Home / Romansa / SECRETARY DAN CEO / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of SECRETARY DAN CEO : Chapter 1 - Chapter 10

40 Chapters

Bab1

~~~~~~Dua tahun sebelumnya ...,Beberapa majalah bisnis yang mencatut nama perusahaanya tercetak dan beredar di seluruh Ibukota. Berita-berita ekonomi dan bisnis menyuarakan namanya dan mengagungkan perusahaannya. Bahkan media elektronik juga tak luput memberitakan tentangnya. Perkembangan Artha Group semakin melesat menembus kejayaan yang di impikan Aditya. Menempati jajaran sepuluh perusahaan properti yang merajai industri pembangunan di Indonesia, membuat pria itu nampak bangga dengan hasil yang ia peroleh dari tahun ke tahun. Tak tanggung-tanggung, jumlah aset yang sudah dimiliki perusahaan Aditya sampai detik ini berkisar 58,76 trilliun dan hal itu terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 57,65 trilliun. Hal ini membuat perusahaannya menjadi salah satu perusahaan yang di rekomendasikan dalam pembangunan apa pun di beberapa wilayah. Selain itu, nampaknya kejayaan Aditya tak hanya di Indonesia. Perusahaan cabang yan
Read more

Bab 2

Secretary sang CEO ~~~~Dua buah brankar terdorong dengan cepat hingga menimbulkan suara decitan di setiap gesekan roda dan lantai rumah sakit. Begitu pun langkah Devan—sahabat Aditya— yang menemukan pria itu sudah tak sadarkan diri beserta mobil yang sudah hancur dan sosok Marco yang juga sama kondisinya, turut menyamai langkah para medis yang akan membawa tubuh Aditya ke IGD. Beruntung, ia mengangkat panggilan dari Aditya malam itu dan bentuk keterdiaman tak mendapat jawaban setelah disapa berkali-kali, membuat Devan segera melacak keberadaan sahabatnya itu."Maaf, Mas, silakan anda menunggu di luar selama pemeriksaan dokter." Seorang perawat mulai menutup pintu IGD setelah dua brankar masuk ke dalam ruangan itu. Meskipun Devan memang tak pernah turut campur masalah pekerjaan Aditya, tetapi apa pun kondisi Aditya di saat seperti ini pastilah ia selalu ada. Menjadi sahabat pria itu selama beberapa tahun ke belakang membuat Devan sudah
Read more

Bab 3

Secretary sang CEO ~~~~~Satu bulan kemudian ~ Pria berusia 45 tahun itu kini tengah merasa senang, sebab kabar terbaru yang ia dengar adalah ketidak stabilan kondisi keponakannya dan parahnya Aditya sudah satu bulan tidak sadarkan diri. Ia tersenyum miring di depan kaca ruang ICU yang menunjukkan tubuh Aditya yang terbaring lemah dengan beberapa alat medis di tubuhnya. Beberapa kali ia melihat bahwa kondisi Aditya benar-benar mengkhawatirkan dan hal itu jelas membuatnya semakin bahagia.'Lihatlah dirimu, kamu begitu lemah Aditya! Bodoh!' umpat Alexander Juan dalam hati.Senyum di bibirnya semakin lebar, hingga suara ponsel memekikkan telinga untuk beberapa detik membuyarkan atensinya. Ia pun segera merogoh ponsel itu dan melihat nama yang tercetak di layar benda pipih itu . Sandra is calling ... Alexander menatap nama itu dengan malas, tetapi tetap mengangkat panggilan Sandra. Ia pun menempelkan po
Read more

Bab 4

Secretary sang CEO ~~~~Jalanan macet, polusi udara sudah menguar dan klakson mobil serta motor yang memekikan telinga dimana-mana, menjadi pemandangan yang lazim di Ibukota Jakarta dengan segala kesibukannya pagi ini. Sosok perempuan muda berusia 22 tahun baru saja turun dari ojek yang mengantarnya ke kantor media cetak "Metropolitan Post". "Terima kasih, Pak, ini uangnya ...," ucap gadis itu sembari menyerahkan selembar kertas berwarna biru. "Waduh, Neng, kelebihan ini. Bapak belum ada pelaris pagi-pagi gini," timpal pengemudi ojek tersebut dengan raut bingung menerima selembar lima puluh ribuan. "Sisanya buat Bapak saja," ujarnya ramah."Wah terima kasih, Neng, kalau begitu Bapak pergi dulu." Perempuan itu menganggukkan kepalanya setelah itu ia membalikkan badan dan berjalan ke arah kantor media cetak itu. Anggi Putri Salsabilla, gadis cantik berambut panjang hitam kecokelatan yang selalu ia ikat meru
Read more

Bab 5

Secretary sang CEO Anggi terkejut mendengar titah Aditya kepada kedua tangan kanannya. Itu artinya ia akan berdua dengan Aditya saja. Ia sudah gugup sedari tadi dan berharap tidak ada yang meninggalkannya, tapi harapannya tidak terwujud dengan langkah kaki kedua tangan kanan pria itu menjauh meninggalkan ruangan ini. Ia masih tidak enak hati dengan kejadian di lobi utama tadi dan membuatnya terdiam di depan Aditya. "Emm ... Pak Adit, jika ada hal yang perlu dibicarakan dengan Anggi terkait pekerjaan biar sama sa—" "Tidak perlu. Biar saya sendiri yang memberitahunya ...," potong Adit menolak tawaran Sandra yang sedari tadi terus menatap ke arah Anggi. Sontak saja, Sandra merasa perhatian Aditya sudah teralihkan oleh sosok Anggi. Dengan perasaan kesal yang ia tutupi sempurna ia keluar dari ruangan Aditya. Perempuan itu masih mengingat bagaimana tatapan serta senyum tipis pria itu pada Anggi. Setelah ia tutup pintu ruangan
Read more

Bab 6

Secretary Sang CEO (beberapa scene terdapat konten18+)Senja di ufuk barat telah lama tenggelam dan langit yang menggelap telah tiba. Sekitar pukul tujuh malam yang tercetak jelas di jam tangannya, Anggi mendecak dengan kesal karena selepas makan siang ia sama sekali tak melakukan hal yang membuatnya banyak gerak. Perempuan itu sangat lelah jika harus menunggu tanpa melakukan kegiatan apa pun, hanya saja ia harus menunggu Aditya hingga pria itu menyelesaiakan pekerjaannya. Sudah beberapa jam Anggi hanya duduk di depan meja kerja Aditya sebab perintah pria itu benar-benar tidak bisa ditentangnya. Ia sangat lelah dan matanya mulai mengantuk. Perempuan itu pun meletakkan kepalanya di atas meja kerja Aditya dengan berbantal tangan, berharap sang atasan tidak peduli dengan tingkah tidak sopannya kali ini. Selang beberapa menit kemudian, Aditya pun melirik perempuan itu dan seulas senyum muncul begitu saja di bibirnya. Ia kemudian menutup dokumen
Read more

Bab 7

Secretary sang CEO Hari semakin larut, rasa lelah yang Aditya rasakan sama sekali tidak lagi terasa dan digantikan dengan rasa cemas. Pria itu sedari tadi hanya bisa mondar-mandir di depan ruang ICU—setelah sebelumnya anaknya berada di IGD—guna menanti kabar yang mampu melegakan semua kecemasan. Ia khawatir dengan kondisi Aurel—anak perempuannya dari Sabrina— yang tak ia ketahui penyebabnya sampai detik ini. Bahkan Sabrina seakan bungkam dan tak berani mengatakan hal yang sebenarnya pada Aditya. Beberapa jam telah ia lewati hingga bunyi decit yang ditimbulkan pintu ruang ICU dan lantai membuat Aditya langsung bergerak menemui dokter yang keluar dari ruangan tersebut. "Keluarga Aurel Kavindra," panggil pria yang bertitle dokter itu. "Saya Papanya. Bagaimana keadaan anak saya, Dok?"Begini, Pak. Saya Dokter Erwin yang menangani anak Bapak beberapa bulan terakhir ini. Jadi, menurut hasil pemeriksaan kami, kanker Aurel sudah
Read more

Bab 8

Secretary sang CEO Waktu pun berlalu, satu minggu sudah kepergian Aurel dalam hidup Aditya dan Sabrina. Kembali tenggelam akan hal yang sama sekali tak pernah ia inginkan. Namun, ia sadar semua yang datang pasti akan kembali pergi. Kepergian sang anak nampaknya membuat Aditya harus menghabiskan waktu satu minggu untuk benar-benar merelakan kepergian Aurel. Ia sadar, dirinya tak boleh berlarut dalam kesedihan berlama-lama atau hal itu akan membuatnya kembali dalam masalah mental yang sudah susah payah ia kendalikan. Hari ini di depan pusara sang anak ia berdiri dan terdiam, menatap kembali makam anaknya yang masih bau bunga semerbak dan tanahnya pun masih basah. Kini Aditya seolah telah menyetel kembali sikapnya menjadi sosok yang sangat dingin dan mungkin menciptakan stigma pada orang lain bahwa dirinya tidak akan terlalu terbuka. Tidak ada senyum lagi darinya untuk siapa pun. Kehilangan seseorang yang dia sayang berkali-kali membuat
Read more

Bab 9

Secretary sang CEO Tatapan tajam mengarah tepat ke manik mata Sandra. Aditya benar-benar tidak suka dengan pemandangan yag tidak sengaja ia lihat. Entah, ia memilih ingin membela Anggi daripada Sandra yang sudah bertahun-tahun di sampingnya. Nalurinya mengatakan bahwa Anggi tidak dalam posisinya yang salah. "Sikapmu benar-benar tidak pantas Sandra!" hardik Aditya. "Tapi aku ... aku hanya—""Bedebah! Pergi dari Anggi! Jangan ganggu dia lagi! Paham!" perintah Aditya. Sandra tidak menyangka Adit akan membela Anggi dan mempermalukan dirinya di depan perempuan itu. Ia sontak menatap Anggi dengan aura kebencian dan pergi dari hadapan Aditya dengan setengah berlari. Air matanya sudah jatuh tanpa terasa, rasa kesal di dadanya bertambah dan menimbulkan kebencian pada sosok Anggi. "Kamu enggak kenapa-kenapa?" tanya Aditya yang nampak khawatir dengan perempuan itu. Anggi menggelengkan kepalanya. "Tida
Read more

Bab 10

Secretary sang CEO Hari berganti hari hingga enam bulan lamanya, Anggi sudah melewati semua hari-harinya bersama Aditya. Ia sudah terbiasa menyiapkan semua keperluan pribadi  sang atasan. Selama ia tinggal di rumah pria itu sedikit banyak ia tahu sifat atasannya seperti apa, tahu kesukaan Aditya dan mengerti segala hal tentang pria mapan itu. Entah, apakah Sandra juga mengerti Aditya atau tidak. Sejak kehadiran Anggi yang ternyata mampu dengan cepat mempelajari suatu hal, membuat Aditya merasa cukup. Sandra tidak lagi menjabat sebagai sekretaris pribadi Aditya, ia benar-benar telah di promosikan menjadi Sekretaris Eksekutif yang membawahi semua jajaran administrasi perusahaan. Keputusan Aditya tak mampu dibantah oleh perempuan yang sudah bertahun-tahun mengikutinya, walaupun sempat terjadi perdebatan pribadi antara Sandra dan Aditya, nyatanya hal itu tak merubah keputusan pria itu."Pak Aditya, saya sudah siapkan kemeja, jas kerja, d
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status