Home / CEO / Istri Kedua CEO / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Istri Kedua CEO: Chapter 181 - Chapter 190

227 Chapters

181. We Meet Again, Caramell

Alvaro mengemudikan Mercedes Benz G65 miliknya dengan perasaan tidak karuan. Sedikit pun dia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Cara saat menjemput Mello yang baru saja selesai imunisasi di rumah sakit.Mantan istri keduanya itu begitu terkejut saat melihatnya. Begitu pula dengan dirinya. Padahal selama dua bulan ini dia tidak pernah menampakkan diri di depan Cara karena tidak ingin membuat gadis itu ketakutan.Namun, Tuhan kali ini malah mempertemukannya dengan Cara lewat cara yang tidak terduga dan entah kenapa momen tersebut terasa begitu manis karena Mello akhirnya bisa merasakan kembali dekapan hangat ibu kandungnya walaupun cuma sebentar.Apakah ini sebuah pertanda kalau dia dan Cara masih memiliki kesempatan untuk kembali hidup bersama?"Al ...."Alvaro tergagap lantas melirik Mama yang duduk tepat di sebelahnya sambil memangku Mello yang sudah tertidur le
Read more

182. Sweet Moment

"Aku pulang!"Mama sontak menutup majalah fashion yang dilihatnya sejak tadi saat mendengar suara Alvaro. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu bergegas ke depan untuk menyambut putra kesayangannya itu."Bagaimana tadi, Al? Apa Caramell masih takut sama kamu?" tanya Mama penasaran karena dia yang memaksa Alvaro untuk membawa Mello saat menemui Cara.Alvaro tidak kunjung menjawab pertanyaan Mama. Dia malah mengulum senyum karena teringat dengan apa yang dia lakukan bersama Cara dan Mello di toko bunga seharian tadi."Kenapa kamu senyum-senyum tidak jelas begitu, Al? Ayo, jawab pertanyaan Mama!" desah Mama terdengar tidak sabar."Ide Mama berhasil."Mama tercengang mendengar ucapan Alvaro barusan. "Ja-jadi, Caramell—""Caramell tidak takut lagi sama Alvaro, Ma. Dia bahkan menyuruh Alvaro untuk datang kembali besok."Perasaan
Read more

183. Meminta Restu

Langit terlihat begitu cerah sore ini. Kafka pun memutuskan untuk pulang lebih awal dari pada biasanya, lagi pula jadwal kontrol pasiennya juga sudah selesai. Sebelum pulang, dia mampir sebentar ke toko kue. Dia ingin membeli macharon karena kue berbentuk bulat warna-warni dengan krim red velvet di bagian tengahnya itu adalah kue favorit Cara.Kafka tanpa sadar tersenyum ketika membayangkan betapa senangnya Cara ketika melihatnya pulang sambil membawa kue kesukannya. Namun, senyum di bibirnya seketika lenyap ketika melihat Cara dan Alvaro sedang tertawa bahagia bersama Mello. Mereka benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang harmonis.Kafka melenguh pelan karena ada sesak yang menyelip di dalam dadanya. Rasanya dia ingin sekali bertukar posisi dengan Alvaro. Dia ingin menjadi lelaki yang menjadi alasan Cara tertawa lepas seperti sekarang.Namun, apa yang bisa dia lalukan? Dia hanya bisa melihat dan mengagumi Cara dar
Read more

184. Broken Heart

Awalnya Alvaro begitu semangat dan antusias karena ingin bertemu dengan Cara. Namun, perasaannya mendadak tidak tenang karena Kafka baru saja datang menemuinya dan meminta izin ingin menikahi gadis pujaannya.Apa Kafka sudah kehilangan akal?Sedikit pun Alvaro tidak pernah menyangka Kafka berani mengutarakan keinginannya untuk mempersunting Cara. Dokter muda itu terlihat sangat percaya diri ketika meminta restu pada dirinya. Melihat betapa gigih Kafka memperjuangkan Cara membuat Alvaro takut tidak bisa bersatu lagi dengan gadis itu."Mello ...."Bayi perempuan yang duduk di samping kiri Alvaro itu sontak menoleh karena mendengar namanya dipanggil sambil sibuk menggigit mainannya hingga membuat air liurnya menetes."Ayah tidak perlu merasa cemas karena bunda cuma cinta sama ayah, kan? Iya, kan?" tanya Alvaro terdengar kalut. Sepertinya dia sudah kehilangan akal karena bertanya pada bayi yan
Read more

185. Bimbang

Mama meletakkan secangkir teh hangat yang diminumnya ketika melihat Alvaro datang lantas melirik jam yang menempel di dinding ruang tengah. Mama tampak heran melihat Alvaro pulang pasalnya putra kesayangannya itu tadi mengatakan ingin menghabiskan waktu seharian di taman bersama Cara dan Mello sebelum pergi."Kok, kamu sudah pulang, Al? Katanya tadi mau pergi agak lama?""Em, tadi ...." Alvaro menarik napas panjang untuk mengurangi sesak yang menghimpit di dalam dadanya. "Caramell tadi ada urusan mendadak, Ma. Makanya Alvaro pulang lebih cepat."Mama menatap Alvaro yang berdiri di hadapannya dengan lekat. Saudara kembar Allendra itu tidak berani menatap kedua matanya saat bicara dan berulang kali menarik napas panjang. Entah kenapa Mama merasa Alvaro sedang menyembunyikan sesuatu darinya."Kenapa kamu terlihat kalut, Al? Apa terjadi sesuatu?""Tidak ada, Ma. Alvaro baik-baik saja," jawab A
Read more

186. Ciuman Terakhir

Kafka berulang kali menarik napas panjang untuk mengurangi sesak di dalam dadanya. Akhir-akhir ini dia mudah sekali lelah, jantungnya pun berdebar sangat cepat. Dia bahkan sempat pingsan setelah membantu Daniel menangani pasien di ruang unit gawat darurat. Beruntung saat itu dia cepat sadar, jika tidak Danica pasti akan langsung menyuruhnya untuk berhenti bekerja.Kafka kembali menarik napas panjang karena sesak di dalam dadanya tidak kunjung berkurang. Kepalanya pun mulai terasa berat. Dengan tangan gemetar dan tubuh berkeringat dingin, dia membuka laci meja kerjanya lalu mengambil sebuah tabung kecil yang berisi obat dari sana.Tanapa menunggu waktu lama, Kafka segera menelan obat tersebut dengan bantuan air putih. Bagaimana pun juga dia harus menjaga kondisi tubuhnya dengan baik sampai pernikahannya dan Cara digelar.Kafka m
Read more

187. Apakah Ini Akhir?

Alvaro menatap nanar undangan pernikahan berwarna biru navy yang berada di tangannya. Di undangan tersebut tersebut tertulis jelas nama kedua calon mempelai, Caramell dan Kafka.Alvaro tersenyum kecut lalu mengusap air mata yang kembali jatuh membasahi pipinya. Sedikit pun dia tidak pernah menyangka akan mendapat udangan yang di dalamnya tertulis nama mantan istrinya dengan lelaki lain. Seharusnya namanya tertulis di undangan tersebut bersama Cara, bukan Kafka.Alvaro menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Sedikit pun dia tidak pernah membayangkan Cara akan menikah dengan Kafka. Sebentar lagi belahan jiwanya akan menjadi milik lelaki lain.Hidupnya benar-benar hancur sekarang. Rasanya dia ingin sekali mati karena tidak sanggup melihat gadis pujaannya bersanding dengan lelaki lain."Ah ...." Alvaro meremas undangan yang
Read more

(S2) Hidup Setelah Berpisah

Cara menjalani kehidupan yang begitu berat. Apa lagi orang yang dia cintai berada sangat jauh darinya.Kondisi Kafka drop setelah melewati proses pernikahan yang begitu melelahkan. Lelaki itu langsung dibawa ke Singapura untuk menjalani pengobatan agar bisa sembuh, tapi Tuhan malah berkehendak lain. Kafka meninggal dunia setelah enam bulan setelah berjuang keras melawan penyakitnya.Cara merasa sangat terpukul atas kepergian Kafka. Dia terus dihantui perasaan bersalah bersalah karena belum sempat membahagiakan Kafka di sisa akhir hidupnya.Apakah ini salah satu rencana Tuhan agar dia bisa bersatu lagi dengan Alvaro?Agar dia bisa membesarkan Mello bersama bersama Alvaro.Agar dia bisa menyaksikan tumbuh kembang buah hatinya itu sampai dewasa.
Read more

(S2) Ayo, Nikah Lagi!

"Anda serius tidak mau, Tuan Alvaro?"Tubuh Alvaro menegang. Tatapan kedua matanya terpaku pada seorang gadis yang memakai gaun sabrin berwarna peach tanpa lengan yang berdiri tidak jauh darinya.Waktu seolah-olah berhenti bergerak, dunia seolah-olah berhenti berputar, suara-suara di sekitarnya pun mendadak lenyap. Hening.Meskipun Paradisso Club minim dengan penerangan, Alvaro masih bisa melihat dengan jelas kalau gadis berambut cokelat itu adalah Cara. Mantan istri keduanya itu ternyata benar-benar ada di hadapannya sekarang. Rasanya seperti mimpi."Ca-Caramell?!" Suara Alvaro tercekat di tenggorokan. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat menatap Cara.Dua sejoli yang sudah lama terpisah jarak dan waktu itu akhirnya bertemu. Perasaan
Read more

(S2) Namanya Adisty

"Kenapa kamu repot-repot memasak, Caramell? Biar Bibi yang memasak." Bik Arum begitu terkejut mendapati Cara sudah ada di dapur pagi-pagi."Ndak apa-apa, Bik." Cara malah tersenyum lalu melanjutkan kembali masakannya. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa membuat makanan lagi untuk Alvaro dan Mello.Cara mematikan kompor karena nasi goreng buatannya sudah matang, setelah itu menatanya di atas meja makan. Aroma lezat yang menguar dari nasi goreng buatannya menyeruak memenuhi ruang makan. Benar-benar menggugah selera."Astaga, Caramell. Kamu yang buat semua makanan ini?" Mulut Mama menganga lebar melihat banyaknya makanan yang ada di atas meja makan. Ada nasi goreng, telur dadar, roti bakar, dan salad sayur."Iya, Tante," jawab Cara malu-malu."Sudah berapa kali mama bilang, jangan panggil mama tante. Mengerti!" perintah Mama tidak bisa dibantah. Wanita paruh baya i
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status