Semua Bab Istri Lima Belas Ribu: Bab 251 - Bab 260

608 Bab

Bagian 254

"Anak Ibu dengan Om Agam. Dia sudah Ibu berikan pada ayahnya sejak lahir. Demi cinta Ibu sama kamu, Ibu tidak menyentuh anak itu sama sekali. Kini, Ibu sendiri dan siap untuk kembali merawat kamu, Nad ...," ujar Anti dengan lembut."Apa? Ibu tidak merawat anak Ibu?" tanya Nadia penasaran. Dirinya memang selama ini tidak pernah menanyakan tentang anak yang dilahirkan ibunya. Merasa tidak ingin tahu."I-iya, Nad. Demi kamu, demi ayah kamu.""Ibu benar-benar kejam ya. Ibu membuang anak yang Ibu kandung yang baru lahir? Bu, aku aja yang anak kecil tahu, kalau seorang bayi harus diurus oleh ibunya. Di mana sih perasaan dan hati nurani Ibu?" Nadia benar-benar menunjukkan sikap kecewanya."Nad, Ibu, Ibu hanya ingin hidup bahagia bersama kamu. Dan kita kembali seperti dulu lagi ....""Tidak semudah itu, Ibu. Ibu tolong, lepaskan Ayah. Jangan ganggu Ayah lagi. Ayah berhak bahagia dengan wanita pilihannya.""Apa maksud kamu, Nad? Ayah kamu sudah punya
Baca selengkapnya

Bagian 255

Anti menggigil sampai di rumah. Kondisi kesehatan pasca operasi belum juga pulih. Ditambah dengan berbagai macam beban pikiran, dan hari ini, dirinya harus kehujanan dalam waktu yang cukup lama. Di bawah selimut tebal, Anti terisak. Menangisi hidup yang semakin buruk. Takdir baik seakan tidak mau berpihak pada dirinya. Anti bukan tidak merasa malu dengan perlakuan mantan ibu mertuanya. Hanya saja, dia harus benar-benar berjuang agar bisa mendapatkan hati Tohir kembali. Kristal bening mengalir bagai tetesan air hujan. Membuat mata wanita yang menjadi janda selama dua kali itu terlihat bengkak. Saat ini, dirinya masih dalam cuti melahirkan. Jadi, bebas bermalas-malasan. Tidak dengan esok, bila sudah tiba waktunya bekerja. Sepanjang malam, dalam keadaan menggigil, Anti masih memikirkan cara melunasi hutang ibunya. Gajinya masih utuh namun, tidak mungkin untuk menyicil setoran bank. Karena gaya hidupnya membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Baca selengkapnya

Bagian 256

Persiapan pernikahan Tohir dan Erina sudah hampir semuanya selesai. Tinggal dua minggu lagi, gadis itu akan resmi dipersunting oleh duda kaya. Teman-temannya ikut serta dalam mempersiapkan segalanya. Rida menjadi orang yang paling heboh."Nanti kita berempat pakai baju yang bagus lho, ya? Kembaran. Jangan lupa! Kita pamer di stori biar Anti tambah kebakaran,""Rin, kamu dah pilih rias pengantin paling top, kan? Coba siapa yang rias, aku pengin tahu?" tanya Risa penasaran. Mereka heboh di rumah Erina."Bu Emi ...," jawab Erina malu-malu."Wow, gila! Ternyata, Erina selera tinggi juga. Dulu aja, pas nikahan Anti, dia gak kuat lho, panggil itu dukun pengantin. Gak kebayang, nanti kalau si Anti tahu bakalan gimana shock-nya," ucap Yuni terpana, mendengar perias yang dipilih Erina adalah yang terbaik dan termahal di kota ini.Di tempat lain, Tohir yang sedang menulis daftar undangan, mendapat telepon dari Anti. Mantan istrinya itu menangis sejadi-jadiny
Baca selengkapnya

Bagian 257

"Kamu pikir, aku tidak bisa berbuat semacam ini? Kamu pikir, bisa membuatku takluk dengan cara murahan?" gertak Tohir. Dan langsung menyentakkan lengan Anti sehingga wanita itu jatuh di lantai. Dengan cepat, Tohir beranjak ke kursi yang diduduki Anti. Instingnya mengatakan, kunci ada di sana. Dan, benar saja. Setelah mendapatkan benda itu, dirinya segera melangkah cepat menuju pintu. Anti mengejar sambil memohon."Mas, dengarkan aku, Mas!" rengek Anti.Tohir segera membuka pintu. Anti memegang lengan Tohir dan saat pintu berhasil terbuka, Pak Lurah juga Pak RT sudah berada di halaman. Sontak, Anti membelalak. Menahan malu. Berkali-kali menelan salivanya. Tidak tahu lagi harus bagaimana."Tolong, Pak, urus warga Bapak. Jangan selalu membuat ulah yang mempermalukan lingkungan terus menerus," ujar Tohir saat sudah berhasil lolos dari cekalan Anti. Ketua RT juga Kepala Desa terlihat bingung hendak mengambil tindakan apa. Mereka menundukkan kepala, melihat Anti yang
Baca selengkapnya

Bagian 258

Riasan yang natural tapi elegan, gamis yang indah berwarna merah maroon yang dipadukan pasmina warna hitam membuat penampilan Anti semakin terlihat berkelas. Duduk menyilangkan kaki di jok depan. Berkali-kali, dirinya menatap wajah yang terlihat sempurna menurut kaca matanya. "Kita sebenernya mau diajak kemana sih, Mas?" tanya bapak Anti penasaran pada pemuda yang ada di balik kemudi. "Saya tidak tahu, Pak. Saya hanya disuruh membawa keluarga Mbak Anti ke sebuah alamat yang diberikan Mas Tohir," jawab sang Sopir kalem. "Sudah sih, Pak. Kita gak usah banyak tanya. Mas Tohir udah bilang mau kasih kejutan. Kalau dibilangin apa itu, namanya bukan kejutan lagi," sahut Anti kesal. Perlahan, mobil yang mereka kendarai sudah sampai di depan gedung pertemuan yang disewa untuk acara pernikahan Tohir dan Erina. Terlihat suasana yang ramai. Tamu undangan saling berdatangan. Tepat jam sebelas, keluarga Anti sampai di tempat parkir. Erina nampak cantik, ber
Baca selengkapnya

259

Anti diseret paksa oleh dua aparat menuju pintu gedung. Ibu yang sedari tadi memilih duduk di kursi belakang dengan bapaknya langsung mengikuti putrinya begitu dia sampai di pintu keluar. Kali ini, tidak ada perlawanan atau makian dari mereka berdua. Merasa malu dengan apa yang terjadi.Semua tatapan mata pengunjung mengarah pada satu titik. MC langsung mengambil alih acara dengan mencoba mencairakan suasana. Namun tetap saja, acara tersebut sudah terlihat cacat dan mengurangi kesakralan ceremoni resepsi yang megah.Di dekat pintu keluar, Rida dan kawan-kawannya menatap sedih pada sahabat yang hari ini telah berhasil dijatuhkan perasaannya. Sekalipun rasa benci mereka sangat besar tapi, melihat apa yang terjadi hari ini tetap saja, iba hadir dalam sanubari. Apa yang mereka rencanakan ternyata gagal. Sedianya akan membuat Anti menjadi wanita paling malu dan paling sakit di hari itu nyatanya, keempat perempuan itu-pun ikut merasakan sakit. Menyaksikan sahabat yang dulu s
Baca selengkapnya

Bagian 260

Orang tua Anti terlihat memerah mukanya. Sedangkan Anti sendiri masih menunjukkan wajah penuh amarah."Anti! Perbaiki hidup kamu bila ingin mendapatkan kasih sayang dari teman-teman kamu. Atau selamanya, kamu akan hidup dalam terus menerus dalam kesendirian. Cari Agam, minta maaflah pada dia." Rida berkata dengan penuh penekanan."Jangan ikut campur urusan anak saya!" seru ibu Anti tidak rela."Kalau tidak ingin kami ikut campur maka, bilang sama anak Ibu, jangan hubungi kami dan jangan salahkan kami atas apapun yang menimpanya. Oh, pantas saja, Anti terus menerus berperilaku yang memalukan. Karena ternyata, dia mendapat dukungan dari orang terdekatnya. Kami permisi!" Rida mengajak teman-temannya pergi.Entah kebetulan macam apa, Anti berdiri dekat dengan mobil Fira. Wanita yang datang bersama suaminya terlihat berjalan mendekati kendaraan mereka. Tanpa kata, mereka lewat. Melemparkan senyum sinis penuh ejekan. Anti semakin merasa terhina.Sopir ya
Baca selengkapnya

Bagian 261

Anti hanya mengurung diri dalam kamar. Bapak juga ibunya merasa sangat bingung dengan kondisi anak perempuan satu-satunya itu."Anti," panggil sang Ibu sembari mengetuk pintu.Tidak ada jawaban dari dalam sana. Bapaknya duduk di sofa depan kamar dengan raut muka bingung.Apa yang Anti alami, mirip dengan Nadia saat ini. Keduanya sama-sama terluka dan mengurung diri dalam kamar. Seperti itulah ikatan seorang ibu dan anak. Terkadang, ada hal-hal yang mereka rasakan sama di saat bersamaan.Anti melihat beberapa stori juga grup yang ia ikuti. Banyak teman-teman yang mengunggah foto Erina dengan berbagai caption. Rata-rata, mendoakan agar langgeng dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Namun, tidak begitu dengan Fira. Caption yang ia tuli, seakan sebuah sindiran yang ditujukan pada Anti."Alhamdulillah, teman suamiku menikah dengan wanita yang mudah-mudahan sholehah. Teruntuk yang sakit hati dengan halusinasinya, semoga lekas dikembalikan p
Baca selengkapnya

Bagian 262

"Lha ya terserah Agam sih, Yan. Kan itu yang beli dia. Mungkin butuh apa di sana. Jangan seperti itu! Kamu kalau marah-marah, justru kelihatan egoisnya. Kamu pikir, Agam tidak perlu banyak hal di sana? Mungkin saja, mau buat beli apa gitu. Tidak selamanya dia akan tinggal di kantor terus. Dia harus melanjutkan hidup sendiri dengan anaknya yang masih bayi. Kamu sih enak, apa-apa masih ada orang tua.""Agam sempat bilang mau beli rumah," jawab Bu Nusri menimpali. Sedang Pak Hanif hanya duduk terpekur seolah sedang memikirkan sesuatu hal."Lha, bener, kan? Masa kamu mau menyalahkan Agam?""Ya kan sayang, Lik. Udah dikelola sekian lama tiba-tiba terjual. Jadi milik orang lain," sahut Iyan ketus."Ya, kalau kamu merasa sayang, belilah pakai uang kamu. Kalau kamu ada. Biar tidak jatuh ke tangan orang lain. Kan adil. Kamu masih bisa mengelola itu tanah, sedangkan Agam, mendapatkan hak dan keinginannya." Lik Udin berusaha memberi solusi dan pengertian."Ma
Baca selengkapnya

Bagian 263

Agam segera meluncur ke kota. Tempat rumah Kang Juri berada. Matahari telah condong sedikit ke arah barat saat dirinya sampai.Hunian sederhana dengan banyak bunga tertata rapi di halaman. Motor bebek terparkir di bawah pohon jambu. Menandakan si pemilik masih ada di dalam rumah.Agam melangkah pasti, melepas sandalnya pada batas teras, menapaki lantai keramik berwarna merah dan segera mengucap salam di ambang pintu yang terbuka."Oalah, kok Agam? Masuk sini, bapaknya baru saja selesai makan. Tadi habis muter-muter." Istri Kang Juri mempersilakan masuk.Agam menurut saja.Tidak berapa lama, wanita itu keluar lagi membawa secangkir teh dan juga sepiring pisang goreng. Setelah berbasa-basi sebentar menemani tamunya sebelum suaminya selesai makan, wanita itu masuk kembali."Gam!" sapa Kang Juri yang baru saja keluar dari ruang dalam."Orangnya sudah dihubungi, Kang?""Sudah, tadi kamu telpon, aku langsung ngabari orangnya buat ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2425262728
...
61
DMCA.com Protection Status