Home / Romansa / Skandal Cinta Pilot Angkuh / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Skandal Cinta Pilot Angkuh: Chapter 151 - Chapter 160

214 Chapters

151. Terjerat Lebih Dalam

"Yuk."Joya mengalihkan pandangannya dari jadwal yang ia buat untuk rombongan tur bulan depan ke wajah Gege, "Apa? Mau ke mana?""Lah, lupa?" tanya Gege sembari mengenakan helm ke kepala Joya."Mau ke mana?" tanya Joya makin bingung."Mau ke Dokter lah, kamu lupa kalau kamu sakit?" tanya Gege."Eh ... iya, lupa," sahut Joya sembari mengunci ikatan helmnya dan membereskan semua barang pribadinya. Saking asiknya dia bekerja dia sampai lupa waktu.Mereka pun pergi ke salah satu klinik yang ada di daerah Denpasar, sepanjang perjalanan Joya tersenyum dan menikmati pemandangan yang ada. Dia suka tinggal di sana, ini adalah salah satu keputusan terbaik yang ia lakukan seumur hidupnya.Awalnya Joya merasa hidupnya hancur saat menyerahkan seragam miliknya dan meninggalkan Fajar. Berat? Wah ... jangan di tanya, tiga hari dia di Bali, Joya menangis setiap hari. Untungnya, Gege selalu menolongnya dan menemani dirinya setiap malam, mengajak Joya m
Read more

152. Keputusan Joya

Joya terdiam dan mencoba melakukan panggilan telepon dengan seseorang, jantungnya berdetak di lebih cepat saat melakukan panggilan ini, perasaannya bercampur aduk menjadi satu saat mendengar suara pria di seberang telepon sana. “Iya.” “ ....” Joya memilin-milin bajunya, berusaha untuk mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara. “Halo ... siapa?” tanya lelaki itu lagi. “Ja ... r, Fajar,” cicit Joya dengan gugup. “Joy?” tanya Fajar kaget karena di hubungi mantan kekasihnya itu. “Hai ... kabar kamu bagaimana?” tanya Joya berbasa basi, ia tidak mungkin langsung mengungkapkan berita bahwa dirinya hamil pada Fajar secepat itu. “Baik, kabar kamu bagaimana? Baik?” tanya Fajar dingin. Joya menghela napas saat mendengar betapa dinginnya Fajar menanyakan keadaannya, tiba-tiba saja dadanya terasa sangat sakit dan pilu. Sepertinya, Fajar sudah benar-benar melupakan dan menjauhi dirinya. “Baik ....” “Oh, syukurlah, ad
Read more

153. Menebus Dosa Gege

"Sinting kamu, Joya," maki Gege saat mendengar  perkataan Joya yang membuat dirinya kesal bukan main. Inilah yang Gege takutkan, dia takut Joya berkeinginan untuk menggugurkan kandungannya, perbuatan yang benar-benar bisa membahayakan jiwa Joya dan janin di dalam kandungan.Joya hanya tersenyum miris saat mendengar cacian dari Gege, ah ... sepertinya hidupnya saat ini penuh dengan cacian dan makian dari orang lain."Iya, aku emang sinting, Ge, maaf," isak Joya sembari mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya."Nggak ... maksud aku bukan gitu, aduh, aku nggak bermaksud ngomong gitu, Joya." Air muka Gege berubah menyesal."Nggak papa, memang aku pantas di hina gitu. Manusia macam apa yang punya pikiran akan menggugurkan kandungannya?" ungkap Joya sembari mengusap p
Read more

154. Misteri Yang Tidak Terungkap

"Nikah sama kamu?" tanya Joya kaget saat mendengar perkataan Gege."Iya, nikah sama aku, mau?" tanya Gege.Joya terdiam mendengar perkataan Gege, "Ge, jangan ngaco kamu.""Aku nggak ngaco, aku nggak mau kamu ngelakuin apa yang Szasza lakuin. Aku nggak mau dan mungkin, mungkin kalau aku nikah sama kamu, itu bisa jadi cara aku buat nebus rasa bersalah aku dulu," terang Gege."Nikah? Nggak pake cinta?" Joya menggerakkan bahunya berusaha untuk menolak sentuhan Gege.Gege yang sadar dengan penolakan Joya langsung menurunkan tangannya menjauh dari bahu Joya. "Nggak ... cuman buat status, nggak papa."Joya mengalihkan pandangannya dan menatap cermin ekstra besar yang ada di hadapannya. Pantulan dirinya dan Gege tampak menyedihkan. Sepasang insan yang sama-sama terjerat masa lalu yang kelam dan berlumur penyesalan. Bedanya Joya terjerat makin dalam dengan dosanya bila ia menggugurkan kandungannya.Tanpa sadar Joya mengusap perutnya pelan, ada
Read more

155. Semuanya Sudah Terlambat

"Joy ... Sayang, Joy," panggil Fajar yang yakin kalau suara di ujung telepon sana ada suara Joya."....""Joy, kamu di mana? Aku ke sana, yah, kamu di mana?" tanya Fajar sembari beranjak dari kursinya dan mengambil kunci mobil miliknya. Dia akan kejar Joya ke mana pun juga.
Read more

156 Luapan Emosi Tak Terkontrol

"Maksudnya apa, Joy?"  tanya Fajar sambil berusaha untuk mencerna perkataan Joya. "Terlambat, Jar, aku udah nggak peduli lagi. Aku nggak peduli lagi mau siapa pun nanti yang jadi suami aku," lirih Joya. "Joy, kamu di mana? Udah aku ke sana," bujuk Fajar. "Nggak usah tau aku di mana, mau ke mana, sama siapa, ngapain juga. Aku bukan kekasih kamu lagi." Joya berkata dengan suara bergetar karena menahan tangis dan emosi yang meluap-luap. "Come on, Joy, jangan kaya anak kecil gini," ucap Fajar kebingungan dengan semua perkataan Joya yang seolah berlari menjauh dari dirinya. "Aku bukan anak kecil, Jar. Aku cuman perempuan yang sakit hati akibat cacian dan makian kamu yang tidak beralasan dan nggak mau dengar perkataan aku s
Read more

157. Game On

Sudah sebulan semenjak Joya menutup teleponnya dengan kasar dan menuduhnya menyukai Naomi, hingga membuat Fajar uring-uringan dan mencari Joya ke segala penjuru kota Jakarta tanpa hasil sama sekali, membuat Fajar pasrah dan tidak keluar dari penthouse-nya. Pandangan mata Fajar menatap lurus ke depan, menatap tembok. Fajar hanya duduk terdiam tak bergerak sudah seharian dia duduk di sana dengan baju-baju milik Joya yang berhamburan di sekitarnya.Fajar menggila saat mendengar perkataan Joya bahwa dirinya tidak tegas dalam mengambil tindakan yang berhubungan dengan Naomi dan juga perkataan Szasza mengenai Joya yang akan memaafkan dirinya namun, tidak aka
Read more

158 Sedikit Demi Sedikit

Byan berjalan dengan santai di lorong yang menyambungkan antara pintu lift dan kantor Presdir perusahaan Lar's group. Perusahaan milik keluarga Fajar yang saat ini sedang di titipkan pada dirinya. Lelah rasanya mengurusi dua perusahaan sekaligus, namun, Byan tetap melakukannya dengan suka cita dan tanpa beban. Karena dia merasa Fajar sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri yang selalu membantu dirinya keluar dari kesulitan apa pun, maka tidak rugi sepertinya membantu Fajar. Dan lagi Byan mendengar kabar bahwa semenjak Fajar ditinggalkan oleh Joya, hidup Fajar benar-benar hancur berantakan. Byan kaget saat mendengar kabar kalau Fajar mengundurkan diri sebagai pilot di perusahaan Haruda Indonesia. Padahal, seingat Byan menjadi pilot adalah cita-cita dan jalan hidup yang ingin Fajar lakukan. Dengan santai Byan membuka pintu kant
Read more

159. I Miss You, Joy

Fajar menutup laptopnya, kepalanya sakit karena ia paksa untuk berpikir dengan keras. Seingatnya terakhir ia berpikir sekeras ini mungkin sudah sebelas atau dua belas tahun yang lalu, saat Ayahnya memaksa dirinya untuk mengurus perusahaan dan dia kabur melarikan diri ke New Zaeland."Pusing," keluh Fajar sambil mengusap hidung bagian atasnya karena merasa lelah. Tangannya kirinya mengambil sesuatu yang entah sejak kapan membuat dirinya lebih tenang.Dihirupnya benda yang selalu ia bawa ke mana pun itu, seketika itu juga wangi khas tubuh Joya terhirup dan mengurangi sakit kepalanya. "Joy, pusing kepala aku, Joy."Fajar bermonolog sambil mengusap kepalanya pelan, rasa rindu akan keberadaan Joya membuat Fajar menggila dan mencari Joya di semua kota Jakarta.Joya seolah ditelan bumi, Szasza bungkam dan menolak untuk memberitahukan di mana keberadaan Joya, bahkan Byan sudah angkat tangan dan menyerah untuk membujuk Szasza agar membocorkan di mana Joya berada.
Read more

160. Merindu Entakkan

Fajar mencengkeram bagian belakang kepala Joya saat merasakan isapan dan liukkan lidah Joya di bagian batang kenikmatan miliknya."Joy ...," bisik Fajar saat merasakan setiap liukkan dan kecupan di bagian batang kenikmatan miliknya itu.Fajar meremas dan menarik rambut Joya pelan, menengadahkan kepalanya ke atas menikmati setiap kecupan, liukkan dan rangsangan yang Joya berikan pada batang kenikmatannya itu."Damn." Fajar mendorong tubuh Joya agar melepaskan batang kenikmatan miliknya itu dari mulutnya yang hangat.Fajar menatap manik mata Joya yang tampak cantik tertimpa cahaya lampu kuning dari salah satu lampu di ruang tamunya itu. Bibir mungil itu terbuka dan basah hasil memuja batang kenikmatan miliknya."Joy, jangan pergi lagi," pinta Fajar sambil mengecup bibir Joya pelan dan dalam, meraup manisnya dari setiap jengkal mulut Joya tanpa ampun.Tangan Fajar meremas kedua payudara Joya dan menarik putingnya dengan keras membuat Joya mende
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status