Home / Fiksi Remaja / Hey, Danish! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Hey, Danish!: Chapter 31 - Chapter 40

78 Chapters

31. Menyusun Strategi

PUBG Mobile level 69, SULTAN M4 The Fools level 5, M4 Lizard level 3, Beryl little pony level 2, memiliki materials 4 yang tinggal di-upgrade, set Mystic, Legend, Gacha dll, helm dan tas banyak, skin UAZ, Dacia Golden, log in twitter, email lengkap, transaksi cash on delivery di Jagakarsa.Danish mengetuk-ngetuk meja belajarnya dengan telunjuk, menimbang-nimbang apakah dia harus keluar rumah untuk membeli akun itu atau tidak, karena lokasi penjualnya di dekat sekolah, harusnya dia tidak perlu terlalu khawatir. Tapi mengingat kondisi kesehatan yang belum sepenuhnya pulih, Danish mulai memutar otak—kalau memang bisa disebut otak, dan mencari cara lain. Transaksi seperti ini sangat rentan penipuan, itu sebabnya baik penjual maupun pembeli lebih baik berhati-hati dan melakukan pembayaran secara tunai ketimbang online kalau bisa.“Yan, di mana?” Danish sudah
Read more

33. Naik ke Level Satu

Ikrar bersiul sepanjang jalan, Sayna tidak tahu anak itu kenapa dan juga tidak berniat untuk menanyakannya. Lebih baik bertanya soal kejanggalan ini pada Danish setelah mereka bertemu nanti, karena Danish lebih bisa dipercaya ketimbang adik laki-lakinya.Mereka bertolak ke rumah Danish pukul 7, usai makan malam agar tidak terlalu lama di luar rumah, sebab paling lambat jam 9 Sayna sudah harus kembali. Dan sepanjang perjalanan itu pikirannya melayang-layang, apakah Danish memberi Ikrar pelajaran? Apa Ikrar diancam? Atau justru... disogok?Diancam sih mana mungkin, Danish kan sangat manis dan menggemaskan. Kalau disogok, dengan apa dia menyogok bocah tengil ini? Apa mereka bahkan sudah bertemu diam-diam di belakangnya?“Rumah Bang Danish bagus ya, Teh? Nanti kalau Teteh sama dia nikah beli rumah kayak gini juga, soalnya rumah ibu buat aku sama istri aku nanti.”Sayna langsung meringis begitu turun dari sepeda motor dan sampai di depan rumah Dani
Read more

34. Pedekate Ikrar

“Eh, Sayna jangan pake yang itu!” Danish mencegah Sayna yang baru saja akan mengambil sodet alias spatula kayu berwarna cokelat tua dari wadah peralatan masak berbatang—bergagang maksudnya. “Nih, pake yang ini aja.”Sebagai gantinya, Danish memberikan Sayna spatula baru berwarna hitam yang terlihat masih kokoh dan bau toko. “Yang kayu itu kata nyokap gue sodet pusaka, beli pas sebelum gue lahir ke dunia.”Sayna melongo sejenak, lalu tidak menggubris dan mengaduk-aduk mie goreng yang tengah mereka masak. “Ternyata nyokap kita sama.”“Sama gimana?” Danish memiringkan kepala.“Suka banget nyimpen benda lama terus ntar bilang-bilang ke gue kalau lemari di kamar umurnya lebih tua dari Teteh, sofa di teras rumah itu belinya pas ibu masih hamil Teteh, dan umur mereka tuh lebih tua dari Teteh. Terus gue harus banget salim ke sofa sama lemari gitu maunya nyokap?”Danish terpingkal
Read more

35. Pembiaran Kebohongan

 “Tan... Tan... Tania maafin gue dong!” seru Hamam sambil berlari ala-ala aktor india yang mengejar pujaan hatinya.Tania berbalik dengan wajah murka lalu menggeplak orang yang mengejarnya dengan topi sekolah usai upacara bendera. “Semudah itu lo minta maaf?!” Tania balas berteriak, dan amarahnya patut dimaklumi karena Hamam memang sudah melakukan kesalahan yang fatal.Gadis itu keluar kelas ditemani oleh Sayna, dan sisanya, Hamam bersama anak-anak lain duduk berkelompok mengelilingi meja. Pemuda berambut cepak itu menggelengkan kepala. “Emang minta maaf yang susah gimana sih anjir?” gerutunya setelah Tania dan Sayna hilang dari pandangan.“Eh, ya nggak gitu juga maksudnya, ogeb!”“Terus?” Hamam berbalik pada Arvin. “Gue mesti gimana?”Tidak ada yang sudi menjawab, semua orang kompak mengangkat bahu, karena kesalahan Hamam pada Tania hari ini sempat menghebohkan satu sekol
Read more

36. Kerja Tambahan

Harga akun itu 4,6 juta rupiah. Ikrar bilang padanya sambil menyodorkan iklan di salah satu platform jual beli ternama dan menyamakan spesifikasi akun tersebut dengan yang diberikan Danish sebagai sogokan untuk adiknya. Di sana tertera bahwa akun itu sudah terjual, dan bisa saja Danish memang sengaja membelinya. Sayna sangat tidak enak, sejak kemarin dia merasakan hal itu tapi lebih memilih untuk terus memendamnya saja.Daripada dia mengomel pada Danish, lebih baik Sayna melakukan cara dan usaha lain. Toh, Danish rela mengeluarkan sejumlah uang demi kelancaran hubungan mereka, Sayna tidak boleh menyalahkannya secara sepihak. Perutnya nyeri, tapi Sayna ada jadwal pekerjaan hari ini.Dia sudah bersiap dengan setelan hanbok berwarna kuning gading-hijau, dirias secantik mungkin, dan berdiri di depan kamera serta lightning profesional sebuah butik ternama. Sayna mengambil pekerjaan ini untuk mengumpulkan uang dan bisa mengganti biaya yang dikeluar
Read more

37. Tanpa Ikatan dan Kepastian

Danish sampai di rumahnya saat langit sudah gelap dan agak larut. Tadi dia menyempatkan diri ke markas Konoha untuk memeriksa keadaan mereka setelah kembali dari tugasnya mengantarkan Sayna. Untuk kali pertama Danish melihat ada memar di wajah Angga, serta Aryan yang lengan kirinya cedera. Anggun, Oliv dan yang lain sudah tidak asing lagi kalau wajah mereka lebam tak keruan.Dan karena itu, dia merasa bersalah. Walau Angga tetap tersenyum sambil mengatakan mereka tidak apa-apa. Asal semuanya selamat dan tidak ada yang tertangkap polisi, berhubung tawuran kali ini hanya berskala kecil, tidak sampai menimbulkan kehebohan besar seperti yang terakhir kali terjadi.Danish memeriksa ponsel, Sayna mengirimkan foto-foto Bolu dan juga menjadikan videonya sebagai status di sosial media terbaru sebagai ungkapan rasa bahagia. Sejujurnya, Danish tidak pernah melihat Sayna selembut itu menatap sesuatu selain Bolu, tiba-tiba saja aura keibuannya keluar saat mereka melakukan pandangan
Read more

38. Keracunan

Danish menganga untuk beberapa detik pertama, dia ikut memperhatikan benda yang Arvin khawatirkan dan jelas-jelas melihat pusaka itu masih menempel dengan sempurna di antara kedua kakinya. Arvin mendadak buta atau bagaimana?“Nish... gimana, Nish? Ntar gue nggak bisa enaena...” Dia meraung-raung sambil memegangi celana.“Terus ini apaan, goblok?”“Aw!”Arvin menjerit keras saat Danish menyentil ujung burungnya dan kembali menangis karena kesakitan. Tidak mau berlama-lama terjebak lingkaran setan, Danish segera mencuci tangan dan keluar dari sana, membiarkan Arvin gila sendirian.Lalu hal gila lain didapatinya saat Herdian berjongkok di samping rak sepatu koleksi ibunya Hamam. Dia berdiam diri seperti patung bahkan saat Danish bertatapan dengannya.“Kenapa lo?” tanya Danish heran.“Ssshh...” Herdian menyimpan telunjuknya di depan bibir. “Gue lagi nyamar jadi sendal.&rdqu
Read more

39. Hilangnya Kepercayaan

Sayna menunggu di depan kelas dengan perasaan resah. Pagi ini sekolah mereka dihebohkan oleh kabar perkelahian antar siswa dengan sekolah lain. Dan itu tak lain tak bukan adalah gengnya Danish dulu, geng Kobang alias Konoha Bangsat. Sayna takut Danish terpengaruh karena rasa empati dan solidaritasnya yang tinggi dan malah terjun membantu teman-temannya berkelahi di luaran sana.Gelagat Danish akhir-akhir ini juga sangat mencurigakan, dia seperti waktu itu lagi, menghilang saat jam istirahat kedua, alasannya macam-macam saat dia kembali dan meminta maaf pada Sayna. Antre di mushola lah, gantian memakai sarung dengan Arvin lah, menunggu stok Teh Kotak diisi ulang oleh petugas kopsis dan lain-lain. Alasan yang makin hari makin mengada-ada, alasan yang... mau tidak mau harus Sayna terima meski rasa kesal dan khawatirnya menumpuk dalam dada.“Nish...” panggil Sayna buru-buru sambil menarik tangan Danish dan menyeretnya masuk ke kelas saat dia berjalan beriringan
Read more

40. Siaga Satu

Teman-temannya dalam bahaya. Meski Angga dan Aryan tetap dengan gengsi mereka yang setinggi bangunan Burj Al-Arab, tapi anggota lain mulai bergantian mengirimi Danish pesan dengan rengekan-rengekan mereka untuk minta bantuan. Sekarang yang jadi musuh geng mereka adalah 2 sekolah dengan siswa mayoritas laki-laki. Sangat pantas kalau Konoha mulai keteteran, dan meski Danish ikut bergabung, belum tentu mereka akan menang, apalagi jika tidak? Setiap hari ada saja korban yang tumbang di jalanan. Terakhir Oliv yang dihadang oleh 3 sepeda motor dan babak belur dipukuli mereka.Pikiran Danish benar-benar kacau dan tidak lagi berada di tempat. Dia tidak konsen belajar, tidak konsen mengejar Sayna, susah tidur dan kepikiran terus teman-temannya. Apa dia harus egois dan terus keras kepala seperti ini? Tidak mau membantu mereka meski sebenarnya sangat mampu?Sayna: Nish, gue sama Bolu udah siap. Mau jemput atau ketemuan aja di tempat janjian? Ah,
Read more

41. Ada yang Disembunyikan

Danish: Bolu anaknya papa Danish lagi apa? Udah makan belum? Sayna sengaja mengabaikan pesan itu sejak setengah jam yang lalu. Dia bangun pagi-pagi sekali, membersihkan kamar tidur, lalu mandi dan sarapan sambil menyuapi Bolu makan pagi. Baru setelahnya bersiap-siap untuk sekolah. Kemarin tingkah Danish menyebalkan sekali, dia tiba-tiba kehilangan mood bicara dan tidak seru diajak kencan lagi. Mereka bahkan tidak makan malam bersama, belum sempat membeli pakan untuk Bolu, dan Sayna juga berjanji akan membelikan Bolu mainan baru, tapi semua rencananya ambyar karena mereka langsung pulang setelah itu.Menyebalkan. Danish pergi meninggalkannya buru-buru. Memberikan semua belanjaan mereka pada Sayna tanpa membaginya, melupakan soal pembagian dana di amplop gaji yang Sayna terima. Danish pergi tanpa pamit setelah menurunkan Sayna di depan gerbang. Semalaman tidak memberi kabar. Baru muncul pagi-pagi sekali, sepertinya dia
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status