Home / CEO / Istri Kedua CEO / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Istri Kedua CEO: Chapter 191 - Chapter 200

227 Chapters

(S2) Bukan Cinta Pertama

Adisty menatap Alvaro tanpa berkedip. Gadis itu tidak pernah menyangka jika lelaki yang sedari tadi terus menganggu pikirannya kini berada tepat di hadapannya. Selain tampan, ayah kandung Mello tersebut ternyata memiliki hati yang sangat baik.Kening Alvaro berkerut dalam menatap gadis berambut hitam sebahu yang duduk di samping Sadewa. "Sepertinya saya pernah melihat Anda. Anda guru Mello, kan?"Adisty tergagap. Dia cepat-cepat mengubah raut wajahnya agar terlihat tenang. "I-iya," jawabnya.Alvaro tersenyum hangat. "Pantas saja wajah Anda terlihat tidak asing. Ternyata saya pernah bertemu beberapa kali dengan Anda saat mengantar Mello sekolah.Sadewa diam-diam memperhatikan Adisty. Putri kesayangannya itu tampak malu-malu dan salah tingkah. Apa Adisty menyukai Alvaro?"Saya Alvaro Dinata, ayah kandung Mello," ucap Alvaro memperkenalkan diri.Adisty menyambut uluran tangan
Read more

(S2) Rencana Pernikahan

Jantung Adisty berdebar hebat, seolah-olah ingin meledak. Rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu yang mengepakan sayap di dalam perutnya. Rasanya sungguh gila dan mendebarkan. Adisty tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.Apa dia benar-benar menyukai Alvaro?Adisty mendudukkan diri atas tempat tidur. Sebelah tangannya terangkat, menyentuh dadanya yang berdebar hebat. "Ya Tuhan, aku kenapa? Apa aku menyukai ayah kandung Mello?"Jantung Adisty berdegup lebih kencang karena terbayang dengan senyum hangat Alvaro dan kebaikan lelaki itu. Sepertinya dia memang benar-benar sudah jatuh hati pada ayah kandung Mello tersebut.Adisty tiba-tiba beranjak menuju lemari pakaiannya yang berada di sudut kamarnya. Dia ingin memilih baju yang akan dia gunakan untuk bertemu dengan Alvaro besok. Entah kenapa dia ingin terlihat cantik di mata lelaki pemilik lesung pipi di sebelah kiri itu.Adisty tiba
Read more

(S2) Beautiful Day

Mello sejak tadi terus menoleh ke arah tangga, menunggu Cara turun agar mereka bisa sarapan bersama. Namun, Cara tidak kunjung datang padahal dia sudah menunggu lumayan lama di meja makan."Mello, makan dulu, ya?" Mama mengulurkan satu potong roti tawar dengan selai stroberi pada Mello. Namun, Mello hanya diam menatap makanan tersebut."Mello mau disuapi sama bunda. Kenapa Bunda tidak turun-turun, Nek?"Mama menghela napas panjang mendengar pertanyaan Mello barusan. Cucu kesayangannya itu memang selalu ingin bersama Cara sejak gadis itu kembali datang."Bunda sedang kurang enak badan, Sayang. Mello makan sama nenek, ya?"Mello menggeleng pelan. "Tidak mau. Mello maunya disuapi sama bunda."Alvaro meletakkan sendoknya. Sepasang
Read more

(S2) Patah Hati

Sepasang calon pengantin biasanya sering baradu pendapat, bahkan bertengkar menjelang hari pernikahan. Seperti yang dialami oleh Cara dan Alvaro. Mereka sekarang sedang berada di salah satu butik yang paling terkenal di Ibu Kota untuk memilih gaun pengantin. Namun, mereka belum juga menemukan gaun pengantin yang cocok karena Alvaro selalu saja menemukan kekurangan di gaun yang Cara pilih."Punggungnya terlalu terbuka.""Bagian depannya terlalu pendek, kaki jenjangmu jadi kelihatan.""Kamu ingin memperlihatkan punggung polosmu ke lelaki lain? Aku tidak suka gaun itu. Ganti!"Cara menghela napas panjang untuk menahan emosinya agar tidak meledak. Rasanya dia ingin sekali menendang Alvaro keluar dari butik untuk melampiaskan kekesalannya karena Alvaro sejak tadi mengatakan tidak suka pada
Read more

(S2) Dia Sudah Terikat

"Ca-calon istri?" Jantung Adisty mencelus. Darah di dalam tubuhnya seolah-olah berhenti mengalir. Dia bergeming. Kaku.Alvaro baru saja melambungkan angannya setinggi-tingginya, tapi lelaki itu malah tega menjatuhkannya dalam sekejab. Adisty jatuh terjerembab. Rasanya benar-benar menyakitkan.Adisty menatap nanar Alvaro yang suka sekali menggoda Cara hingga membuat pipi gadis itu bersemu merah. Pemandangan yang sangat manis bagi siapa pun yang melihatnya, tapi tidak baginya.Entah kenapa udara di sekitarnya seolah-olah berubah menjadi seperti karbon diksida yang begitu mencekik leher. Dadanya sesak. Kaca-kaca di mata Adisty perlahan pecah. Tatapan gadis itu pun berubah menjadi buram. Kedua mata Adisty terasa sangat perih. Namun, hatinya jauh lebih perih melihat kemesraan antara Alvaro dan Cara.Adisty menarik napas dalam-dalam. Mati-matian dia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh di depan mereka.
Read more

(S2) Aku Memilihmu, Caramell

"Kamu ingin bertanya sesuatu, Adisty?" Cara akhirnya membuka suara karena Adisty sejak tadi hanya diam."Em, bagaimana hubunganmu dan Alvaro sebelumnya?" Adisty tanpa sadar meremas ke sepuluh jemari tangannya karena gugup.Tubuh Cara sontak menegang mendengar pertanyaan Adisty barusan. Ingatannya sontak melayang pada saat dia bertemu dengan Alvaro untuk yang pertama kalinya.Adisty melirik Cara yang berdiri tepat di sebelahnya dengan takut-takut. Kenapa Cara mendadak diam? Apa pertanyaannya menyinggung perasaan gadis itu?"Maaf kalau aku terkesan lancang. Kalau kamu merasa tidak nyaman abaikan saja pertanyaanku."Cara malah tersenyum. Sepertinya tidak masalah jika dia membagi sedikit kisah hidupnya pada Adisty. "Awalnya Alvaro sangat membenciku.""Sungguh?" tanya Adisty tidak percaya.Cara mengangguk. "Mama bahkan sering bilang kalau kami seperti Tom and J
Read more

(S2) Namanya Daniel

Kota metropolitan tidak pernah tidur. Jalanan masih terlihat ramai meskipun sekarang sudah hampir tengah malam. Orang-orang pun masih banyak yang beraktifitas di luar rumah. Mereka pergi ke kelab, restoran cepat saji, atau sekadar nongkrong di warung kopi hingga pagi."Iya, tunggulah sebentar. Sebentar lagi aku sampai," ucap Cara sebelum menutup sabungan teleponnya.Alvaro melirik Cara sekilas lalu kembali memperhatikan jalanan yang ada di hadapannya. Kenapa Cara terlihat sangat cemas? Apa orang yang berada di kantor polisi teman dekatnya?"Sayang.""Ya?" Cara sontak menatap Alvaro yang duduk tepat di sebelahnya."Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku kalau punya teman dekat?""Habis kamu nggak pernah tanya."Alvaro menghela napas panjang. Sejak mereka berpisah dia memang sengaja tidak mau tahu apa pun yang Cara lakukan karena dia sem
Read more

(S2) Lelaki Menyebalkan

"Kenapa kamu tadi nggak bangunin aku, sih? Mello pasti marah karena kita nggak nganter dia ke sekolah.""Kamu tenang saja Sayang. Mello kan, pengertian seperti ayahnya. Dia pasti nggak marah." Alvaro malah menaik turunkan kedua alisnya menggoda Cara. Padahal Cara sangat kesal karena Alvaro tadi tidak membangunkannya.Cara menatap Alvaro dengan malas. "Kamu selalu bilang sifat jelek Mello itu turunan dari aku, tapi kalau yang baik turunan dari kamu. Itu pembohongan besar!"Alvaro malah terkekeh. "Ya sudah, mulai sekarang aku ralat. Sifat baik Mello itu turunan dari kamu, tapi kalau yang jelek turunan dari aku. Sudah puas? Jangan marah lagi ya, Sayang," ucapnya terdengat penuh pengertian.Entah kenapa mood Cara hari ini sangat buruk. Sejak bangun Alvaro terus saja menjadi sasaran omelann
Read more

(S2) Insting Seorang Perempuan

"Dompet siapa itu?" tanya Cara ingin tahu karena Alvaro membawa sebuah dompet setelah kembali dari memesan es krim."Punya Kudaniel."Kening Cara berkerut dalam mendengar ucapan Alvaro barusan."Maksudku Daniel," jelas Alvaro tanpa Cara meminta agar calon istrinya itu tidak bingung."Kenapa dompet Daniel bisa ada sama kamu?""Aku tadi menemukannya di sana. Mungkin terjatuh," jawab Alvaro."Ya, ampun. Daniel pasti bingung mencari dompetnya." Cara pun bergegas menelepon Daniel agar kembali menemuinya untuk mengambil dompetnya yang jatuh.Alvaro tanpa sadar mendengkus melihat Cara yang begitu khawatir pada Daniel."Saya
Read more

(S2) Pengganggu Meresahkan

Patah hati. Hanya dua kata tapi mampu memporak-porandakan kehidupan seorang Adisty. Gadis yang beberapa hari lalu banyak tersenyum, sekarang malah sering murung dan tidak semangat menjalani hidup. Adisty jatuh untuk yang kedua kalinya karena cinta. Seharusnya sejak awal dia tidak membiarkan kuncup-kuncup bunga di dadanya bermekaran, tumbuh semakin banyak hingga tidak bisa dikendalikan.Adisty sangat menyesal telah membiarkan bunga-bunga itu tumbuh, membiarkan dirinya semakin hanyut dalam kebahagiaan semu. Sekarang bunga-bunga tersebut telah layu, bahkan ada yang mengering, hingga nyaris mati. Semua tidak lagi terasa indah. Air mata seolah-olah menjadi bukti betapa hancurnya hatinya sekarang.Apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia menghancurkan kebahagiaan Alvaro dan Cara untuk menyembuhkan luka di hatinya?Tidak.Adisty bukan orang sejahat itu."Adisty!" Sadewa buru-buru ke dapur dan mem
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status