Aryan benar, bukan? Danish tidak ikut tawuran. Tidak pernah lagi, tidak sejak dia berjanji pada Sayna, Danish tidak pernah mengingkari. Jadi, sore yang hampir gelap itu dia kembali melajukan motornya ke sekolah, berharap Sayna masih ada di sana, masih menunggunya, masih mau... memaafkannya. Karena harusnya dia mendapatkan Sayna setelah kehilangan teman-temannya, bukan?Jauh dalam lubuk hatinya, Danish benar-benar tidak keruan. Pikirannya melayang, pada Oliv, pada Angga, pada anak geng mereka yang terciduk dan... pada Sayna. Meski besar harapannya memikirkan Sayna yang masih menunggu di sekolah usai melatih klub taekwondo, tapi sisi lain dari dirinya juga tahu bahwa itu tidak mungkin. Sayna pasti sudah pergi, Sayna mana mungkin menunggunya sampai saat ini.Dan semuanya terjawab saat Danish berusaha menyeberang ke sebelah kanan, tempat di mana gerbang sekolahnya berada. Dia tertegun lama dalam sunyi dan remang kala mendapati gadis pujaannya masih berdiri di sana. Mereka
Baca selengkapnya