Joya terdiam dan mencoba melakukan panggilan telepon dengan seseorang, jantungnya berdetak di lebih cepat saat melakukan panggilan ini, perasaannya bercampur aduk menjadi satu saat mendengar suara pria di seberang telepon sana.
“Iya.”
“ ....” Joya memilin-milin bajunya, berusaha untuk mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara.
“Halo ... siapa?” tanya lelaki itu lagi.
“Ja ... r, Fajar,” cicit Joya dengan gugup.
“Joy?” tanya Fajar kaget karena di hubungi mantan kekasihnya itu.
“Hai ... kabar kamu bagaimana?” tanya Joya berbasa basi, ia tidak mungkin langsung mengungkapkan berita bahwa dirinya hamil pada Fajar secepat itu.
“Baik, kabar kamu bagaimana? Baik?” tanya Fajar dingin.
Joya menghela napas saat mendengar betapa dinginnya Fajar menanyakan keadaannya, tiba-tiba saja dadanya terasa sangat sakit dan pilu. Sepertinya, Fajar sudah benar-benar melupakan dan menjauhi dirinya.
“Baik ....”
“Oh, syukurlah, ad
Xoxo Gallon yang hobi kellon Maaf kemarin nggak update tapi hari ini update 4 bab, yah hehehe
"Sinting kamu, Joya," maki Gege saat mendengar perkataan Joya yang membuat dirinya kesal bukan main. Inilah yang Gege takutkan, dia takut Joya berkeinginan untuk menggugurkan kandungannya, perbuatan yang benar-benar bisa membahayakan jiwa Joya dan janin di dalam kandungan.Joya hanya tersenyum miris saat mendengar cacian dari Gege, ah ... sepertinya hidupnya saat ini penuh dengan cacian dan makian dari orang lain."Iya, aku emang sinting, Ge, maaf," isak Joya sembari mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya."Nggak ... maksud aku bukan gitu, aduh, aku nggak bermaksud ngomong gitu, Joya." Air muka Gege berubah menyesal."Nggak papa, memang aku pantas di hina gitu. Manusia macam apa yang punya pikiran akan menggugurkan kandungannya?" ungkap Joya sembari mengusap p
"Nikah sama kamu?" tanya Joya kaget saat mendengar perkataan Gege."Iya, nikah sama aku, mau?" tanya Gege.Joya terdiam mendengar perkataan Gege, "Ge, jangan ngaco kamu.""Aku nggak ngaco, aku nggak mau kamu ngelakuin apa yang Szasza lakuin. Aku nggak mau dan mungkin, mungkin kalau aku nikah sama kamu, itu bisa jadi cara aku buat nebus rasa bersalah aku dulu," terang Gege."Nikah? Nggak pake cinta?" Joya menggerakkan bahunya berusaha untuk menolak sentuhan Gege.Gege yang sadar dengan penolakan Joya langsung menurunkan tangannya menjauh dari bahu Joya. "Nggak ... cuman buat status, nggak papa."Joya mengalihkan pandangannya dan menatap cermin ekstra besar yang ada di hadapannya. Pantulan dirinya dan Gege tampak menyedihkan. Sepasang insan yang sama-sama terjerat masa lalu yang kelam dan berlumur penyesalan. Bedanya Joya terjerat makin dalam dengan dosanya bila ia menggugurkan kandungannya.Tanpa sadar Joya mengusap perutnya pelan, ada
"Joy ... Sayang, Joy," panggil Fajar yang yakin kalau suara di ujung telepon sana ada suara Joya."....""Joy, kamu di mana? Aku ke sana, yah, kamu di mana?" tanya Fajar sembari beranjak dari kursinya dan mengambil kunci mobil miliknya. Dia akan kejar Joya ke mana pun juga.
"Maksudnya apa, Joy?" tanya Fajar sambil berusaha untuk mencerna perkataan Joya. "Terlambat, Jar, aku udah nggak peduli lagi. Aku nggak peduli lagi mau siapa pun nanti yang jadi suami aku," lirih Joya. "Joy, kamu di mana? Udah aku ke sana," bujuk Fajar. "Nggak usah tau aku di mana, mau ke mana, sama siapa, ngapain juga. Aku bukan kekasih kamu lagi." Joya berkata dengan suara bergetar karena menahan tangis dan emosi yang meluap-luap. "Come on, Joy, jangan kaya anak kecil gini," ucap Fajar kebingungan dengan semua perkataan Joya yang seolah berlari menjauh dari dirinya. "Aku bukan anak kecil, Jar. Aku cuman perempuan yang sakit hati akibat cacian dan makian kamu yang tidak beralasan dan nggak mau dengar perkataan aku s
Sudah sebulan semenjak Joya menutup teleponnya dengan kasar dan menuduhnya menyukai Naomi, hingga membuat Fajar uring-uringan dan mencari Joya ke segala penjuru kota Jakarta tanpa hasil sama sekali, membuat Fajar pasrah dan tidak keluar dari penthouse-nya. Pandangan mata Fajar menatap lurus ke depan, menatap tembok. Fajar hanya duduk terdiam tak bergerak sudah seharian dia duduk di sana dengan baju-baju milik Joya yang berhamburan di sekitarnya.Fajar menggila saat mendengar perkataan Joya bahwa dirinya tidak tegas dalam mengambil tindakan yang berhubungan dengan Naomi dan juga perkataan Szasza mengenai Joya yang akan memaafkan dirinya namun, tidak aka
Byan berjalan dengan santai di lorong yang menyambungkan antara pintu lift dan kantor Presdir perusahaan Lar's group. Perusahaan milik keluarga Fajar yang saat ini sedang di titipkan pada dirinya. Lelah rasanya mengurusi dua perusahaan sekaligus, namun, Byan tetap melakukannya dengan suka cita dan tanpa beban. Karena dia merasa Fajar sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri yang selalu membantu dirinya keluar dari kesulitan apa pun, maka tidak rugi sepertinya membantu Fajar. Dan lagi Byan mendengar kabar bahwa semenjak Fajar ditinggalkan oleh Joya, hidup Fajar benar-benar hancur berantakan. Byan kaget saat mendengar kabar kalau Fajar mengundurkan diri sebagai pilot di perusahaan Haruda Indonesia. Padahal, seingat Byan menjadi pilot adalah cita-cita dan jalan hidup yang ingin Fajar lakukan. Dengan santai Byan membuka pintu kant
Fajar menutup laptopnya, kepalanya sakit karena ia paksa untuk berpikir dengan keras. Seingatnya terakhir ia berpikir sekeras ini mungkin sudah sebelas atau dua belas tahun yang lalu, saat Ayahnya memaksa dirinya untuk mengurus perusahaan dan dia kabur melarikan diri ke New Zaeland."Pusing," keluh Fajar sambil mengusap hidung bagian atasnya karena merasa lelah. Tangannya kirinya mengambil sesuatu yang entah sejak kapan membuat dirinya lebih tenang.Dihirupnya benda yang selalu ia bawa ke mana pun itu, seketika itu juga wangi khas tubuh Joya terhirup dan mengurangi sakit kepalanya. "Joy, pusing kepala aku, Joy."Fajar bermonolog sambil mengusap kepalanya pelan, rasa rindu akan keberadaan Joya membuat Fajar menggila dan mencari Joya di semua kota Jakarta.Joya seolah ditelan bumi, Szasza bungkam dan menolak untuk memberitahukan di mana keberadaan Joya, bahkan Byan sudah angkat tangan dan menyerah untuk membujuk Szasza agar membocorkan di mana Joya berada.
Fajar mencengkeram bagian belakang kepala Joya saat merasakan isapan dan liukkan lidah Joya di bagian batang kenikmatan miliknya."Joy ...," bisik Fajar saat merasakan setiap liukkan dan kecupan di bagian batang kenikmatan miliknya itu.Fajar meremas dan menarik rambut Joya pelan, menengadahkan kepalanya ke atas menikmati setiap kecupan, liukkan dan rangsangan yang Joya berikan pada batang kenikmatannya itu."Damn." Fajar mendorong tubuh Joya agar melepaskan batang kenikmatan miliknya itu dari mulutnya yang hangat.Fajar menatap manik mata Joya yang tampak cantik tertimpa cahaya lampu kuning dari salah satu lampu di ruang tamunya itu. Bibir mungil itu terbuka dan basah hasil memuja batang kenikmatan miliknya."Joy, jangan pergi lagi," pinta Fajar sambil mengecup bibir Joya pelan dan dalam, meraup manisnya dari setiap jengkal mulut Joya tanpa ampun.Tangan Fajar meremas kedua payudara Joya dan menarik putingnya dengan keras membuat Joya mende
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F