Semua Bab Skandal Cinta Pilot Angkuh: Bab 121 - Bab 130

214 Bab

121. Game On

Marlo mengenakan pakaiannya dalam diam, perkataan Naomi benar-benar membuat dirinya marah. "Kalau udah pakai baju kamu keluar aja yah, kamu tau kan jalan keluar nya," ucap Naomi setelah mengenakan pakaiannya dan berjalan meninggalkan Marlo yang hanya menatap Naomi nanar. "Nao ...," panggil Marlo. "Apa?" tanya Naomi tanpa membalikkan tubuhnya sama sekali. "Sebegitu hebat kah Fajar sampai kamu nggak mau sama aku?" tanya Marlo bingung kenapa Naomi tetap bersikeras kembali ke pelukan Fajar. Naomi menghela napasnya pelan, "Bukan, Fajar lelaki berengsek yang selalu mencaci dan memaki aku di setiap kesempatan." "Terus ngapain kamu tetap sama dia?" tanya Marlo bingung, manusia macam apa yang tetap ingin dicaci dan dimaki. "Aku ingin liat dia menderita!? Dia nggak boleh bahagia ...." "Dengan mengorbankan kebahagiaan kamu?" tan
Baca selengkapnya

122. Mental Break Down

Naomi yang sedang mengunyah buah mangga dan membaca majalah Fashion terkejut saat mendengar suara ribut-ribut dari arah pintu penthousenya.   "Siapa lagi yang membuat ulah!? Nggak bisa apa tenang sedikit!" maki Naomi di dalam hatinya.   "Naomi," jerit Brendalina seraya berlari ke arah Naomi.   "Brendalina!? Mau kamu apa sih, demen banget bikin heboh. Nggak bisa lebih tenang?" tanya Naomi kesal seraya melemparkan majalah dan mangkok plastik berisikan mangga ke meja.   "Naomi gawat, gawat ...." Brendalina memekik dengan wajah pias sedangkan tangannya mengipas-ngipas di depan wajahnya.   "Kenapa?" tanya Naomi dengan suara bernada tinggi.   "Bukan ... itu ... itu ...." Telunjuk Brendalina mengarah pada TV 80 inci milik Naomi yang tidak menyala. "Itu."   Naomi mengikuti arah telunjuk Brendalina dengan bingung, "Apa? Kenapa TV-nya, kerasukan?"
Baca selengkapnya

123. Penyakit Hati

"Naomi!?" jerit Brendalina seraya menahan tangan Naomi yang akan menghunjamkan pisau ke lehernya.    Dengan sigap Brendalina mengambil pisau di tangan Naomi dan melemparkannya ke sembarang arah. Naomi memang tidak menghunjam lehernya namun, pisau itu sudah menggores leher Naomi hingga mengeluarkan darah yang lumayan banyak.   "Naomi, Cinta ... nggak gini Sayang," pekik Brendalina sembari mencari lap dan menekan luka leher Naomi, seketika itu juga lap berwana putih berubah menjadi merah.    "Aku nggak mau Fajar bahagia, dia harus sengsara. Dia udah hancurin semuanya, dia harus sengsara!?" jerit Naomi bercampur dengan isak tangis dan rasa dendam kesumat yang Naomi rasakan. Dihina juga dimaki oleh Fajar membuat dirinya membenci Fajar hingga ke tulang sumsumnya.   
Baca selengkapnya

124. Pembaca Kecewa

“Marlo, aku bersyukur kamu datang ke sini,” ucap Byan sembari menepuk bahu Marlo setelah konferensi pers berakhir. “By the way, kamu dapat rekaman itu dari siapa?” “Fajar,” jawab Marlo pendek. “Kapan dia ngasih ke kamu?” tanya Byan bingung, kapan saudaranya itu bertemu dengan Marlo? Seingatnya Fajar membenci Marlo, bahkan untuk bernapas satu ruangan dengan lelaki itu saja Fajar enggan. “Adalah, aku sedang malas menjelaskannya.” Marlo sama sekali tidak mood menjelaskan apa pun saat ini. Matanya hanya menatap layar ponselnya dan beralih ke layar TV yang terus memutar tayangan dirinya yang melakukan konferensi pers. Byan yang mengerti dengan keadaan Marlo yang sangat membutuhkan ketenangan setelah melakukan konferensi pers yang setidaknya menguak aibnya sendiri beranjak dari sana dan berjalan ke arah Szasza. “Yang ... bagaimana?” tanya Byan. “Bagaimana apanya?” Szasza balik bertanya karena kurang paham dengan arah pertanyaan Byan.
Baca selengkapnya

125. Berengsek?!

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Jakarta, kita telah mendarat di Bandar udara internasional Soekarno hatta, kami persilahkan kepada Anda untuk tetap duduk sampai pesawat ini benar-benar berhenti dengan sempurna pada tempatnya dan lampu tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan. Berakhirlah sudah penerbangan kita pada hari ini atas nama Haruda Indonesia kapten Aldi, dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat berpisah dan semoga dapat berjumpa lagi di dalam penerbangan Haruda Indonesia lain waktu. Sebelum meninggalkan pesawat, kami ingatkan kembali kepada Anda untuk memeriksa kembali bagasi kabin Anda agar tidak ada barang yang tertinggal. Para penumpang dengan lanjutan penerbangan silahkan melapor pada bagian layanan pindah pesawat di ruang penerbangan. Terima kasih." Suara renyah Joya terdengar di bagian pesawat kelas ekonomi, setelah pesawat mendarat di runway dengan mulus.   Joya kemudian bersiap-siap bersama dengan Frida untuk m
Baca selengkapnya

126. Stop or I Go

"Berengsek!?" teriak Fajar sembari berjalan mendekati lelaki yang menghina Joya, sayangnya Joya menahan tubuh Fajar. "Jangan Jar, udah biarin aja," bisik Joya yang tidak mau membuat kerusuhan. "Hahaha ... cuman bisa teriak doang," ucap lelaki itu sembari berjalan mendekati Fajar dan mendorong bahu Fajar. Fajar kaget saat didorong oleh lelaki yang tidak ia kenal yang sudah beraninya menghina Joya, "Maksudnya apa!?" "Kamu yang maksudnya apa? Bilang saya berengsek!" ucap lelaki itu yang mulai tersulut emosinya karena melihat air muka menyebalkan Fajar. "Lah emang situ berengsek, hina Joya seenaknya! Kampung!?" teriak Fajar membalas dorongan lelaki yang menghina Joya itu. Ak
Baca selengkapnya

127. Just You, Me and World

"Aa ... aw ... sakit, Jar, pelan," bisik Joya saat merasakan Fajar mengusap bagian ujung bibirnya. "Pedih, Jar." Joya meremas kemeja Fajar menahan rasa sakitnya saat merasakan usapan Fajar di bagian pipinya yang bengkak. "Jar, pelan." "Aku pelan Joy," ucap Fajar sambil mengelus selembut dan sepelan mungkin pipi Joya. "Ini udah mode paling lembut yang aku punya."
Baca selengkapnya

128. Harder Deeper Faster

"Ah ...," desah Joya saat merasakan sentuhan Fajar di balik seragamnya, tangan Fajar menyusul ke balik seragamnya dan menarik paksa bra yang ia kenakan. Tubuhnya terangkat ke atas saat Fajar menarik bra miliknya dan mencampakkannya entah ke mana. Kancing seragamnya sudah terbuka dan menunjukkan payudara milik Joya yang puting berwarna merah jambunya sudah mengeras akibat di tarik oleh Fajar. Roknya sudah naik hingga paha, cela
Baca selengkapnya

129. Manusia Menyusahkan.

"Lo sinting!?" "Hah ...." Fajar menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang meneleponnya. "Lo sinting!?" "Apa sih, Byan!? Siapa yang sinting?" balas Fajar geram karena di panggil sinting oleh Byan. Punya hak apa
Baca selengkapnya

130 Kamu Harus Tanggung Jawab

"Kenapa bisa begini, Brendalina?" tanya Liby sambil menatap sendu anak semata wayangnya yang sedang tertidur di atas ranjang rumah sakit. Suara dengkuran halus Naomi terdengar pelan dan lembut. Tangan Liby mengusap-usap pergelangan tangan Naomi pelan berharap bisa memberikan kehangatan untuk anaknya. "Brendalina sama Naomi liat berita tentang Marlo yang bilang kalau anak yang ada di dalam kandungan Naomi itu anak dia," ucap Brendalina sambil memilin-milin bajunya, dia gelisah di bawah pandangan mengintimidasi yang Tresno layangkan pada dirinya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
22
DMCA.com Protection Status