Share

Begitu Damai

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Raj berbaring di sebelah Mai dengan senyum puas. Lampu kamar yang masih berpendar terang itu, menandakan keduanya masih saja belum terlelap. Meskipun, jarum jam yang terpaku di dinding, kini hampir menyentuh angka tengah malam.

Mai yang sudah berkali-kali merasakan pelepasannya malam ini, lantas berbaring miring. Menatap wajah yang masih saja mengatur napas, karena sebuah rasa puas yang begitu nikmat.

Jika ditelisik lagi, wajah Raj sebenarnya cukup tampan. Tatapan pria itu selalu saja terlihat teduh. Bibir tipis itu pun, selalu memasang senyum ramah kepada siapa saja. Tanpa terkecuali.

Namun, entah mengapa Mai selalu saja merasa kesal, ketika melihat senyum itu terlukis sebelum mereka menikah.

“Kenapa lihat-lihat,” tanya Raj melarikan maniknya untuk melirik Mai. “Pengen lagi?" Andai tidak mengingat kalau besok adalah hari kerja, Raj pasti akan kembali meminta haknya kepada sang istri.

Mai tidak menjawab. Hanya termenung datar, menatap pria yan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Niessa Diana
weuw romantis Skali lah mas Raj ni
goodnovel comment avatar
Yunianingsih Surya
aaah akhirnya up jg.... rinduu sm bucinnya Raj n datarnya Mai..... sebenarnya sdh mulai tumbuh benih2 cinta dihati Mai, cm dia blom sadar aja.....
goodnovel comment avatar
Himatul Aliyah Hezryvansinghu
si Raj kerja keras luarr dalam. semangat bang Raj!! semoga perusahaannya segera stabil dan dalamnya perut Mai segera tumbuh baby ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Arrogant Lawyer   Isinya Kamu

    “Ay …” “HM!” Gumaman kesal itu sengaja Mai keluarkan untuk merespon panggilan Raj. Sudah berkali-kali Mai mengatakan bahwa ia tidak menyukai panggilan itu, tapi Raj, seolah semakin sengaja menggaungkannya. “Kamu sering ketemu Byakta di kantor?” “Hm.” Mai yang tengah menjalin simpul dasi di leher Raj, kembali menggumam seraya mengangguk. Tatapannya tetap tertuju pada juntaian dasi yang masih berada di tangan. Kalau biasanya, ia akan memakaikan dasi untuk Qai, tapi kini, setiap pagi Mai akan memakaikannya di leher sang suami. Layaknya sang bunda, yang dulu selalu melakukan hal tersebut pada Pras. Lantas sejauh ini, Mai hanya mengikuti apa yang dilakukan Sinar setiap harinya. Dari menyiapkan pakaian, sampai membantu Raj untuk memakai jasnya. Mai sudah merekam semua itu tanpa cela di dalam ingatan sedari kecil. “Sering ngobrol?” “Nope.” “Pernah makan siang bareng?” “Nope.” “Pernah ahkk

  • My Arrogant Lawyer   Berhenti Berharap

    “Belum pulang, Mai?” Bira yang tadinya hendak keluar menuju pintu utama, berhenti sejenak di depan Mai yang tengah duduk santai di sofa lobi. “Jam kantor sudah lewat setengah jam. Pak Ibam ke mana?” “Pak Ibam sudah kusuruh pulang.” Mai memangku wajahnya dengan satu tangan yang bertumpu pada lengan sofa. “Aku di jemput Raj, mau ke tempat mama mertua.” “Rajnya belum nyampe, sudah jam segini?” “Ada kecelakaan di jalan deket kantornya, jadi agak macet.” “Ohh …” Bibir Bira membulat paham. “Bener, kan, yang Om bilang waktu itu, kalau jodoh, gak bakal ke mana! Mau dia sudah pdkt sama anak gubernur, kalau gak jodoh, ya ZONK.” Mai menatap datar pada sang om dengan helaan. Bira mengetahui semua itu pasti dari sang bunda. Memangnya dari siapa lagi? “Gak usah diungkit.” “Baru begitu aja, sudah cemburu.” Bira menyematkan senyum lebar yang ditujukan untuk meledek keponakannya. “Salam buat Raj, ya! Besok-besok, ajak makan malam di

  • My Arrogant Lawyer   Siap-siap

    Mai duduk di tepi ranjang milik Raj sembari menjelajahkan maniknya. Meneliti tiap barang yang dimiliki oleh pria itu di kamarnya. Terlihat bersih dan rapi. Bahkan kamar Qai yang notabene dibereskan oleh pelayan rumah, tidak serapi milik Raj. Untuk ukurannya, memang sangat jauh jika dibandingkan kamar milik Mai yang ada di rumah. Jika dilihat lagi, ukuran kamar Raj sepertinya tidak jauh beda dengan walk in closet milik Mai yang ada di kamar. Atau, mungkin masih sedikit lebih besar. “Ini kamar, siapa yang bersihin hari-hari?” tanya Mai. “Suamimu, lah,” balas Raj sembari melepas satu per satu kancing kemejanya di depan lemari yang terbuka. “Kadang, Sila, kadang juga mama. Lihat situasi juga, kalau aku sibuk banget, ya gak bakal sempat bersih-bersih.” Raj mengambil kaos

  • My Arrogant Lawyer   Melepaskan Emosi

    “Ckckck, aku baru tahu kalau kamu punya bakat bohong.” Belum ada lima menit roda empat milik Raj menjauh dari rumah orang tuanya, pria itu sudah melempar sindiran kepada Mai. Lantas, yang disindir tidak berkomentar atau menoleh sama sekali. Mai hanya menurunkan sandaran jok, lalu menutup matanya dengan satu tangan. “Ay, suamimu lagi ngomong, di dengar.” “Hm, aku dengar,” sahut Mai dengan mata terpejam. “Silakan dilanjut.” “Kalau aku lanjut, kamu pasti tidur,” pungkas Raj geregetan. “Tidur ajalah, nanti dilanjut kalau sudah sampai.” “Hmm.” Raj menghela. Terkadang, ia harus terus memupuk kesabaran jika menghadapi sisi

  • My Arrogant Lawyer   Maruk

    Sembari menunggu Mai yang berada di kamar mandi, Raj pergi ke walk in closet untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai dan keluar dari ruang penyimpanan pakaian, Raj sudah mendapati Mai duduk di meja riasnya. Menyemprotkan sesuatu di wajah, lalu berlanjut dengan beberapa hal lagi setelahnya. “Kita belum selesai, Ay,” kata Raj lalu duduk sembari bersandar pada headboard. Berselonjor lalu menarik selimut sebatas paha. Manik Mai menatap Raj sekilas dari pantulan cermin meja riasnya. Sembari menepuk-nepuk wajah, Mai memutar sedikit tubuhnya untuk menatap sang suami. “Mau apa lagi?” “Kamu masih berat dengan pernikahan ini?” tanya Raj kembali ke maksud awal pembicaraannya. “Aku mau kamu jujur, Ay.” “Aku, sedang berusah

  • My Arrogant Lawyer   Mandiin Aku

    Sejak awal menjatuhkan hati pada Permaisuri dari keluarga Sagara, Raj paham benar dengan konsekuensi yang akan dihadapi ke depannya. Terlebih, ketika dirinya saat ini sudah menjadi menantu dari keluarga tersebut. Maka, semua gerak geriknya di luaran sana pasti akan lebih disorot lagi. Namun, satu yang Raj tidak habis pikir, kalau Mai berani mengancam menggunakan keahliannya sebagai pengacara. Jika dipikir-pikir lagi, itu berarti Mai tidak ingin Raj berselingkuh darinya. Memangnya, istri mana yang ingin suaminya berbuat serong di luar sana. Hanya saja, satu yang tersirat dari ancaman Mai tersebut. Yaitu, Mai ingin pernikahan yang mereka jalani sekarang tetap bertahan. Semoga, semua ini menjadi awal yang baik untuk kehidupan rumah tangga mereka ke depannya. Lantas, seperti yang sudah dititahkan oleh Sinar waktu itu

  • My Arrogant Lawyer   Announcement

    Hola Mba Beb. Udah akhir bulan, waktunya pengumuman. Yang namanya tertulis di bawah ini, bisa DM ID-nya di igeh saia yaakk @kanietha_ (pake [_] underscore di belakang yakk). Saya tunggu sampai tanggal 4 Nov, yaa. Setelah itu, moon maap kalau hangus. Karena saia ngirim datanya sekaligus ke pihak GN. 1.Luspita Gusti 2.Novel Lovers 3.RF Riani 4.Rna Waty 5.Tralala 6.Aisha Arkana 7.Mia Prahartina 8.Yunianingsih Surya 9.Ratna Puspita 10.Sophia Setiawan 11.Ismaya Melaningsih 12.Lilis Suryani 13.Arunika Eklibb 14.Yielda Sofyan 15.Loetfie Iloet 16.Arie Asmara 17.Retna Seipudien 18.Nuey Azizah 19.MyLusiana 20.Hepi 21.Himatul Aliyah H 22.Kharem Nisya 23.Irwani Siregar 24.Hayati Nur 25.Mala Intan 26.Mmbak6658 27.Niessa Diana 28.Novee Lim 29.Devirulli27

  • My Arrogant Lawyer   Andai

    “Gak besar seperti rumahmu, tapi, lumayan kalau dipake buat bikin anak.” Mai yang tengah membuka sabuk pengaman, langsung melirik datar pada sang suami. Apa Raj sangat menginginkan anak di pernikahan mereka, sehingga yang ada di kepala pria itu hanyalah, anak, anak dan anak. Pagi itu, setelah mereka menikmati sarapan di balkon kamar hotel, Raj mengajak istrinya untuk mengunjungi rumah masa depan mereka. Rumah dua lantai yang mengusung konsep modern dengan sentuhan industrial itu, benar-benar tampak simple dan elegan dari depan. “Dari ruang tamu, tengah, dapur, kamar, sampai rooftop, semuanya bisa dipakai!” Kedua alis tebal Raj itu bergerak naik turun dengan tatapan jahil. “Mulutnya, bisa gak diatur sedikit kalau ngomong?”

Bab terbaru

  • My Arrogant Lawyer   TamaT

    Hola Mba beb ...My Arrogant Lawyer beneran tamat, kok. :D :D :DMeskipun saia juga gak rela, tapi, udah waktunya mup~on. Jadi cukup sekian dan terima kasih banyak sudah nemeni Pras sama Sinar sampai beranak pinak di GoodNovel.Sediih ... karena buat saia pribadi, Pras sama Sinar emang tokoh yang paling EUGH!, sampai saia bawa karakter mereka ke GN dengan cerita yang berbeda.Udahan curcolnya, eheheh ... Dan seperti janji saia waktu itu, ada hadiah tambahan untuk top fans setelah MAL tamat yakk. Datanya saia ambil per tanggal 20 Jan 2022 tepat pukul 20.00 WIB 1. Shifa Chibii : 500 koin GN + pulsa 200rb2. Fidyani - : 500 koin GN + pulsa 200rb3. Rafa Damanhuri : 300 koin GN + pulsa 150rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan kirim screenshood ID lewat DM Igeh @kanietha_Kok top fans 1 dan 2 sama dapatnya? Karena total gem yang diberikan ke MAL jumlahnya sama, jadi biar fair, yakk. Saia tunggu konfirmasi sampai hari minggu ya, jadi senin bisa

  • My Arrogant Lawyer   Benar-benar dicintai

    Pagi yang sibuk. Seperti itulah gambaran hari libur yang selalu dihadapi oleh Mai selama lima tahun belakangan ini. Setelah bangun di pagi hari, ia akan selalu menuju dapur terlebih dahulu untuk membuat camilan juga sarapan, untuk dua orang penghuni yang masih tertidur dengan begitu lelap. Di hari libur seperti ini, putri Mai pasti akan mengungsi ke kamarnya dan mereka akan selalu berakhir dengan tidur bertiga. Meskipun ingin protes karena jatah malamnya akan berkurang, tapi Raj tidak bisa menolak jika putri kecil mereka sudah merengek untuk minta tidur bersama. Tidak hanya itu, Raj merupakan seorang ayah yang sangat memanjakan putri semata wayang mereka itu. Apapun yang gadis kecilnya itu minta, Raj pasti akan menurutinya tanpa kata tapi. “Mamiii …” Langkah kecil yang tergesa itu berlari memasuki dapur dengan ma

  • My Arrogant Lawyer   Kebanyakan Halu

    Dengan iming-iming bahwa Rajlah yang nantinya akan mengurus bayi mereka saat malam menjelang, ketika telah lahir. Akhirnya, Mai setuju untuk bertahan dan melahirkan secara normal. Meskipun, banyak drama yang diciptakan dan entah sudah berapa luka serta cubitan yang telah diterima, Raj hanya pasrah saja. Karena ada masanya nanti, ia akan membalas semua ‘dendam’ saat ini pada Mai. Tunggu saja saat masa nifas istrinya itu selesai, maka Raj benar-benar akan membalasnya. Sampai pada akhirnya, Raj benar-benar terhenyak ketika kuku-kuku nan lentik dan terawat itu kembali menusuk pada luka yang sama. Hanya saja, kali ini tancapan kelima jemari itu lebih bertenaga dari yang sudah-sudah. Ditambah, jeritan sang istri yang sangat panjang itu, ternyata mengakhiri semua perjuangan seorang Mai. Seorang bayi perempuan nan cantik, akhirnya lahir ke dunia dengan penuh perjuangan. Mendengar tangis pertama yang begitu kencang dari bayi mungil mereka, membuat Raj seketika menitikkan air

  • My Arrogant Lawyer   Pendengar Setia

    Begitu keluar dari mobil yang berhenti di depan lobi pintu rumah sakit, Sinar langsung menelepon Raj untuk bertanya mengenai kamar yang Mai tempati saat ini. Namun, satu hal yang membuat Sinar akhirnya menggelengkan kepala, karena putri dan menantunya itu masih berada di sebuah restoran Padang. Mai masih belum mau beranjak dari sana, karena beralasan perutnya masih terlalu penuh, sehingga enggan untuk melangkah. Pada akhirnya, Sinar dan Pras hanya bisa menjenguk Sila untuk sementara sembari menunggu Mai sampai ke rumah sakit. Sebenarnya, Sinar hendak mengomeli Qai karena tidak memberinya kabar sama sekali mengenai kondisi Sila. Putranya itu juga tidak mengangkat, ketika Sinar meneleponnya. Hingga rasa penasaran bercampur kesal, kini hendak ia luapkan pada putranya itu, sampai Sinar merasa puas. Namun, setelah Sinar dan Pras masuk ke dalam ruangan yang ditempati Sila saat ini, semua rasa kesal itu akhirnya hilang. Melihat Sila yang benar-benar terbarin

  • My Arrogant Lawyer   Kapan Lagi

    Pikiran Sinar dan Pras kali ini benar-benar terpecah. Sungguh merasa tidak nyaman dengan Bira dan sang istri. Setelah pagi tadi Qai tidak bisa menghadiri pernikahan, karena harus menjaga Sila yang mendadak pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Kini, Raj menelepon untuk mengabarkan hal yang sama. Tidak bisa menghadiri akad nikah yang akan berlangsung, karena kondisi Mai yang mulai kontraksi dan harus berangkat ke rumah sakit. “Gimana?” tanya Pras setelah Sinar kembali menelepon Raj. “Ini lagi mau jalan ke rumah sakit.” Sinar meraih tangan Pras dan meremasnya dengan kuat. Menyalurkan kecemasan yang kini tengah menggelayut di hatinya. Melahirkan seorang anak ke dunia tidak akan pernah mudah. Untuk itulah, rasa cemas di hati Sinar kini semakin menjadi-jadi. “Sudah ngomong sama Bira?” Pras mengangguk. “Sudah, setelah akad nikah selesai. Kita langsung ke rumah sakit.” “Aku gak enak sama Bira kalau begini,” keluh Sinar. “Terus maumu itu bagaima

  • My Arrogant Lawyer   Alasan Terbaik

    Sejak kejadian hari itu, Raj sangat berhati-hati dalam mengeluarkan ucapannya. Semua Raj lakukan demi calon putrinya, demi Mai dan tentu saja demi keluarga kecilnya. Mengingat wajah Pras ketika mengancamnya kala itu, hati Raj juga sempat waswas dengan nasibnya jika Mai sampai tidak ingin berbaikan dengannya. Bukan karir yang Raj permasalahkan, tapi, nasib rumah tangga yang sudah pasti akan tercerai berai. Apalagi, jika nantinya ia tidak bisa bertemu dengan istri dan anaknya ketika telah terlahir ke dunia. Hanya satu hal itu yang Raj cemaskan, ketika sang mertua sempat memberi ancaman sedemikian rupa. Namun, nasib akhirnya berpihak pada Raj. Sang istri ternyata tidak sesulit itu ketika dibujuk. Bahkan, jika dipikir lagi, Mai itu cenderung penurut meskipun harus banyak drama yang tercipta sebelumnya. Asal kemauannya dituruti, maka dunia akan aman sejahtera. Hanya itu kuncinya jika ingin berhasil saat bernegosiasi dan berhadapan dengan Mai. Masalah hati, R

  • My Arrogant Lawyer   Cuti

    Begitu mendengar penjelasan dokter, mengenai kondisi Mai dan kandungannya baik-baik saja, ketiga orang yang saat ini berada di kamar VVIP itu langsung bernapas lega.“Meskipun baik-baik saja, tapi tingkat stresnya tetap harus dijaga,” lanjut dokter menjelaskan kondisi psikis Mai yang memang harus tetap diperhatikan karena tengah hamil besar. “Karena dampaknya, tidak akan baik bagi kondisi janin.”Manik Sinar dan Pras kompak menatap Raj dengan sebuah tanda tanya besar. Tampaknya, rumah tangga putrinya dengan Raj, sedang tidak baik-baik saja. Kalau Mai tidak stres, tidak mungkin putri mereka itu akan terdampar di rumah sakit seperti sekarang.“Baik, Dok, terima kasih,” ucap Sinar dan sang dokter itu berlalu dari ruang rawat inap tersebut. Menyisakan keempat orang yang kini saling pandang dalam diam.“Stres?” Pras menghampiri sang putri lalu duduk di tepi tempat tidurnya. “Kalian berdua bertengkar?”

  • My Arrogant Lawyer   Terima Akibatnya

    Raj memang sengaja pulang terlambat. Bahkan, Raj pulang ke rumah saat langit sudah berubah kelam. Hatinya masih merasa kesal karena kejadian siang tadi. Ia bahkan sampai melupakan, kalau sudah membayar kamar hotel yang akan ditempati malam ini bersama sang istri.Ketika roda empatnya sudah berhenti di depan pagar, Raj mengernyit memandang rumahnya yang gelap gulita. Tidak mungkin kalau Mai belum pulang sampai semalam ini. Atau, Raj telah melewatkan sesuatu?Mengeluarkan ponselnya dari saku jas, Raj meneliti satu pesatu telepon masuk beserta chat yang ia terima dari siang sampai detik ini. Namun, tidak ada nama istrinya di dalam sana.Atau, jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Mai di dalam sana?Bulu kuduk Raj merinding seketika membayangkannya. Ia buru-buru keluar, membuka pagar dan masuk ke dalam rumah dengan tergesa. Menyalakan seluruh penerangan yang ada dan mencari sang istri di setiap sudut rumah.“Mi …”Setelah

  • My Arrogant Lawyer   Rawat Inap

    “Ke rumah sakit, Pak,” titah Mai setelah Ibam masuk ke dalam mobil dan sudah berada di belakang kemudi.“Ke rumah sakit?” tanya Ibam membalik badan seraya memasang sabuk pengaman. “Rumah sakit mana, Bu? Tadi kata pak Raj, saya disur—”“Ke rumah sakit ibu dan anak,” putus Mai lalu menyebutkan nama rumah sakit yang biasa ia kunjungi setiap bulannya untuk kontrol kandungan. “Nanti sampai sana, Pak Ibam bisa pulang aja.”“Loh, Bu? Kena—”“Jangan bilang sama pak Raj, kalau saya di rumah sakit.” Mai kembali memotong ucapan Ibam. “Udalah Pak, jalan aja. Saya capek banget mau ngomong.”“I-iya, Bu.” Ibam mana berani membantah. Ia langsung melajukan mobilnya ke tempat yang sudah disebut oleh sang majikan. Meskipun banyak tanya yang ada di kepala, tapi Ibam tidak berani bertanya ketika mood Mai terlihat buruk seperti sekarang.Selama

DMCA.com Protection Status