Fajar mencengkeram bagian belakang kepala Joya saat merasakan isapan dan liukkan lidah Joya di bagian batang kenikmatan miliknya.
"Joy ...," bisik Fajar saat merasakan setiap liukkan dan kecupan di bagian batang kenikmatan miliknya itu.
Fajar meremas dan menarik rambut Joya pelan, menengadahkan kepalanya ke atas menikmati setiap kecupan, liukkan dan rangsangan yang Joya berikan pada batang kenikmatannya itu.
"Damn." Fajar mendorong tubuh Joya agar melepaskan batang kenikmatan miliknya itu dari mulutnya yang hangat.
Fajar menatap manik mata Joya yang tampak cantik tertimpa cahaya lampu kuning dari salah satu lampu di ruang tamunya itu. Bibir mungil itu terbuka dan basah hasil memuja batang kenikmatan miliknya.
"Joy, jangan pergi lagi," pinta Fajar sambil mengecup bibir Joya pelan dan dalam, meraup manisnya dari setiap jengkal mulut Joya tanpa ampun.
Tangan Fajar meremas kedua payudara Joya dan menarik putingnya dengan keras membuat Joya mende
"Sudah?"Suara lembut nan feminin membuat Fajar makin terhanyut ke alam bawah sadarnya, Fajar menutup kelopak matanya di mana sebelum ia menutup kelopak matanya ia melihat seorang wanita berumur dengan senyuman manis sedang menatapnya."Sudah ...." Fajar berkata pelan, saking pelannya mungkin hanya dirinya dan Tuhan yang tau apa yang Fajar katakan.
Hari itu Brendalina sedang menikmati harinya sambil makan bersama teman-temannya. "Brendalina, itu coba artis kamu, kok, makin bikin pusing, yah, kaya makin sulit diatur," ucap Cici sembari mengisap rokoknya dengan tangan gemulai. Brendalina hanya bisa menggeleng berusaha untuk menenangkan dirinya karena pusing dengan kelakuan Naomi. "Hei, jawab, Cint," pinta Olla yang ingin tahu tentang kehidupan Naomi yang saat ini pemberitaan tentang kehamilannya sedang panas-panas nya di bahas di semua media. "Aduh, aku malas ngomongnya. Naomi itu susah banget dikasih tau, sumpah aku kalau dia kena lagi satu aja masalah mending aku pergi aja tinggalin dia. Capek aku," ucap Brendalina jujur sembari mengusap-usap dahinya yang tiba-tiba berdenyut karena menahan sakit.
"Wow ... wow ... wow ... kabar yang mencengangkan kita dapatkan dari artis tenar, kita sebut saja namanya Nao—""Eh ... eh ... itu bukan inisial, Madam," ucap salah satu pembawa acara gosip Inseret, salah satu acara berita infotaiment terfavorite di salah satu channel di Indonesia."Aduh, madam keceplosan, abis ini beritanya beuh ... bikin merinding disko." Madam Sahara menunjukkan lengannya sembari mengusapnya pelan."Aduh, kenapa ini ada apa?""Ternyata, hei, ternyata ada seorang artis berinisial N yang di kenal publik sebagai artis termanis dan terbaik, ternyata terlibat prostitusi artis." Madam Sahara memukul tangan kanannya dengan kepalan tangan kiri."OMG, fakta apa gosip?" tanya lawan bicara Madam dengan suara yang dibuat-buat."Menurut kepolisian, sih, fakta. Tapi, kita harus ambil asas praduga ta
“Ngomong apa kamu? Siapa yang berani usir kamu dari rumah?” tanya Tresno kebingungan saat mendengar jeritan istrinya yang sangat kebingungan bercampur ketakutan. “Aku nggak tahu, aku nggak tahu, Pih,” isak Liby kebingungan. “Lah, kok nggak tahu? Usir saja kalau tidak tahu, kok kamu izini mereka masuk ke dalam rumah?” tanya Tresno menahan emosinya, astaga ... bencana apa lagi yang akan mereka alami. Apa lagi ini? Kenapa mereka terusir dari rumah. “Aku nggak paham, katanya rumah ini akan dilelang oleh Bank, memang Papih belum bayar hutang Papih? Kemarin bukannya sudah lunas?” tanya Liby yang berjuang untuk mengingat hutang piutangnya yang sudah lunas. “Hah?!” Tresno berdiri dari duduknya dan berjalan menjauh dari Naomi yang sedang menatapnya dengan tatapan kebingungan bercampur sendu dan penuh dengan air mata. “Mereka bilang rumah ini akan dilelang untuk membayar hutang.” “Hutang apa? Kita sudah bayar semua hutang-hutang itu,” ucap Tresn
Tresno berlari tergopong-gopong ke dalam rumahnya dan mendapati istrinya menangis juga menjerit saat melihat semua mobilnya diambil oleh beberapa petugas yang mengenakan seragam hitam-hitam."Mamih, kenapa ini?" tanya Tresno sambil berlari mendekati Liby yang sudah berteriak-teriak seperti orang gila dan menarik-narik rambutnya."Papih, ini bagaimana? ini bagaimana? kamu punya hutang apa? Hutang kita sudah lunas semuanya, kenapa ini ada apa?" isak Liby yang memukuli suaminya dengan kesal dan geram karena merasa ditipu, bagaimana tidak, baru kemarin suaminya bilang kalau semua hutang-hutangnya sudah lunas. Namun, saat ini semua mobil dan rumah juga seluruh aset-aset mereka disita untuk membayar hutang."Sumpah, Mih, Papih sudah bayar semuanya, ini semua perbuatan Fajar?!" terang Tresno yang menuntun Liby untuk duduk di teras rumah supaya dapat menenangkan dirinya.&n
Fajar duduk dengan santai di kursi kelas bisnis, sepanjang perjalanan Fajar hanya melihat layar ponselnya yang menunjukkan gambar Joya yang sedang tersenyum pada dirinya. Dia mulai merutuki kebodohannya yang lupa dengan apa yang Joya katakan kalau dirinya pergi ke mana pun carilah dia di Bali. Ah, bodoh sekali dirinya sampai melupakan hal sepenting itu, andai dia ingat ini sejak jauh hari mungkin saat ini dia sudah bersama dengan Joya. "Fajar." Suara bariton menyadarkan Fajar dari lamunannya, dengan cepat dialihkan pandangannya dari layar ponsel ke arah sumber suara dan mendapati Liam yang sedang tersenyum pada dirinya. "Liam?" tanya Fajar yang kaget mendapati Liam ada di sana. "Kamu mau ke Bali?" tanya Liam.
Bukit Campuhan, Gianyar, Bali.Pukul 15.00 WITAJoya menutup kelopak matanya berusa menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya, sudah satu jam Joya duduk dan menatap pemandangan di Bukit Campuhan.Sejak datang ke Bali Joya selalu datang ke Bukit Campuhan setiap minggunya, tempat di mana Fajar memaksanya untuk menikah dan tempat di mana Joya merasakan kehangatan pelukkan Fajar yang masih Joya rasakan hingga detik ini."Joya," panggil seseorang dengan suara maskulin.Detik itu juga Joya merasakan rasa hangat di tubuhnya karena selimutan kain yang diberikan oleh Gege. "Ge ....""Udah?" tanya Gege sembari duduk di samping Joya, sudah seperti suatu ritual setiap minggunya Gege menemani Joya ke bukit ini, entah apa yang dipikirkan Joya hingga dia selalu kembali ke bukit ini.
Bukit Campuhan, Gianyar, BaliPukul 17.00 WITAFajar menjalankan mobilnya secara gila-gilaan dari arah Bandara Internasional Ngurah Rai Bali ke arah Bukit Campuhan, Gianyar. Entah kenapa dirinya merasa kalau saat ini dia harus secepatnya berada di sana, dia yakin seratus persen kalau Joya ada di sana dan sedang menunggunya.Tanpa terasa Fajar menambah laju kecepatan mobilnya dengan cepat di salah satu tikungan, tanpa dia sadari dirinya hampir menabrak sebuah mobil mini bus yang oleng ke kanan."Sial!?" teriak Fajar sambil menstabilkan kembali laju mobilnya, sekilas dia melihat ke arah spion mobil dan mendapati mobil yang hampir ditabrak olehnya sudah stabil kembali dan kupingnya berdenging saat mendengar klaksonnya.Fajar berusaha untuk menenangkan dirinya dan memarkirkan m
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F