Home / CEO / Istri Kedua CEO / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Istri Kedua CEO: Chapter 201 - Chapter 210

227 Chapters

(S2) Membujuk Bayi Besar

"Daniel, tolong pegang baik-baik tangganya!""Iya, ini udah aku pegang."Cara sekarang sedang berada di apartemen Daniel karena beberapa jam yang lalu lelaki itu menelepon dan mengatakan kalau ada urusan penting. Tanpa menunggu waktu lama Cara pun bergegas pergi ke apartemen sahabat baik Adisty itu. Namun, urusan penting yang dimaksud Daniel ternyata mengganti lampu bohlam.Astaga!Rasanya Cara ingin sekali memaki Daniel karena membuatnya bertengkar dengan Alvaro.Cara pun naik ke tangga dengan hati-hati, lalu mengganti bohlam yang rusak dengan yang baru. "Sekarang coba kamu nyalain lampunya?""Oke.""Daniel!" Cara tiba-tiba berteriak."Ada apa sih, Caramell?""Kenapa pegangannya dilepas?""Katanya tadi suruh nyalain lampunya, aku lepas lah, pegangannya.""Kalau aku jatuh bagaimana?"
Read more

(S2) Hukum Aku Sepuasmu

Cara meremas kesepuluh jemari tangannya karena gugup. Telapak tangan gadis itu terasa sangat dingin dan basah, jantung pun berdebar hebat menatap pintu bercat putih yang ada di hadapannya dengan ragu. Haruskah dia keluar dari kamar mandi lalu muncul di hadapan Alvaro tanpa memakai apa-apa? Cara mengusap wajah kasar. Apa Alvaro akan berhenti mengabaikannya kalau melihatnya telanjang? Bagaimana kalau lelaki itu masih mengabaikannya? "Duh, Gusti ...." Cara merasa dilema. Gadis itu sebenarnya ingin Alvaro berhenti mengabaikannya, tapi di lain sisi dia malu mucul di depan Alvaro tanpa memakai apa-apa. Apa yang harus dia lakukan? Cara bingung sekali. Haruskah dia mengikuti saran Felix? Cara menarik napas dalam-dalam sebelum meraih gagang pintu yang ada di hadapannya lalu memutarnya dengan amat sangat pelan. Telapak tangannya semakin terasa dingin dan basah, jantung pun berdegup semakin kencang. 'Aku pasti sudah gila. Aku pasti sudah gila,' batin Cara berter
Read more

(S2) Malam Terkutuk

Kata-kata Daniel ketika di danau waktu itu terus terngiang di pikiran Adisty. Ternyata memang banyak hal yang berubah dan dia baru menyadarinya sekarang. Termasuk perasaannya. Dia bisa menceritakan apa pun yang dialaminya pada Daniel, tapi itu dulu. Dia sekarang malah lebih banyak diam dan lebih banyak mencurahkan isi hatinya dalam buku harian. Daniel pun sama. Tanpa lelaki itu sadari ada seorang gadis yang berhasil menumbuhkan kuncup-kuncup bunga di dalam hatinya. "Daniel." "Hmm ...," sahut Daniel tanpa mengalihkan pandang dari ponselnya karena  sedang asyik berbalas pesan dengan Cara. Tanpa sadar dia tersenyum, berdecak, dan terkadang menggerutu kesal karena Cara tidak kunjung membalas pesannya. Semua yang Daniel lakukan ternyata tidak ada yang luput dari perhatian Adisty. Apa sahabatnya itu sedang jatuh cinta? "Daniel." "Ya, Adisty?" Lelaki pemilik gigi kelinci itu akhirnya menoleh. "Kamu sedang chating-an sama
Read more

(S2) Jungkir Balik

'Rasanya sakit. Bahkan lebih sakit dari saat Daniel pergi meninggalkanku. Rasanya sakit. Bahkan lebih sakit dari saat aku tahu Alvaro telah mempunyai calon istri. Rasanya sakit. Bahkan lebih sakit dari saat ibu pergi meninggalkanku untuk selamanya.Rasanya sangat sakit hingga membuatku ingin sekali mati.Aku telah mengecewakan Ayah. Mengecewakan lelaki yang rela melakukan apa pun demi kebahagiaanku.Hidup Adisty hancur karena lelaki berengsek bernama Jafier, Ayah. Apa yang harus Adisty lalukan?'~Adisty~***Jafier mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah tirai di dalam kamarnya jatuh mengenai wajah tampannya. Dia mengerang tertahan karena kepalanya seperti dipukul palu godam yang sangat besar saat pertama kali membuka mata. Jafier pun memutuskan untuk bangun lalu mendudukkan diri di atas tempat tidur. Kedua matanya sontak membulat saat menyadari dirinya sedang ber
Read more

(S2) Sebuah Permintaan

Alvaro keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambut hitamnya yang basah. Dada bidang dan perutnya yang kotak-kotak terlihat jelas karena dia hanya memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.Alvaro terlihat err ... sangat seksi.Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika melihat Cara yang masih asyik bergelung di balik selimut padahal sekarang sudah hampir jam tujuh pagi.Alvaro pun mendekat lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir Cara. Tubuh Alvaro sontak menegang karena suhu tubuh Cara sedikit panas. Wajah gadis itu pun terlihat sedikit pucat."Kamu sakit, Sayang?" pekiknya terdengar panik."Erngh ...." Cara menenggelamkan wajahnya di balik selimut karena kepalanya terasa sangat berat."Aku panggilin dokter, ya?"Cara menggeleng pelan. Sepertinya dia hanya butuh istirahat karena lelah setelah bercinta dengan Alv
Read more

(S2) Kabar Buruk

"Bisa lebih cepat sedikit, Pak?" pinta Cara pada sopir taksi yang mengantarnya menuju apartemen Daniel. Raut cemas tergambar jelas di wajah cantiknya karena beberapa menit yang lalu Daniel meneleponnya dan meminta tolong."Saya sudah mencapai batas kecepatan maksimum. Maaf, Nona."Cara menghela napas panjang lalu kembali menelepon Daniel. Tanpa sadar dia menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat karena Daniel tidak kunjung menjawab teleponnya."Ayolah, Daniel. Angkat teleponku," desah Cara terdengar khawatir. Semoga saja tidak terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya itu, harapnya.Entah kenapa taksi yang dia tumpangi seolah-olah berjalan sangat lambat, padahal sang sopir sudah melajukan taksinya hingga mencapai batas kecepatan maksimal.Tiga puluh menit kemudian, taksi yang dia tumpangi berhenti tepat di depan apartemen Daniel. Tanpa menunggu
Read more

(S2) Sebuah Pilihan

Daniel pun menarik tubuh Cara yang gemetar hebat kembali dalam dekapan. Tangis gadis itu terdengar begitu memilukan dan menyayat hatinya. Mati-matian dia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh lagi di depan Cara. Dia harus bisa menguatkan gadis itu."Aku punya banyak kenalan dokter hebat, Caramell. Mereka pasti bisa menyelamatkanmu dan calon buah hatimu. Kamu pasti sembuh," ucapnya berusaha menenangkan.Namun, tangis Cara malah semakin pecah karena memikirkan peyakitnya, Alvaro, dan Mello. Dia tidak ingin menyusahkan Alvaro karena penyakitnya. Selain itu dia takut tidak bisa memberikan kasih sayangnya pada Mello karena dia bisa mati kapan saja.Apa yang harus dia lakukan? Haruskah dia membatalkan pernikahannya dan Alvaro?"Caramell Sayang!"
Read more

(S2) Pesan Terakhir

Persiapan pernikahan Alvaro dan Cara sudah selesai hampir seratus persen. Alvaro menyerahkan sisanya untuk diurus wedding organizer yang disewanya. Sementara dia bekerja gila-gilaan dari pagi hingga larut malam agar bisa mengambil cuti untuk berbulan madu dengan Cara.Cara akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu bersama Mello. Setiap hari dia selalu mengantar dan menjemput buah hatinya itu ke sekolah. Setelah itu membantu Mello mengerjakan tugas sekolahnya di rumah dan bermain bersama. Dia bahkan selalu menuruti apa pun yang Mello minta tanpa banyak protes.Alvaro sempat heran melihat Cara yang begitu memanjakan Mello. Padahal Cara pernah menyuruhnya agar tidak terlalu memanjakan putri mereka. Benar-benar aneh."Bunda, ceritakan dongeng yang bagus untuk Mello."Cara sontak menunduk agar bisa menatap Mello yang
Read more

(S2) Permintaan Caramell

"Makaroni sudah, telur sudah, keju juga sudah, kurang apa lagi, ya?" Adisty sedang berbelanja di mini market yang berada di dekat rumahnya. Dia ingin membuat macaroni schotel untuk sang ayah."Oh, iya. Susu ...."Gadis cantik berambut hitam sebahu itu pun segera mengambil susu untuk bahan pelengkap macaroni schotel-nya. Namun, susu tersebut ternyata terletak di rak paling atas. Adisty tidak bisa mengambilnya meskipun sudah berjinjit dan mengangkat tangan tinggi-tinggi.Tiba-tiba ada seseorang yang mengambil susu kotak itu untuknya. Adisty bergeming selama beberapa detik. Gadis itu merasa dejavu karena Alvaro pernah melakukan hal yang sama."Terima ka—" Kedua bola mata Adisty sontak membulat melihat lelaki berwajah tampan yang berdiri tepat di hadapannya. "A-Anda ...?!""Kamu butuh apa lagi, Adisty? Biar aku yang mengambilkannya untukmu."
Read more

(S2) I Lost My Baby

"Kamu sudah sadar, Sayang?"Cara mengerjapkan kedua mata perlahan, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk ke indera penglihatannya. Dia melihat wajah khawatir Alvaro saat pertama kali membuka mata."Aku kenapa?" tanya Cara dengan suara yang terdengar serak."Kamu pingsan."Kening Cara berkerut dalam. "Pingsan?"Alvaro mengangguk. Semalam dia benar-benar panik karena Cara tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri setelah bertengkar hebat dengan dirinya.Helaan napas panjang sontak lolos dari bibir mungil Cara. Setiap hari tubuhnya terasa semakin lemah. Dia harus bisa menjaga kondisi badannya dengan baik agar calon buah hatinya yang masih berada di dalam kandungan baik-baik saja."Kamu makan dulu, ya. Mama tadi bilang kalau dari kemarin siang kamu belum makan."Cara menggeleng karena ada hal lebih penting yang harus
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status