Home / Romansa / My Arrogant Lawyer / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of My Arrogant Lawyer: Chapter 201 - Chapter 210

264 Chapters

Lenguhan Kecil

PLAK! Satu tamparan langsung mendarat sempurna di pipi kiri Raj. Belum juga rasa nyeri setelah terkena bogem mentah oleh Endy hilang, kini Mai menambah rasa sakit itu dengan satu tepukan keras yang membuat rasa panas di pipi Raj melebar. “Sakit, Mai!” decak Raj dengan tangan kiri yang sudah berada di pipi. Sementara itu, tangan kanannya masih betah mengalung pada pinggang Mai. “Itu bayaran karena kamu sudah kurang ajar!” seru Mai lalu menggigit bibir bawahnya yang terasa kebas. Tidak hanya bibir bawahnya, tapi bibir bagian atasnya pun kini terasa tebal. “Kenapa gak dari tadi-tadi namparnya?” balas Raj dengan memicing jahil. “Sudah dilepas, baru nampar. Begitu enak, diam aja menikmati.” “Pergi sana!” usir Mai kemudian beranjak dari pangkuan Raj. Sudah lelah dengan gejolak emosi, yang sedari pagi selalu saja naik turun tanpa bisa ditepi. Mai membuka pintu kamar tidurnya lalu masuk ke dalam dan duduk di tepi tempat tidur. Melepaskan stilettonya s
Read more

Satu Tarikan Napas

Riuh pesta resepsi pernikahan Qai yang masih menggema megah, membuat setiap orang hanya saling sibuk dengan diri sendiri, pasangan, atau pun rekan satu frekuensinya. Tidak terkecuali Sinar yang sedari tadi hanya sibuk menempel pada pada sang suami. Saling berdebat, tertawa, dan menikmati masa-masa bahagia yang masih bisa mereka rengkuh. Di tengah-tengah riuhnya pesta, Nando tergesa mendatangi Pras dan membisikkan sesuatu. Senyum hangat yang tadinya hanya tertuju pada Sinar kini berubah datar. “Di mana Mai sekarang?” tanya Pras sambil berdiri mengancingkan tuksedonya. Sinar yang duduk di sebelah Pras otomatis menatap curiga. Ikut berdiri dan tanpa bertanya lagi, ia langsung mengikuti Nando dan berjalan di samping Pras. “Nah, aku gak tahu kalau itu, Om,” jawab Nando sembari memelankan langkahnya agar bisa sejajar dengan Pras. “Manajer rooftop cuma laporan, kalau Mai bermasalah sama dua cowok di atas, sampai cowoknya pukul-pukulan. Terus, Mai masuk lift sama cow
Read more

Tertidur Lelap

“Kalian tidur di sini malam ini,” titah Sinar seraya mengemasi beberapa skincare yang ada di wastafel kamar mandi. Ada beberapa peralatan make up, yang juga Sinar masukkan ke dalam tasnya. Mai yang hanya berdua di kamar dengan sang bunda, tidak menjawab. Ia sibuk meratapi nasib sembari terbaring lelah di atas tempat tidur. Mau tidur di mana pun juga tidak masalah bagi Mai. Yang benar saja, dirinya dan Raj tidak mungkin akan langsung melakukan malam pertama, bukan? Ah, memikirkannya saja Mai langsung menggeram kesal dan kembali merutuki dirinya sendiri. Merasa begitu bodoh, karena terlena dengan sebuah kenikmatan yang berujung kesialan seperti sekarang. Sejauh ini, sang bunda juga tidak mengungkit tentang kejadian memalukan yang ada di kamar Mai beberapa waktu lalu. Sinar sepertinya enggan untuk membahas hal tersebut dengan Mai. Kedua orang tua Mai itu, hanya langsung mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah, daripada harus memberi ceramah panjang lebar
Read more

Kapan-kapan

Mai terbangun ketika merasakan benda yang bergetar tanpa henti di atas tempat tidurnya. Tangannya pun menjelajah untuk menggapai benda yang telah mengganggunya. Saat tangannya mendapatkan sebuah benda persegi pipih yang diyakini Mai adalah ponselnya. Tanpa memperhatikan nama yang tertera di sana, ibu jari Mai langsung menggeser icon berwarna hijau lalu meletakkan benda pipih itu di telinganya.“Hm!” gumam Mai untuk menyapa seseorang yang sudah mengganggu tidurnya. Mai bahkan kembali menutup matanya dan masih ingin melanjutkan kegiatannya barusan.“Raj?” ujar suara seorang wanita yang bernada tanya di seberang sana.“Raj?” Mai balik bertanya dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya. “Kamu siapa?” Wanita di ujung saluran juga bertanya balik dan terdengar tidak sabaran. “Di mana Raj? Kenapa hapenya bisa sama kamu pagi-pagi begini?”“Raj?” tanya Mai sekali lagi sambil me
Read more

Berbahagialah

Seusai mandi, Mai keluar dan mendapati sang bunda sudah duduk di sofa yang berada di samping jendela kaca. Menatap hamparan gedung di luar sana dengan raut wajah yang sama sekali tidak bisa dibaca.“Sudah bangun, Nda?” tanya Mai yang tidak biasanya berbasa-basi seperti ini. Mai masih merasa tidak enak hati karena perbuatannya dengan Raj tadi malam. Merasa bersalah karena sudah mengecewakan kedua orang tuanya dengan berbuat hal yang tidak senonoh dengan seorang pria di dalam kamar.“Hm,” Sinar menggumam lalu menoleh pelan pada Mai yang masih memakai bathrobe. Langkah putrinya itu langsung tertuju pada sebuah tas yang tergeletak di samping pintu. Mai membawa tas tersebut lalu meletakkannya di atas tempat tidur.“Raj di luar sama ayah,” lanjut Sinar memberi tahu.‘Oh.” Mai mengambil baju ganti, lengkap dengan pakaian dalamnya, lalu berbalik menatap Sinar. “Aku ganti baju bentar, Nda.”Sinar t
Read more

Lima Belas Menit

Raj akhirnya bisa bernapas lega, setelah Pras dan Sinar keluar dari kamar yang ditempatinya. Kalau saja semalam ia tidak melakukan kesalahan, mungkin berbicara dengan Pras tidak akan semenegangkan seperti pagi ini.Meskipun begitu, Raj masih bisa mengatakan bahwa dirinya beruntung, karena Pras tidak menyinggung apapun mengenai kejadian tadi malam. Pria itu hanya berbicara tegas dalam memberi nasihat untuk kebahagiaan putrinya ke depan. “Duduk,” kata Mai memberi perintah ketika melihat Raj masuk ke dalam kamar. Mai menunjuk sofa yang ada di samping jendela dengan dagunya. Sedangkan dirinya sendiri, kini tengah duduk bersila di sudut ranjang.Diperintah seperti itu, Raj tentu saja enggan melaksanakannya. Kenapa juga mereka harus duduk berjauhan, sedangkan status keduanya saat ini adalah sepasang suami istri. Mereka sudah sah di mata agama dan sudah halal jika duduk berdempetan apalagi saling menyentuh.Untuk itu, Raj melangkahkan kakinya mengha
Read more

Belajar Mencintai

Seakan belum puas telah menjeritkan nama Mai dalam pelepasannya, Raj terus saja menjalarkan bibirnya sesuka hati pada tubuh sang istri. Begitu memuja, begitu mendamba. Andai penyatuan ini bukan yang pertama bagi mereka terutama bagi Mai, maka Raj tidak akan segan untuk mengambil haknya kembali. Namun, Raj masih tahu diri karena sang istri mengeluh nyeri dan masih belum terbiasa dengan penyatuan yang baru saja mereka lakukan. “Jauh sana!” geram Mai berkata ketus sembari berbalik perlahan untuk memunggungi Raj. Sangat berbanding terbalik ketika tubuhnya berada di bawah Raj dan mendesahkan nama sang suami berulang kali. Ternyata, rasa sakit saat menyatukan diri untuk pertama kali, benar-benar terasa nyata. “Panas, tauk! Mana laper!” Bukannya menjauh, Raj malah semakin menempelkan tubuh polos mereka yang masih b
Read more

Sang Permaisuri

Pertama kali menginjakkan kaki di kamar Mai, Raj benar-benar dibuat takjub. Bukan masalah barang-barang yang sudah pasti harganya setinggi langit, tapi Raj terkesiap dengan luas kamar tersebut. “Ay, kamarku di rumah mama, sama kamar di rumahku yang lagi renov, besarnya gak ada separuh dari kamarmu,” ujar Raj memberi tahu. Mai hanya menggumam lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan helaan lega. Benar-benar ingin beristirahat karena tubuhnya terasa remuk dan bagian intinya masih terasa nyeri.  Apakah efek bercinta memang seperti ini?  Untuk masalah kamar, dari dulu Mai memang tidak pernah mempermasalahkan hal seperti itu. Mai juga sering menginap di rumah mendiang oma July, tepatnya di kamar sang bunda dahulu kala. Besar kamarnya pun tidak sampai
Read more

Milik Raj Seorang

“Eit!” Raj buru-buru mencekal tangan sang istri yang hendak keluar dari roda empat miliknya, yang baru saja berhenti sempurna di parkiran basement gedung Casteel High. Pagi ini, adalah hari pertama Raj mengantarkan Mai sebagai seorang suami, bukan lagi sebagai supir pribadi. Wajah datar Mai itu menoleh. “Apa lagi?” “Cium,” pinta Raj tanpa beban sama sekali. Mai dengan cepat menepis tangan Raj dan sedikit menekuk wajah. “Gak mau, aku sudah pake lipstik!” Raj berdecak seketika, lalu kembali meraih tangan sang istri. “Lipstikmu itu mahal, kan? Jadi, gak mungkin belepotan.” Raj selalu saja punya alasan dan beribu cara untuk meminta jatah pada Mai. “Tadi pagi sudah, kan?” 
Read more

Sudah Selesai

"Siang, Mbak Mai," sapa Byakta yang tidak sengaja bertemu dengan Mai di lantai sepuluh tempat jajaran direksi berada.  Mai yang masih terpaku di dalam lift itu pun mengangguk. Membalas sapaan Byakta dengan sikap formal yang sama. "Siang, Mas By." Meskipun keduanya bekerja di gedung yang sama, intensitas pertemuan Mai dan Byakta hampir tidak pernah terjadi pada jam kerja. Keduanya terkadang hanya bertemu ketika pagi hari saat berangkat kerja,  jam makan siang, atau ketika pulang sore harinya. Itu pun hanya saling berpapasan dan bertegur sapa secara formal. Tersadar dan tidak ingin pintu lift tertutup kembali, Mai buru-buru melangkah keluar. Sedangkan Byakta, masih saja membatu di depan pintu, tanpa melepas pandangannya pada Mai sedikit pun.
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
27
DMCA.com Protection Status