Mungkin kalau telinganya bisa protes, Sayna pasti tidak bisa duduk tenang di kursi ruang makan keluarga sambil mendengarkan ocehan ibunda berulang-ulang. Semua yang dibahasnya sejak pulang dari kediaman Melia kemarin hanyalah Danish, Danish dan Danish. Ayah juga ikut menimbrung sesekali, tapi tidak seantusias ibunya. Mungkin karena ibu perempuan, sama seperti Sayna dan gadis-gadis lain, iman mereka lemah dihadapkan pada wajah tampan Danish.Terlebih setelah mengenalnya, dan ternyata Danish adalah sosok anak baik, ibu semakin tergila-gila membahas pemuda itu. Di depan hidung putrinya sendiri yang jelas-jelas sudah mengenal Danish lebih dulu selama kurang lebih empat tahun terakhir.“Nih, ibu mah nggak tahu kalau nggak lihat sama mata kepala sendiri. Mau magrib itu baru sampai rumah habis nganterin cucian cenah. Aduh, eta budak bageur-bageur teuing atuh, nya. Maksud ibu gini lho, Teh... kan laundry bu Melia tuh bukan laundry keci
Read more