"Kenapa bisa begini, Brendalina?" tanya Liby sambil menatap sendu anak semata wayangnya yang sedang tertidur di atas ranjang rumah sakit. Suara dengkuran halus Naomi terdengar pelan dan lembut. Tangan Liby mengusap-usap pergelangan tangan Naomi pelan berharap bisa memberikan kehangatan untuk anaknya.
"Brendalina sama Naomi liat berita tentang Marlo yang bilang kalau anak yang ada di dalam kandungan Naomi itu anak dia," ucap Brendalina sambil memilin-milin bajunya, dia gelisah di bawah pandangan mengintimidasi yang Tresno layangkan pada dirinya.
Naomi mencoba membuka kelopak matanya yang sangat berat dan susah untuk dibuka, rasanya Naomi hanya ingin tidur dan tidak melakukan apa pun. Tubuhnya letih dan lelah, sayup-sayup Naomi mendengar suara dari Ponsel Brendalina yang sedang duduk di sebelahnya. Naomi langsung tau apa yang sedang di tonton oleh Brendalina, pasti manajernya itu sedang menonton salah satu channel Utube yang membahas gosip artis dan pasti mereka sedang membicarakan dirinya. Dengan masih menutup matanya, Naomi menajamkan pendengarannya. Mencoba mendengarkan perkataan orang-orang yang ada di ponsel Brendalina. "Aku nggak menyangka banget yah, yang ternyata perempuan nggak benar itu Naomi." "Ah ... aku sih udah menyangka dari awal yang lonte itu, Naomi." "Naomi mukanya baik tapi, hatinya busuk yah
Manda menatap layar ponselnya dengan tatapan kesal, sudah satu jam dia berselancar di dunia maya. Mencari berita mengenai Naomi, Joya dan Fajar. Hatinya hancur saat melihat banyak orang yang awalnya menyanjung dan memuja Naomi saat ini malah berbalik menghujat artis kesayangannya itu. Astaga ingin rasanya Manda merobek mulut-mulut yang mengina Naomi, Manda tau apa pun yang dilakukan oleh artis kesayangannya itu pasti ada sebabnya.
Marlo menepuk-nepuk bahu Naomi pelan dan membuai Naomi dengan bisikkan pelan pengantar tidur, mencoba untuk menenangkan Naomi. "Marlo," panggil Brendalina dari arah pintu kamar sembari membawa berkas-berkas tagihan rumah sakit yang harus Marlo bayar. "Shutt ...." Marlo meletakkan telunjuk tangan kanannya di bibir, meminta Brendalina berkata dan bergerak sepelan mungkin agar tidak membangunkan Naomi yang baru saja tertidur sete
Seharian ini Naomi tersenyum bahagia, dia melakukan semuanya dengan hati berbunga-bunga. Bahkan, dia dengan tenangnya mau menjalani semua pemeriksaan. "Makan dulu, Nao," pinta Marlo sembari menyuapi Naomi sesuap nasi. "Iya," jawab Naomi ceria, kerlingan bahagia terlihat jelas di matanya. Marlo bersyukur melihat perubahan yang terjadi pada Naomi yang tiba-tiba ceria dan mau makan apa pun yang Marlo berikan. Bahkan, saat tadi dia datang Naomi tersenyum sangat manis pada Marlo. "Kamu kalau setiap hari kaya gini, aku seneng," ucap Marlo sembari menyuapkan lagi sesendok makan ke mulut Naomi. "Kenapa?" tanya Naomi sembari tersenyum manis. "Kamu jadi makin cantik, Nao," ungkap Marlo jujur, Naomi memang tampak sangat cantik saat ini, aura ibu hamil yang dimiliki Naomi seakan terpancar dan membuat Marlo makin menyukai Naomi. “Oh, ya?” tanya Naomi sembari tersenyum senang. Naomi hanya bisa tersenyum dan menyembunyikan apa yang me
Kring ... Kring ... kring .... Sayup-sayup terdengar suara alarm ponsel Fajar yang membuat Joya terbangun dari tidurnya, Joya yang masih mengantuk mendorong-dorong tubuh Fajar keras, berharap Fajar bangun dan mematikan alarm ponselnya. “Jar ... bangun, alarm,” bisik Joya sembari berbalik memunggungi Fajar dan berusaha untuk melanjutkan tidurnya. Kring ... Kring ... Kring .... Joya menghela napasnya saat masih mendengar suara alarm ponsel Fajar, “Jar ... alarm,” bisik Joya sembari memukul-mukul tubuh Fajar geram, astaga ... tidak bisakah dia tidur dengan tenang hari ini. Dia sedang tidak ada jadwal terbang sama sekali dan seingatnya Fajar pun tidak ada jadwal terbang sama sekali. “Hmm ....” Fajar berusaha untuk mengambil ponsel di belakang tubuhnya dan mematikan alarmnya, melemparkan ponselnya sesuka hatinya. “Udah,” ucap Fajar sembari menarik tubuh Joya untuk lebih mendekat lagi. Joya pasrah saat tubuhnya ditarik oleh Fajar, dia hanya
Joya menggigiti kuku tangannya sambil melihat kaca jendela mobil Fajar, dia resah dan gelisah menghadapi hari ini. Pikirannya berputar-putar dan napasnya sesak juga berat, ia bingung kesalahan apa yang ia perbuat hingga dirinya harus bertemu dengan Chief-nya di kantor maskapai miliknya.Apakah dia melakukan kesalahan? Apakah ada penumpang yang mengirimkan email keluhan ke dirut maskapai, argh ... kepalanya sakit memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Cobaan apa lagi ini Tuhan!?Puk ....Joya merasakan usapan di paha yang menyadarkan dirinya dari lamunan, "Iya, kenapa, Jar?""Tenang ... apa pun yang terjadi aku bakal ada di samping kamu," ucap Fajar mencoba menenangkan Joya."Iya." Joya hanya bisa tersenyum mendengar perka
Joya tersipu-sipu mengingat perkataan Fajar, dengan cepat dia melangkahkan kakinya ke arah ruangan Chief. Setelah sedikit beradu argumentasi dengan Fajar, akhirnya Fajar mengalah dan menunggu di lobi bawah.Joya terus melangkah melewati berbagai macam pigura yang menunjukkan prestasi kantornya hingga dirinya berdiri di depan pintu kantor Chief perusahaannya.Tok ... Tok ... Tok ....Joya mengetuk pelan pintu itu dan saat membuka pintunya saat ada suara yang mengizinkannya untuk masuk. Matanya langsung membulat saat melihat Chief-nya Mbak Mayang sedang tersenyum padanya."Masuk, Joya," pinta Mayang sembari mengarahkan tangannya pada kursi di hadapannya meminta Joya duduk.Dengan patuh Joya duduk di sana dan menatap Mayang sambil
"Hasan Basrie dan Mami Marimar," bisik Joya pelan, tubuhnya bergetar saat melihat mereka berdua masuk di temani Manda dan tentu saja Naomi.Astaga, harusnya Joya tahu siapa manusia laknat yang ada di balik pemecatannya ini. Siapa lagi kalau bukan Naomi, argh ... tidak cukup kah wanita sial ini memorak-porandakan kehidupannya."Hai ... Joya, masih inget Mamih?" tanya Marimar sembari mengedipkan sebelah matanya.Joya hanya bisa menelan ludahnya, rasa takut bercampur kalut juga cemas benar-benar Joya rasakan saat ini. Dia kaget kenapa mereka berdua bisa ada di sini? Kenapa masa lalunya bisa diketahui oleh Naomi dan Manda? Ya Tuhan ... mau apa lagi manusia menyebalkan bernama Manda itu? Argh ... andai tidak ada Mayang mungkin Joya sudah menendang Manda dan mencabik wajah Naomi."Sil
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F