"Siang, Mbak Mai," sapa Byakta yang tidak sengaja bertemu dengan Mai di lantai sepuluh tempat jajaran direksi berada.
Mai yang masih terpaku di dalam lift itu pun mengangguk. Membalas sapaan Byakta dengan sikap formal yang sama. "Siang, Mas By."
Meskipun keduanya bekerja di gedung yang sama, intensitas pertemuan Mai dan Byakta hampir tidak pernah terjadi pada jam kerja. Keduanya terkadang hanya bertemu ketika pagi hari saat berangkat kerja, jam makan siang, atau ketika pulang sore harinya. Itu pun hanya saling berpapasan dan bertegur sapa secara formal.
Tersadar dan tidak ingin pintu lift tertutup kembali, Mai buru-buru melangkah keluar.
Sedangkan Byakta, masih saja membatu di depan pintu, tanpa melepas pandangannya pada Mai sedikit pun.
Mai bersedekap tegak, dengan tas branded merk ternama yang ia selipkan pada lipatan siku. Menatap datar pada seorang wanita yang sepertinya pernah Mai lihat, tapi ia lupa di mana tepatnya. Jika dilihat dari penampilannya yang begitu elegan, wanita tersebut pastilah berasal dari keluarga terpandang. Mai bisa melihat semua itu dari kacamata, pakaian, tas dan sepatu yang dikenakan wanita itu. Sangat berkelas dan yang pasti, seluruh barang yang dipakai wanita itu bukanlah barang imitasi. “Jadi, kamu yang namanya Mai? Permaisuri?” tanya wanita yang juga tengah berdiri dan menatap Mai dengan teliti. Mai mengangguk pelan, masih berpikir tentang siapa wanita di depannya saat ini. Ketika jam pulang kerja tiba, Mai diberitahu kalau ada seorang wanita yang ingin menemuinya. Hal itu terjadi, ketika Mai sudah berada di lobi d
Seperti biasa, Raj selalu melukiskan senyum lebarnya ketika bertemu dengan Mai. Meskipun, senyuman tersebut seringkali hanya dibalas dengan tatapan datar, dan tarikan sudut bibir nan tipis yang begitu formal.Mai yang tengah duduk di meja kerjanya di dalam kamar, hanya menoleh sejenak. Setelahnya, ia kembali menatap layar laptop untuk melanjutkan beberapa pekerjaan yang ia bawa pulangRaj melepaskan tas ransel yang berisi pakaiannya di atas ranjang. “Suami pulang, itu disambut, Ay.” Membuka resleting tas, lalu mengeluarkan sebuah paper bag.“Mau aku sambit pake apa?” ujar Mai datar, dengan tatapan masih tertuju pada layar 16 incinya.Raj menggeleng dengan helaan. Beranjak menghampiri Mai lalu meletakkan paper bag yang dibawanya di atas jemari Mai dengan sengaja. Raj menunduk dengan cepat, lalu memeluk tubuh Mai dari belakang dan menjatuhkan satu kecupan singkat pada pipi sang istri. “Disambit pake cium.”Mai mena
Setelah makan malam, sepasang pengantin baru itu langsung diminta Sinar untuk duduk di ruang keluarga. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan Sinar mengenai resepsi pernikahan Raj dan putrinya nanti.Sementara itu, Pras lebih memilih untuk melipir ke ruangan lain, daripada ikut campur dengan hal yang menurutnya sangat merepotkan.“Kalian resepsi satu bulan lagi, seminggu setelah Enda pulang dari Sidney,” kata Sinar duduk di kursi ratu dengan elegan. “Semua nanti, sudah diatur sama WO.”“Kok buru-buru,” protes Mai seolah tidak setuju. “Mas Qai baru juga nikah, masa’ bulan depannya aku yang nikah.”“Gak masalah,” seloroh Sinar seraya mengibaskan tangan satu kali di depan wajah. “Keburu kamu hamil, Mai. Nanti malah gak enak dilihat orang.”Mai dan Raj kemudian saling pandang tanpa kata.“Eh, bentar,” ujar Sinar tiba-tiba. “Kalian gak nun
“Buka!”Kedua bahu Mai langsung merosot kaku, setelah mendengar titah Raj barusan. Belum ada satu menit Mai selesai memakai lingerie merah menyala, dengan menahan semua rasa panas karena ditatap penuh hasrat oleh sang suami. Kini, Raj malah memintanya untuk melepaskan kembali gaun tipis transparan tersebut dengan seenaknya.“Maumu apa, sih!” Mai menarik cepolan surai ikalnya dengan kasar hingga terjuntai begitu indah. Hal tersebut semakin menambah aura seksi yang menguar panas di dalam ruang. “Tadi nyuruh pakek sekarang minta dibuka!”Bibir tipis Raj itu menyeringai seksi. Melangkah maju menghampiri Mai seraya membuka kaos dan melemparnya ke sembarang arah.“Cantik.” Raj meraih pinggang Mai dengan satu tangan dan merapatkan ke tubuhnya. Satu tangan yang lain kini menyusuri paras elok, yang membuat Raj langsung menjatuhkan hati ketika pertama kali bertemu secara langsung.Sebenarnya, Raj pernah b
Hola Mba Beb, bab ini gratis dan bukan update –Moon maap– eheheh … Pertama-tama, makasih buat semua dukungan Mba Beb sekalian, karena Sinar dan Pras meraih juara 1 event GoodNovel dengan tema “Kekasih Brengsekku”. Jadi, saya mau bagi-bagi hadiah berupa 3000 koin gratis untuk 30 pembaca yang beruntung. It means, 1 pembaca akan mendapat 100 koin. Caranya mudah banget. Sila tinggalkan kesan, kritik, maupun sarannya di komentar, dan jangan lupa bintang limanya. Ini berlaku di dua cerita on going saia, yaitu : ~ My Arrogant Lawyer (20 pembaca) ~ Sexiest Journalist (10 pembaca) Gampang, kan! Jadi tunggu apa lagi? ~~ Untuk pemenang, nanti bakal diumumin di akhir bulan yaak. Eeehh, satu lagi, saia juga bakal ngasih hadiah kejutan untuk 3 pemberi gems terbanyak di My Arrogant Layer dan Sexiest Journalist setelah tamat. Hal ini sebagai ungkapan rasa terima kasih karena sudah banyak mendukung kedua cerita itu. Sekali
Raj berbaring di sebelah Mai dengan senyum puas. Lampu kamar yang masih berpendar terang itu, menandakan keduanya masih saja belum terlelap. Meskipun, jarum jam yang terpaku di dinding, kini hampir menyentuh angka tengah malam. Mai yang sudah berkali-kali merasakan pelepasannya malam ini, lantas berbaring miring. Menatap wajah yang masih saja mengatur napas, karena sebuah rasa puas yang begitu nikmat. Jika ditelisik lagi, wajah Raj sebenarnya cukup tampan. Tatapan pria itu selalu saja terlihat teduh. Bibir tipis itu pun, selalu memasang senyum ramah kepada siapa saja. Tanpa terkecuali. Namun, entah mengapa Mai selalu saja merasa kesal, ketika melihat senyum itu terlukis sebelum mereka menikah. “Kenapa lihat-lihat,” tanya Raj melarikan maniknya untuk melirik Mai. “Pengen lagi?" Andai tidak mengingat kalau besok adalah hari kerja, Raj pasti akan kembali meminta haknya kepada sang istri. Mai tidak menjawab. Hanya termenung datar, menatap pria yan
“Ay …” “HM!” Gumaman kesal itu sengaja Mai keluarkan untuk merespon panggilan Raj. Sudah berkali-kali Mai mengatakan bahwa ia tidak menyukai panggilan itu, tapi Raj, seolah semakin sengaja menggaungkannya. “Kamu sering ketemu Byakta di kantor?” “Hm.” Mai yang tengah menjalin simpul dasi di leher Raj, kembali menggumam seraya mengangguk. Tatapannya tetap tertuju pada juntaian dasi yang masih berada di tangan. Kalau biasanya, ia akan memakaikan dasi untuk Qai, tapi kini, setiap pagi Mai akan memakaikannya di leher sang suami. Layaknya sang bunda, yang dulu selalu melakukan hal tersebut pada Pras. Lantas sejauh ini, Mai hanya mengikuti apa yang dilakukan Sinar setiap harinya. Dari menyiapkan pakaian, sampai membantu Raj untuk memakai jasnya. Mai sudah merekam semua itu tanpa cela di dalam ingatan sedari kecil. “Sering ngobrol?” “Nope.” “Pernah makan siang bareng?” “Nope.” “Pernah ahkk
“Belum pulang, Mai?” Bira yang tadinya hendak keluar menuju pintu utama, berhenti sejenak di depan Mai yang tengah duduk santai di sofa lobi. “Jam kantor sudah lewat setengah jam. Pak Ibam ke mana?” “Pak Ibam sudah kusuruh pulang.” Mai memangku wajahnya dengan satu tangan yang bertumpu pada lengan sofa. “Aku di jemput Raj, mau ke tempat mama mertua.” “Rajnya belum nyampe, sudah jam segini?” “Ada kecelakaan di jalan deket kantornya, jadi agak macet.” “Ohh …” Bibir Bira membulat paham. “Bener, kan, yang Om bilang waktu itu, kalau jodoh, gak bakal ke mana! Mau dia sudah pdkt sama anak gubernur, kalau gak jodoh, ya ZONK.” Mai menatap datar pada sang om dengan helaan. Bira mengetahui semua itu pasti dari sang bunda. Memangnya dari siapa lagi? “Gak usah diungkit.” “Baru begitu aja, sudah cemburu.” Bira menyematkan senyum lebar yang ditujukan untuk meledek keponakannya. “Salam buat Raj, ya! Besok-besok, ajak makan malam di
Hola Mba beb ...My Arrogant Lawyer beneran tamat, kok. :D :D :DMeskipun saia juga gak rela, tapi, udah waktunya mup~on. Jadi cukup sekian dan terima kasih banyak sudah nemeni Pras sama Sinar sampai beranak pinak di GoodNovel.Sediih ... karena buat saia pribadi, Pras sama Sinar emang tokoh yang paling EUGH!, sampai saia bawa karakter mereka ke GN dengan cerita yang berbeda.Udahan curcolnya, eheheh ... Dan seperti janji saia waktu itu, ada hadiah tambahan untuk top fans setelah MAL tamat yakk. Datanya saia ambil per tanggal 20 Jan 2022 tepat pukul 20.00 WIB 1. Shifa Chibii : 500 koin GN + pulsa 200rb2. Fidyani - : 500 koin GN + pulsa 200rb3. Rafa Damanhuri : 300 koin GN + pulsa 150rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan kirim screenshood ID lewat DM Igeh @kanietha_Kok top fans 1 dan 2 sama dapatnya? Karena total gem yang diberikan ke MAL jumlahnya sama, jadi biar fair, yakk. Saia tunggu konfirmasi sampai hari minggu ya, jadi senin bisa
Pagi yang sibuk. Seperti itulah gambaran hari libur yang selalu dihadapi oleh Mai selama lima tahun belakangan ini. Setelah bangun di pagi hari, ia akan selalu menuju dapur terlebih dahulu untuk membuat camilan juga sarapan, untuk dua orang penghuni yang masih tertidur dengan begitu lelap. Di hari libur seperti ini, putri Mai pasti akan mengungsi ke kamarnya dan mereka akan selalu berakhir dengan tidur bertiga. Meskipun ingin protes karena jatah malamnya akan berkurang, tapi Raj tidak bisa menolak jika putri kecil mereka sudah merengek untuk minta tidur bersama. Tidak hanya itu, Raj merupakan seorang ayah yang sangat memanjakan putri semata wayang mereka itu. Apapun yang gadis kecilnya itu minta, Raj pasti akan menurutinya tanpa kata tapi. “Mamiii …” Langkah kecil yang tergesa itu berlari memasuki dapur dengan ma
Dengan iming-iming bahwa Rajlah yang nantinya akan mengurus bayi mereka saat malam menjelang, ketika telah lahir. Akhirnya, Mai setuju untuk bertahan dan melahirkan secara normal. Meskipun, banyak drama yang diciptakan dan entah sudah berapa luka serta cubitan yang telah diterima, Raj hanya pasrah saja. Karena ada masanya nanti, ia akan membalas semua ‘dendam’ saat ini pada Mai. Tunggu saja saat masa nifas istrinya itu selesai, maka Raj benar-benar akan membalasnya. Sampai pada akhirnya, Raj benar-benar terhenyak ketika kuku-kuku nan lentik dan terawat itu kembali menusuk pada luka yang sama. Hanya saja, kali ini tancapan kelima jemari itu lebih bertenaga dari yang sudah-sudah. Ditambah, jeritan sang istri yang sangat panjang itu, ternyata mengakhiri semua perjuangan seorang Mai. Seorang bayi perempuan nan cantik, akhirnya lahir ke dunia dengan penuh perjuangan. Mendengar tangis pertama yang begitu kencang dari bayi mungil mereka, membuat Raj seketika menitikkan air
Begitu keluar dari mobil yang berhenti di depan lobi pintu rumah sakit, Sinar langsung menelepon Raj untuk bertanya mengenai kamar yang Mai tempati saat ini. Namun, satu hal yang membuat Sinar akhirnya menggelengkan kepala, karena putri dan menantunya itu masih berada di sebuah restoran Padang. Mai masih belum mau beranjak dari sana, karena beralasan perutnya masih terlalu penuh, sehingga enggan untuk melangkah. Pada akhirnya, Sinar dan Pras hanya bisa menjenguk Sila untuk sementara sembari menunggu Mai sampai ke rumah sakit. Sebenarnya, Sinar hendak mengomeli Qai karena tidak memberinya kabar sama sekali mengenai kondisi Sila. Putranya itu juga tidak mengangkat, ketika Sinar meneleponnya. Hingga rasa penasaran bercampur kesal, kini hendak ia luapkan pada putranya itu, sampai Sinar merasa puas. Namun, setelah Sinar dan Pras masuk ke dalam ruangan yang ditempati Sila saat ini, semua rasa kesal itu akhirnya hilang. Melihat Sila yang benar-benar terbarin
Pikiran Sinar dan Pras kali ini benar-benar terpecah. Sungguh merasa tidak nyaman dengan Bira dan sang istri. Setelah pagi tadi Qai tidak bisa menghadiri pernikahan, karena harus menjaga Sila yang mendadak pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Kini, Raj menelepon untuk mengabarkan hal yang sama. Tidak bisa menghadiri akad nikah yang akan berlangsung, karena kondisi Mai yang mulai kontraksi dan harus berangkat ke rumah sakit. “Gimana?” tanya Pras setelah Sinar kembali menelepon Raj. “Ini lagi mau jalan ke rumah sakit.” Sinar meraih tangan Pras dan meremasnya dengan kuat. Menyalurkan kecemasan yang kini tengah menggelayut di hatinya. Melahirkan seorang anak ke dunia tidak akan pernah mudah. Untuk itulah, rasa cemas di hati Sinar kini semakin menjadi-jadi. “Sudah ngomong sama Bira?” Pras mengangguk. “Sudah, setelah akad nikah selesai. Kita langsung ke rumah sakit.” “Aku gak enak sama Bira kalau begini,” keluh Sinar. “Terus maumu itu bagaima
Sejak kejadian hari itu, Raj sangat berhati-hati dalam mengeluarkan ucapannya. Semua Raj lakukan demi calon putrinya, demi Mai dan tentu saja demi keluarga kecilnya. Mengingat wajah Pras ketika mengancamnya kala itu, hati Raj juga sempat waswas dengan nasibnya jika Mai sampai tidak ingin berbaikan dengannya. Bukan karir yang Raj permasalahkan, tapi, nasib rumah tangga yang sudah pasti akan tercerai berai. Apalagi, jika nantinya ia tidak bisa bertemu dengan istri dan anaknya ketika telah terlahir ke dunia. Hanya satu hal itu yang Raj cemaskan, ketika sang mertua sempat memberi ancaman sedemikian rupa. Namun, nasib akhirnya berpihak pada Raj. Sang istri ternyata tidak sesulit itu ketika dibujuk. Bahkan, jika dipikir lagi, Mai itu cenderung penurut meskipun harus banyak drama yang tercipta sebelumnya. Asal kemauannya dituruti, maka dunia akan aman sejahtera. Hanya itu kuncinya jika ingin berhasil saat bernegosiasi dan berhadapan dengan Mai. Masalah hati, R
Begitu mendengar penjelasan dokter, mengenai kondisi Mai dan kandungannya baik-baik saja, ketiga orang yang saat ini berada di kamar VVIP itu langsung bernapas lega.“Meskipun baik-baik saja, tapi tingkat stresnya tetap harus dijaga,” lanjut dokter menjelaskan kondisi psikis Mai yang memang harus tetap diperhatikan karena tengah hamil besar. “Karena dampaknya, tidak akan baik bagi kondisi janin.”Manik Sinar dan Pras kompak menatap Raj dengan sebuah tanda tanya besar. Tampaknya, rumah tangga putrinya dengan Raj, sedang tidak baik-baik saja. Kalau Mai tidak stres, tidak mungkin putri mereka itu akan terdampar di rumah sakit seperti sekarang.“Baik, Dok, terima kasih,” ucap Sinar dan sang dokter itu berlalu dari ruang rawat inap tersebut. Menyisakan keempat orang yang kini saling pandang dalam diam.“Stres?” Pras menghampiri sang putri lalu duduk di tepi tempat tidurnya. “Kalian berdua bertengkar?”
Raj memang sengaja pulang terlambat. Bahkan, Raj pulang ke rumah saat langit sudah berubah kelam. Hatinya masih merasa kesal karena kejadian siang tadi. Ia bahkan sampai melupakan, kalau sudah membayar kamar hotel yang akan ditempati malam ini bersama sang istri.Ketika roda empatnya sudah berhenti di depan pagar, Raj mengernyit memandang rumahnya yang gelap gulita. Tidak mungkin kalau Mai belum pulang sampai semalam ini. Atau, Raj telah melewatkan sesuatu?Mengeluarkan ponselnya dari saku jas, Raj meneliti satu pesatu telepon masuk beserta chat yang ia terima dari siang sampai detik ini. Namun, tidak ada nama istrinya di dalam sana.Atau, jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Mai di dalam sana?Bulu kuduk Raj merinding seketika membayangkannya. Ia buru-buru keluar, membuka pagar dan masuk ke dalam rumah dengan tergesa. Menyalakan seluruh penerangan yang ada dan mencari sang istri di setiap sudut rumah.“Mi …”Setelah
“Ke rumah sakit, Pak,” titah Mai setelah Ibam masuk ke dalam mobil dan sudah berada di belakang kemudi.“Ke rumah sakit?” tanya Ibam membalik badan seraya memasang sabuk pengaman. “Rumah sakit mana, Bu? Tadi kata pak Raj, saya disur—”“Ke rumah sakit ibu dan anak,” putus Mai lalu menyebutkan nama rumah sakit yang biasa ia kunjungi setiap bulannya untuk kontrol kandungan. “Nanti sampai sana, Pak Ibam bisa pulang aja.”“Loh, Bu? Kena—”“Jangan bilang sama pak Raj, kalau saya di rumah sakit.” Mai kembali memotong ucapan Ibam. “Udalah Pak, jalan aja. Saya capek banget mau ngomong.”“I-iya, Bu.” Ibam mana berani membantah. Ia langsung melajukan mobilnya ke tempat yang sudah disebut oleh sang majikan. Meskipun banyak tanya yang ada di kepala, tapi Ibam tidak berani bertanya ketika mood Mai terlihat buruk seperti sekarang.Selama