima sampai sepuluh tahun, berlarian di dalam pekarangan. Mereka tertawa bersama, saat memainkan permainan petak umpet. Seorang wanita dewasa,berkerudung dengan senyum penuh cinta, memperhatikan anak-anak tersebut. Wanita itu duduk sambil menggendong bayi merah yang baru saja diletakkan seseorang di pelataran panti asuhan miliknya, dini hari. Ponselnya berdering dua kali, ia menoleh ke meja di sampingnya, tempat ponsel itu tergeletak.[Hallo Assalamualaikum.][Wa'alaykumusslam.]Suara jawaban di sana membuat wanita dewasa itu sedikit tercekat. Suara yang sepertinya tidak asing baginya.[Betul ini panti asuhan Cinta Ibu?][Iya betul sekali, Pak. Ada yang bisa saya bantu.][Ini saya dan istri saya mau mengadopsi bayi baru lahir kalau ada laki-laki.][Oh, begitu. Baiknya bapak datang langsung ke tempat saya, Pak.][Baik, Bu. Rencananya saya besok pag

DMCA.com Protection Status