Home / Fiksi Remaja / Hey, Danish! / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Hey, Danish!: Chapter 51 - Chapter 60

78 Chapters

51. Terikat Takdir Berat

“Nish, coba bayangin kita satu rumah dan berduaan di kamar yang kekunci terus rumahnya kebakaran dan kita mati bersama. Wiihh... sehidup semati!”Lucu sekali mengingat dialog mengesankan dalam potongan mimpinya malam tadi. Danish bertemu Sayna di sana, dan keadaan mereka baik-baik saja, lalu gadis itu seperti biasa mengatakan gombalan-gombalan yang mengerikan di telinga. Melihatnya seperti itu saja Danish sudah senang, karena dia berhari-hari bolos sekolah, kalau tidak salah hitung ini hari kesembilan.Danish tidak peduli Melia meneriakinya setiap pagi, memangkas habis fasilitas hingga mengancamnya dikeluarkan dari deretan nama di kartu keluarga karena bolos sekolah berhari-hari. Dia tidak peduli. Ada hal yang harus dilakukannya. Danish sedang sibuk mencari keberadaan Haikal—mantan tunangan Dinara dan berencana untuk membuat perhitungan besar-besaran.Semua informasi sudah terkumpul, meski Dinara bersikeras tutup mulut dan menolak mengatakan ap
Read more

52. Tidak Termaafkan

Danish mungkin lupa kalau tempat yang didatanginya adalah perumahan yang isinya mayoritas keluarga TNI angkatan darat. Maka tak heran saat dia benar-benar sudah tidak bisa dikendalikan lagi, beberapa tetangga Sayna mulai mengacungkan senjata. Danish benar-benar sudah gila dan tidak kenal takut. Dia mengikat dua kaki Haikal dengan jaket yang sudah dirobek, diikat ke sepeda motor dan rencananya akan dia seret keliling komplek.Danish mengerikan dan membuat banyak orang ketakutan, termasuk Sayna.Namun siapa sangka hal yang mampu menghentikkannya hanya rangkulan ringan dari seorang pria berstatus ayah serta ketua rukun tetangga komplek perumahan ini—Chandraka, ayah kandung Sayna. Begitu mendengar keributan yang disampaikan anaknya, beliau keluar dan mengacungkan sebelah tangan di udara, meminta para anggota menahan serangan dengan menggunakan senjata, lalu menghampiri Danish yang terlihat sibuk akan menyeret keponakannya dengan sepeda motor.Beliau tampak ten
Read more

53. Di Luar Dugaan

Ayah dengan bangganya memamerkan ke semua orang bahwa dia mengantar Danish pulang setelah sebelumnya mereka beribadah bersama. Dan ayah lebih heboh lagi begitu mengetahui di mana Danish tinggal serta siapa orangtuanya. Sementara itu ibu segera membawa Haikal ke rumah sakit untuk diobati dan kebetulan harus dirawat mengingat lukanya cukup parah serta dikabarkan ada beberapa pulang yang retak.Hebat memang Danish, kalau tadi benar-benar dibiarkan saja Haikal pasti sudah mati. Tapi Sayna tidak akan menyesal andai sepupu jahanamnya itu tidak ada di dunia lagi, asal jangan Danish yang membunuhnya, karena dia bisa masuk penjara.Setelah keadaan lebih tenang, ibu menghubungi kakak kandungnya—orangtua Haikal, dan menjelaskan perlahan-lahan tentang apa yang terjadi di sini. Tapi setelah obrolan yang panjang, serta banyak pertimbangan—mengingat kondisi kakaknya ibu tidak sesehat dulu, maka diputuskan bahwa ayah dan ibu yang diberi tanggung jawab untuk melakukan media
Read more

53. Perenungan

Menghajar mantan kekasih Dinara adalah momen paling luar biasa dalam hidupnya. Dengan dendam yang menumpuk ditambah kelelahan dan mood yang buruk, Danish tahu dia bisa benar-benar membunuh seseorang hari itu. Menghajar Haikal juga seperti melampiaskan dendamnya pada mantan ayah tiri mereka bertahun yang lalu, saat Dinara dilecehkan di depan mata kepalanya sendiri.Haikal seperti samsak hidup yang khusus diciptakan untuk Danish sebagai tempat melampiaskan seluruh dendamnya selama ini. Baru kali itu dia memukuli orang sampai dirinya sendiri serasa ingin mati. Danish kelelahan lahir dan batin. Dia terluka mendapati kenyataan bahwa Haikal adalah sepupu Sayna, orang yang selama ini dia sukai.Dan Danish ingat bagaimana dia sudah menghina serta menyakiti gadis itu tempo hari. Dadanya berdenyut nyeri. Dia tidak bisa melupakan cara Sayna memandangnya, Danish pasti sudah menorehkan luka yang amat hebat di sana. Dan dia tidak tahu bagaimana caranya untuk dimaafkan lagi.
Read more

54. Teman Saat Susah dan Senang

“Mama mau minta tolong Angga buat bujukin kamu sekolah, tapi kayaknya hubungan kalian lagi nggak baik.” Melia pun buka suara. “Mama tahu sejak kita ketemu di kantor polisi waktu itu. Jadi mama sungkan buat minta tolong, mungkin kalian belum baikan. Mama nggak mau kalian baikan dengan terpaksa karena mama kebetulan memanfaatkan keadaan. Kalian harus selesaikan masalah kalian dengan kepala dingin, jangan berantem lagi.”“Iya.” Danish mengangguk pelan. “Nanti aku ajak baikan kalau kami udah ketemu lagi di sekolah.”“Iya, harus itu. Lagian teman kamu tambah banyak, makin gede teman mainnya makin banyak. Herdi, Hamam sama Arvin juga baik banget, mama seneng kamu dekat sama mereka.”Tiga manusia ala pengibar bendera itu tersenyum bangga setelah mendengar pujian barusan. Kemudian Melia pamit untuk mengambil beberapa camilan serta minuman yang tentu langsung disambut riang oleh teman-temannya. Jujur saja, Danis
Read more

55. Sakit Tapi Tak Berdarah

Kembali ke kehidupan seperti biasa artinya Danish juga bekerja seperti biasa. Setelah teman-temannya pergi, Danish pun ke laundry untuk mengantar pakaian yang sudah selesai dicuci dan baru pulang ke rumah sore menjelang malam.Di halaman rumahnya dia melihat sebuah mobil berwarna putih terparkir, kalau tidak salah ingat itu adalah mobil ayahnya Sayna. Danish meringis saat melewati Michiko yang belum sempat ia bawa ke bengkel setelah dipakai menabrak motor Haikal tempo hari, lalu masuk ke rumah sambil mengucapkan salam.Dan benar saja, di ruang tamunya, ayah serta ibu Sayna tengah duduk sambil berbincang dengan Melia. Mereka segera menoleh dan menyambut kehadiran Danish dengan senyum mengembang.“Dari mana jam segini baru pulang?” tanya ibu Sayna perhatian sambil mengelus lengan atasnya. Danish tersenyum canggung sebelum beralih ke ayah Sayna dan turut menyalaminya.“Habis bantu mama, Bu. Nganter cucian di laundry.&rdquo
Read more

55. Sakit Tapi Tak Berdarah II

Mungkin kalau telinganya bisa protes, Sayna pasti tidak bisa duduk tenang di kursi ruang makan keluarga sambil mendengarkan ocehan ibunda berulang-ulang. Semua yang dibahasnya sejak pulang dari kediaman Melia kemarin hanyalah Danish, Danish dan Danish. Ayah juga ikut menimbrung sesekali, tapi tidak seantusias ibunya. Mungkin karena ibu perempuan, sama seperti Sayna dan gadis-gadis lain, iman mereka lemah dihadapkan pada wajah tampan Danish.Terlebih setelah mengenalnya, dan ternyata Danish adalah sosok anak baik, ibu semakin tergila-gila membahas pemuda itu. Di depan hidung putrinya sendiri yang jelas-jelas sudah mengenal Danish lebih dulu selama kurang lebih empat tahun terakhir.“Nih, ibu mah nggak tahu kalau nggak lihat sama mata kepala sendiri. Mau magrib itu baru sampai rumah habis nganterin cucian cenah. Aduh, eta budak bageur-bageur teuing atuh, nya. Maksud ibu gini lho, Teh... kan laundry bu Melia tuh bukan laundry keci
Read more

56. Sakit Tapi Tak Berdarah III

“Say, kamu pakai ini aja buat sekarang. Biar makeup-nya cocok.”Sayna menurut saat bosnya—Violeva, memberikan sepotong gaun rancangan Vera Wang berpotongan slip charmeuse dengan gaya plugging back, hand-dropped sleeve dan crisscrossing straps yang pasti akan membungkus tubuhnya dengan sempurna.Butuh waktu hingga beberapa bulan sampai dia bisa memenuhi panggilan kerja berikutnya untuk kembali melakukan pemotretan katalog butik ini. Dan baru hari ini—hari Minggu, Sayna beserta Violeva dan timnya setuju untuk meneruskan proyek mereka yang belum tuntas sejak berbulan lalu.Sayna melihat pantulan dirinya sendiri di cermin, dia masih ingat dengan jelas bagaimana Danish memujinya waktu itu, waktu pertama kali melakukan pekerjaan ini. Dan Sayna akui bahwa dirinya saat ini begitu cantik, seperti kata Violeva tadi. Tema yang diambilnya adalah seorang Ratu. Dandanan Sayna begitu tajam dan membuatnya tamp
Read more

57. Menemukan Harapan

Danish memandang langit-langit kamar, dia tidak bisa tidur sejak semalam, sementara semburat kebiruan dari kaki langit sudah muncul saat ini. Artinya, ini sudah pagi dan Danish harus sekolah. Hari pertamanya sekolah setelah membolos lama sekali, hampir dua minggu atau malah lebih. Dia lupa menghitungnya.Insomnia seperti inikah yang dirasakan Hamam waktu itu? Tapi jika Hamam susah tidur karena pusing memikirkan dari mana datangnya air kelapa, maka Danish tidak begitu. Dia jadi susah tidur karena bertemu Sayna kemarin siang di butik Violeva. Dan gadis itu berdandan sangat cantik, dia juga mengejar Danish ke parkiran dan diam selama bermenit-menit di hadapannya. Tidak tahu bahwa ada orang yang sedang berusaha menahan diri untuk tidak jadi gila karenanya.Mungkin kalau jantung Danish bisa berteriak, dia sudah melolong seperti auman manusia serigala di malam bulan purnama. Untungnya jantung hanya berdebar-debar saat pemiliknya sedang tidak dalam kestabilan jiwa.&ld
Read more

58. Menemukan Harapan II

“Sayna....”Lelah mengeraskan rahang sepanjang jalan, gadis itu langsung melemaskan otot wajahnya dengan melengkungkan bibir dan menerima sambutan serta pelukan hangat dari seorang wanita yang meneriakkan namanya heboh di depan pintu. Sayna menyalami wanita itu, dan membiarkan dirinya dipeluk serta dicubit gemas berhubung pipinya makin gendut.“Apa kabar, Tante?” tanyanya memulai basa-basi. Sudah jelas wanita di hadapannya ini tampak lebih kurus dari terakhir kali Sayna mengingatnya, wajah Melia juga agak kuyu. Maklum saja masalah yang menimpa anak-anaknya belakangan pasti membuat beliau kepikiran.“Tante sehat, kamu gimana? Tante kangen banget! Tante nunggu kamu datang lagi ke sini tapi nggak pernah terjadi. Kamu tahu gimana gencarnya tante minta ibu biar kamu ikut pas ada kunjungan ke sini? Coba cek deh surelnya, tante nyepam banget di sana.”Sayna tertawa sungkan, tidak enak harus memutus hubungan dengan wanita canti
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status