Home / CEO / Istri Kedua CEO / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Istri Kedua CEO: Chapter 171 - Chapter 180

227 Chapters

171. Tolong, Selamatkan Aku ....

Angela menatap Allendra yang duduk di hadapannya dengan dahi berkerut dalam karena lelaki itu sejak tadi hanya mengaduk-aduk makanan yang ada di atas piringnya tanpa minat, seolah-olah kehilangan selera.Padahal beberapa menit yang lalu Allendra begitu semangat mengajaknya makan. Namun, lelaki itu malah asyik dengan pikirannya sendiri begitu tiba di restoran.Sebenarnya apa yang sedang Allendra pikirkan?"Apa kau ingin memesan makanan yang lain, Allend?"Allendra malah diam, tatapan kedua matanya terlihat kosong karena pikirannya sedang melayang ke mana-mana, mememikirkan Cara tepatnya.Entah kenapa wajah mantan istri kedua Alvaro itu sejak tadi terus menari-nari di dalam pikirannya. Membuat muak.Allendra masih ingat dengan jelas Cara yang merintih kesakitan karena dipukuli Angela. Padahal gadis itu sudah berulang kali meminta ampun agar Angela berhenti memukulinya.
Read more

172. Bertahanlah, Aku Pasti Menyelamatkanmu!

"BERENGSEK!" Angela berjalan dengan cepat menghampiri Allendra. Wajah wanita itu mengeras, rahangnya pun mengatup rapat setelah melihat apa yang Allendra lakukan pada Cara. Sedikit pun dia tidak pernah menyengka Allendra ingin 'menyentuh' Cara. Lelaki itu benar-benar membuatnya kecewa."Angela, a-aku ...."Angela menyeret Allendra agar menjauh dari Cara lalu mendaratkan sebuah tamparan di pipi lelaki itu. Rasa panas sontak menjalar di pipi Allendra yang terlihat sedikit memerah karena tamparan Angela sangat keras.Cara mengembuskan napas lega. Gadis itu merasa sangat bersyukur karena Tuhan mengirim Angela untuk menyelamatkannya dari cengkeraman Allendra. Dia pun cepat-cepat merapikan kembali pakaiannya yang berantakan akibat ulah saudara kembar Alvaro itu."Apa yang kau lakukan, Allend? Dasar bajingan!" Angela mendorong Allendra dengan keras hingga membentur dinding yang berada tepat di belakangnya. Dia be
Read more

173. Sang Penyelamat

Audy RS7 itu melaju sedikit kencang membelah jalanan yang basah karena diguyur air hujan. Kafka menyandarkan punggungnya di kursi sambil memperhatikan ribuan air hujan yang jatuh lewat kaca mobil yang ada di sampingnya. Dokter muda berusia 29 tahun itu merasa sangat lelah karena baru saja mengisi seminar di luar kota. Kafka menghela napas panjang lalu mengeratkan jaket yang dipakainya agar merasa lebih hangat karena malam ini udara terasa lebih dingin dari pada biasanya. Perlahan jemarinya bergerak, mengusap titik-titik embun yang menempel di kaca mobilnya. Kafka pernah mendengar jika hujan bisa menyeret seseorang ke dalam kenangan. Entah kenangan yang menyenangkan atau pun menyedihkan. Dan hujan yang turun malam ini berhasil membuatnya teringat dengan Cara. Tidak terasa sudah empat bulan lebih Kafka tidak pernah bertemu d
Read more

174. Selalu Ada Untukmu

Kafka akhirnya mengalah. Dia memilih menunggu di luar ruangan unit gawat darurat agar Daniel bisa memeriksa Cara dengan tenang. Raut cemas masih tergambar jelas di wajah tampannya. Dalam hati dia tidak pernah berhenti berharap semoga Cara tidak mengalami luka yang cukup serius."Anda mau minum, Dokter Kafka?" Seorang perawat mengulurkan sebotol air mineral pada putra kandung Danica tersebut.Kafka menggeleng pelan karena dia tidak sanggup memasukkan makanan apa pun ke dalam mulutnya sebelum mengetahui hasil pemeriksaan Cara. Padahal perawat tersebut mempunyai niat baik agar perasaannya menjadi lebih tenang.Sementara itu, Daniel terlihat begitu serius memeriksa Cara. Pergelangan tangan dan kaki gadis itu terlihat memerah. Dalam satu kali lihat Daniel bisa tahu kalau pergelangan tangan dan kaki Cara memerah akibat jeratan sebuah tali yang sangat kuat.Luka di tubuh Cara tidak hanya itu, kedua pipi gadis itu
Read more

175. Perfect Doctor

"Kau sudah mengurus semuanya?" tanya Kafka saat Daniel kembali ke ruang unit gawat darurat."Sudah."Kafka pun berdiri dari tempat duduknya. Dia merasa sangat beruntung memiliki sahabat yang sangat pengertian seperti Daniel. Andai saja Daniel tidak membantunya, kondisi badannya pasti akan langsung drop karena harus ke sana kemari mengurus semua keperluan Cara sendirian."Terima kasih banyak, Niel.""Kau sudah mengatakan terima kasih padaku lebih dari lima kali, Kaf. Jangan bilang terima kasih lagi. Aku bosan mendengarnya""Baiklah." Kafka tersenyum kecil lantas meninggalkan ruangan unit gawat darurat karena ingin menjaga Cara."Kau mau pergi ke mana?""Tentu saja menjaga Cara," jawab Kafka."Kau tidak ingin minum kopi sebentar denganku?" Pertanyaan Daniel langsung mendapat gelengan kepala dari Kafka."Tapi aku sudah memban
Read more

176. Baby Don't Cry

"Kalau kau ingin Cara cepat sadar, obati saja gadis itu sendiri." Daniel keluar dari kamar Cara begitu saja setelah mengatakan kalimat itu dari bibirnya. Jujur, Daniel merasa sangat kesal karena Kafka meragukan kemampuannya. Padahal dia sudah menjalankan prosedur yang tepat sebagai seorang dokter.Helaan napas panjang lolos dari bibir Kafka, penyesalan dan rasa bersalah tergambar jelas di wajah tampannya. Kafka merasa sangat menyesal dan bersalah sudah menyinggung perasaan Daniel."Aku ingin ke ruangan Daniel. Tolong jaga Caramell sebentar," pesan Kafka pada Tasya sebelum pergi ke ruangan Daniel yang berada di ujung lorong rumah sakit. Dia ingin meminta maaf pada sahabatnya itu.Kafka berhenti sebentar, lantas menarik napas dalam-dalam sebelum memutar kenop pintu yang ada di hadapan.D
Read more

177. Menemukanmu

"Caramell, hey!" Kafka tersentak melihat air mata yang membasahi pipi Cara. "Kenapa kamu menangis, Caramell? Apa ada yang sakit?" tanyanya terdengar panik pasalnya beberapa menit yang lalu Cara masih baik-baik saja.Cara mengusap air mata yang membasahi kedua pipinya lantas menggeleng pelan. Gadis itu tidak tahu kenapa sampai menangis setelah mendengar pertanyaan Kafka. Cara merasa bigung menjelaskan apa yang saat ini sedang dia rasakan.Sedih, marah, dan kecewa semua bercampur menjadi satu di dalam dirinya. Rasanya sangat tidak nyaman dan begitu menyesakkan."Entah kenapa saya merasa sedih sekali, Dokter." Cara menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Namun, kristal bening itu malah jatuh semakin deras membasahi pipinya.Cara berdecak kesa
Read more

178. Hukuman Untuk Alvaro

"Ca-Caramell ...." Alvaro tersentak karena Cara menolak pelukannya. Sepasang mata hezel miliknya menatap gadis berwajah pucat yang berada di hadapannya dengan sendu. Penyesalan dan rasa bersalah terpancar jelas dari kedua sorot matanya.Alvaro merasa sangat menyesal sudah menceraikan Cara dan mengusir gadis itu dari rumahnya.Alvaro mencoba untuk kembali mendekat, tapi Cara malah bersembunyi di balik punggung Kafka."Caramell kenapa?" tanya Felix menatap Cara yang berada di belakang Kafka dengan dahi berkerut dalam. "Kenapa dia menghindari Alvaro?"Kafka melirik Cara yang ada di belakangnya sekilas. Tubuh gadis itu gemetar hebat, kedua tangannya tanpa sadar mencengkeram kemeja miliknya dengan erat hingga meninggalkan kerutan di sana. Cara terlihat ketakutan.
Read more

179. Memperhatikanmu Dari Jauh

Cara sejak tadi terus berbalik mencari posisi tidur yang nyaman, padahal sekarang sudah hampir jam dua belas malam. Entah kenapa Cara sulit sekali untuk tidur malam ini. Mungkin dia merasa terlalu senang karena Daniel sudah memperbolehkannya pulang besok. Atau mungkin karena dia masih terbayang-bayang dengan Alvaro.Lelaki pemilik mata berwarna hezel tadi mengatakan kalau mereka pernah menikah. Bahkan sudah memiliki anak. Namun, tidak ada satu pun memori tentang lelaki itu yang tersimpan di dalam otaknya. Cara benar-benar sudah lupa dengan Alvaro."Kamu belum tidur, Caramell?"Cara sontak menoleh, menatap Kafka yang baru masuk ke dalam kamarnya setelah membantu Daniel menangani pasien di ruangan unit gawat darurat."Belum, Dokter.""Apa kamu b
Read more

180. Ikatan Cinta

Cara memasukkan potongan-potongan ranting dan bunga yang sudah layu ke dalam kantong sampah lantas membuangnya ke belakang toko. Hari ini toko lumayan ramai karena ada seseorang yang membeli bunga dalam jumlah besar untuk diberikan pada kekasihnya. Selain itu, ada seorang lelaki baik hati yang memberinya bunga Baby's Breath lewat Rafaello."Bagaimana penjualan hari ini?"Cara sontak menoleh, menatap lelaki berkemeja putih yang berdiri tepat di sebelahnya sambil tersenyum."Dokter sudah pulang?"Kafka ikut tersenyum lantas membantu Cara menutup toko milik sang ibu. Danica memang mempercayakan toko bunganya untuk dikelola Cara sejak gadis itu tinggal di rumahnya. "Baru saja. Apa hari ini toko ramai pembeli?""Em, lumayan," jawab Cara."Jangan terlalu lelah bekerja karena kondisimu belum pulih sepenuhnya, Caramell.""Iya, Dokter." Caramell kembali tersenyum k
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status