All Chapters of Istri Lima Belas Ribu: Chapter 241 - Chapter 250

608 Chapters

Bagian 244

"Laila menemani aku saja di sini. Menjaga Bilal, ya, La? Takutnya aku harus pulang pas anak-anak pulang sekolah nanti," usul Tuti yang disambut senyum sumringah dari Laila."Iya, Mbak! Gak apa-apa. Lagian, aku gak ada kerjaan di rumah." Agam hanya menanggapi dengan senyuman yang wajar. Bukan karena sudah hilang getar-getar halus dalam dada untuk janda muda itu, tapi saat ini benar-benar hanya ingin memperbaiki hidup, membahagiakan Dinta dan kedua adiknya dengan cara sederhananya.Siang itu juga, dirinya meluncur menaiki mobil pick up yang disewa untuk membawa berbagai perlengkapan di pasar nanti. Uang untung penjualan tanaman cabe, sisa membayar kontrakan masih cukup untuk membeli barang yang ia butuhkan."Gak beli kursinya sekalian, Mas?" tanya sopir yang diajak tadi memberi saran saat Agam memilih lemari."Enggak dulu, Mas! Itu bukan rumah hak milik. Jadi, sabar aja," jawab Agam sambil terus memperhatikan deretan furniture di hadapannya."Saya ya
Read more

Bagian 245

Agam merasa kebingungan karena, Tuti tidak bisa menjaga Bilal dikarenakan anak bungsunya jatuh dari motor dan harus dirawat di Puskesmas rawat inap. "Maaf ya, Mas? Aku sedih ninggalin Bilal tapi, gimana lagi, Dwi gak ada yang jagain." Begitu kata Tuti dalam sambungan teleponnya. "Mbak Tuti ada saran siapa gitu yang bisa aku mintai bantuan?" Agam bertanya penuh harap. Tuti diam tidak menjawab, berpikir siapa yang kira-kira bisa ia minta bantuan menjaga anak Agam. "Palingan Laila, Mas. Kalau dia bagaimana? Mas Agam setuju-kah?" Mendengar satu nama disebut, Agam jadi bimbang. Sejujurnya, dirinya ingin menghindar dari janda tanpa anak itu. Hatinya sedang ingin menikmati semua sendiri. "Kalau orang lain, ada gak Mbak?" Hati Agam begitu cemas. Saat ini, sudah tidak tinggal di kantor jadi, tidak bisa mengajak Bilal ke ruang kerja. "Emang kenapa, Mas?" tanya Tuti penuh selidik. "Mbak, aku kan pria sendiri. Laila juga janda. Aku tidak mau ada g
Read more

Bagian 246

Agam mencoba melupakan kekecewaan yang ditunjukkan Laila. Sebisa mungkin, ingin agar semua berjalan baik-baik saja. Tapi tidak dengan Tuti. Sepulangnya dari puskesmas, istri Yanto itu menemui Agam dan menanyakan tentang apa yang dialami Laila."Mbak Tuti, aku pernah terlibat kasus yang benar-benar mencoreng nama baikku. Juga membuatku harus dipindah tugaskan. Aku orang perantauan di sini, Mbak. Tidak ingin mendapatkan masalah. Aku benar-benar menghindari hal itu." Agam menjelaskan semua keluh kesah dalam hati secara jujur. Tuti terlihat mulai memahami hal itu."Maaf, Mas Agam, soalnya Laila tersinggung. Aku pikir, Mas Agam benci dia," ujar Tuti penuh sesal."Tidak ada alasan untuk aku membenci Laila. Aku sangat berterimakasih dengan apa yang ia lakukan. Hanya saja, aku memang menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah. Karena kemarin, Laila hanya bersama Bilal saja di rumah ini. Dan saat aku pulang, kami berdua sebagai manusia dewasa dalam satu rumah. Aku
Read more

Bagian 247

"Begini, Pak! Langsung saja, kedatangan aku kemari bukan untuk meminta makan, apalagi belas kasihan. Aku hanya mau bilang, tanah yang aku beli dengan Nia mau aku jual. Jadi, Bapak boleh ambil apapun yang Bapak tanam di sana yang sekiranya sudah bisa diambil. Hanis ini, aku mau ke Kang Juri yang biasa jadi makelar tanah." Agam menjelaskan tanpa meminta persetujuan."Ya tidak bisa seperti itu, Gam. Jangan seenaknya saja kamu. Kamu harus meminta persetujuan dari kami. Gak bisa kamu seperti itu. Itu namanya kamu semena-mena!" Pak Hanif terlihat tidak terima dengan apa yang ia dengar."Semena-mena dari mananya, Pak? Itu milik aku sendiri. Bukan menjual tanah warisan," celetuk Agam kesal."Jangan harap kamu bisa jual tanah itu. Tanah yang sudah dikelola Bapak selama bertahun-tahun. Sebagai sumber penghasilan dan buat beli rokok juga!" Iyan tiba-tiba muncul dan ikut menyambung. Bak ada kabel yang menghubungkan."Kata siapa aku tidak bisa menjual? Itu sertifikat
Read more

Bagian 248

"Kamu sengsara dibuat sendiri. Kamu ini perempuan yang tidak pernah bersyukur dengan pasangan yang kamu dapatkan. Selalu mencari kekurangan dari suami kamu. Lalu membuangnya bagai sampah, dan mencari tempat labuhan baru, begitu? Mau sampai kapan? Seandainya kamu menerima takdir yang telah menimpamu, membina rumah tangga dengan Agam, kamu tidak akan seperti ini. Lagipula, bukankah, dia pria yang sangat kamu inginkan?" Tohir terus berbicara sambil menyetir. "Aku menyesal Mas, sudah menikah dengan Mas Agam." Anti membela diri. "Kamu boleh membenci Agam, tapi tidak dengan bayi yang tidak berdosa itu. Kamu ini perempuan paling buruk yang kukenal dalam hidupku. Aku menyesal telah menikah denganmu dulu." Berbagai macam kata menyakitkan diucapkan Tohir demi menempatkan Anti menjadi wanita paling rendah. Sementara yang dimaki diam tidak menjawab. "Mas, nanti temui Bapak, ya?" pinta Anti lembut setelah beberapa saat saling diam. Tohir hanya melirik sekilas tanpa menjaw
Read more

Bagian 249

'Wanita seperti Anti harus dikasih pelajaran. Bukan, bukan aku yang jahat. Akan tetapi, dia dan keluarganya yang terlalu memaksa orang lain untuk berbuat seperti yang mereka inginkan. Aku tidak akan melakukan ini bila, hidupku bebas dari gangguan,' gumam Tohir dalam hati.Hubungan Nadia dengan Erina sudah semakin erat. Mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk saling akrab. Beberapa kali, Erina datang berkunjung. Bukan untuk menemui caoln suaminya. Melainkan, menghabiskan waktunya dengan banyak hal bersama Nadia. Sesuatu yang Tohir suka dari gadis pilihannya itu adalah, sikap keibuan. Seringkali dirinya mendengar percakapan mereka. Erina banyak memberikan nasehat-nasehat pada Nadia yang mulai puber. Hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan."Jangan dulu dekat dengan cowok ya, Nad? Jangan sampai kamu terjerumus cinta monyet yang akan menghancurkan nama baik kamu. Perempuan itu harus pandai menjaga kehormatan. Ibarat bunga mawar, lindungilah dirimu dengan duri-duri yang
Read more

Bagian 250

"Lhoh, An, katanya tadi kamu bilang mau diantar Tohir pakai mobil?" sebuah suara mengagetkan wanita yang hari ini berdandan ala sosialita itu saat sampai di parkiran rumah sakit. Teman arisannya berdiri tidak jauh dari dirinya."Eh, iya. Mas Tohir mobilnya bannya pecah. Dia kirim ojek agar aku tidak terlambat," jawab Anti sambil membetulkan hijab yang agak berantakan. Harga dirinya seketika hancur. Terlihat naik ojek dan kepergok kawan sosialitanya itu."Oooh ... aku duluan, ya?""Iya. Sial. Gara-gara kamu ini. Aku jadi turun level." Anti melampiaskan kemarahan pada tukang ojek. Kemudian berlalu masuk ke dalam poliklinik dengan labgkah tertatih.'Aku harus mendapatkan Mas Tohir lagi  Kalau tidak, bisa hancur reputasiku," tekadnya dalam hati. Dirinya nemang sudah terlanjur mengatakan akan balik menikah dengan Tohir di hadapan teman-temannya. Tak disangka, di depan poli kandungan, Anti bertemu lagi dengan temannya tadi."Kamu mau apa Fir?
Read more

Bagian 251

Sepanjang jalan akhirnya Anti memilih diam. Saat sampai di halaman rumahnya, barulah ibu dari Nadia itu bernapas lega. Segera turun dari motor dan berjalan pelan tanpa mengucapkan terimakasih pada sosok yang telah mengantarnya pulang. Di dalam kamar, Anti melihat-lihat story dari kontak yang ia simpan. “Setiap orang akan kemakan omongan dan perbuatannya sendiri. Tinggal menunggu waktu saja, dia akan terjatuh oleh karena perbuatannya” Kata-kata yang ditulis Fira seolah menyindirnya. Untung saja, tidak ada obrolan di grup tentang dirinya yang tidak jadi diantar Tohir. Ibunya yang setelah operasi tinggal bersamanya, terlihat bingung karena mantan menantu yang ia harapkan ternyata sudah menunjukkan sinyal penolakan. "Padahal, Ibu sudah bilang sama orang-orang lho, An, kalau kamu mau balikan lagi sama Tohir. Kalau itu tidak terjadi, kita pasti malu," ucap ibu Anti memberikan tanggapan tentang yang terjadi hari ini. Mereka tengah duduk di meja makan
Read more

Bagian 252

Lewat empat puluh hari sudah sejak Anti melahirkan. Menurut adat Jawa maka, masa pingit pada wanita yang baru saja melahirkan, selesai sudah. Dirinya boleh pergi keluar dengan sesuka hati. Pun dengan bayinya. Namun, karena bayi Anti tidak ada maka, tidak ada acara cukur rambut layaknya orang lain.Anti sudah tidak pernah bermimpi buruk tentang bayinya lagi. Sejak dirinya dimintakan air pada ustadz setempat. Hubungan dengan orangtuanya menjadi renggang akibat sertifikat rumah yang digadaikan ke bank. Meskipun tinggal satu atap, Anti lebih sering menghindar.Kini, dirinya tinggal menyusun masa depan yang sudah terlanjur kacau."Uang yang sisa hutang bank masih berapa, Bu?" tanya Anti suatu pagi saat sedang sarapan."Tinggal sepuluh juta, An," jawab ibunya lirih."Itu artinya, hanya cukup untuk lima bulan saja?""I-iya, An ....""Terus, setelah ini, Ibu mau setor pakai apa?" Anti kembali bertanya dengan nada kesal."Ibu pasrah sam
Read more

Bagian 253

Berkali-kali dirinya menghubungi yang lain, tak satupun ada yang minat untuk bertemu. Bahkan beberapa ada yang sengaja tidak mau angkat telepon. Seolah, mereka sudah kompak untuk tidak berhubungan dengan wanita yang tega membuang bayinya itu.Dipegangnya gawai dan menimbang-nimbang untuk menghubungi Nadia. Namun, ketika hal itu dilakukan, nomer Nadia justru sudah memblokirnya."Arrrrrgh ...," teriak Anti sambil membanting alat komunikasinya di atas kursi. Dirinya terisak sendiri tanpa ada yang peduli.Sementara di tempat lain, Erina tengah menghabiskan waktu weekend bersama Tohir, juga Nadia. Mereka bertiga menyewa sebuah villa di kebun teh yang berisi dua kamar. Satu untuk Erina dan Nadia, satu lagi untuk Tohir.Wajah sumringah terpancar dari anak semata wayang Tohir. Gadis remaja itu sudah tidak canggung bermanja-manja dengan calon ibunya.Erina juga sudah mulai merubah penampilan. Dengan uang yang diberikan calon suaminya, dirinya melakukan perm
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
61
DMCA.com Protection Status