All Chapters of Cinta CEO dalam Jebakan: Chapter 171 - Chapter 180

356 Chapters

S2| 20. Jangan Sampai Lepas

Menyaksikan hal yang begitu mengharukan, Mia otomatis menarik napas panjang. Paru-parunya panas. Namun, ia masih berusaha menahan agar desakannya tidak sampai mengeluarkan air mata. Tepat pada saat sang gadis mulai berhasil mengendalikan diri, pandangan Tuan Hunt tanpa sengaja tertuju padanya. Dengan mata keriput yang bercahaya, pria tua itu mendesah. “James, apakah perempuan cantik ini istrimu?” tanyanya sembari melepaskan dekapan. Dengan gerak lambat dan senyum lebar, ia memutar tumpuan menghadap sang gadis. “Ya, Ayah. Ini menantumu,” jawab Julian sembari menempelkan telapak tangan pada punggung Mia. Mengerti makna tepukan ringan dari sang CEO, gadis itu sontak melebarkan senyuman. Walaupun kaku, lengkung bibirnya terlihat sangat manis di mata Tuan Hunt. Kebahagiaan pria tua itu meroket bersama dengan tawa. “Kau sangat pintar memilih wanita, James,” puji Tuan Hunt sebelum berdiri sopan di hadapan sang sekretaris. “Jadi, aku bisa memanggil me
Read more

S2| 21. Menunggangi Kuda

Begitu melihat kamar yang akan ditempatinya, Mia bergeming. Hanya ada satu kasur sempit di dalam sana, sementara dirinya harus berbagi ruang dengan pria yang dianggap sebagai suaminya oleh Tuan Hunt.“Inilah kamar kalian. Kelihatannya memang kecil. Tapi kamar ini lebih luas dan jauh lebih hangat dibandingkan kamar yang lain,” terang Greta sembari menempatkan koper Mia di samping lemari.“Terima kasih, Bi. Ini sudah cukup untukku dan Mia,” ujar Julian sembari menyeret tasnya ke tempat yang sama.“Kalau begitu, beristirahatlah. Aku harus kembali ke peternakan membantu Jack. Setelah kuda-kuda selesai diurus, barulah kita bersiap untuk pesta nanti malam. Jika kalian lapar, makan siang sudah tersedia di dapur. Jangan sungkan,” jelas si tuan rumah panjang lebar.Seraya melengkungkan bibir, sang sekretaris mengangguk. “Terima kasih banyak, Greta.”“Sama-sama, Sayang. Anggap saja rumah ini seperti rumah
Read more

S2| 22. Tanpa Pengaman

“Ayo, Mia. Jangan takut,” ujar Greta sembari mengangguk.Dengan gerak ragu, sang sekretaris mulai mengangkat tangan ke kepala kuda cokelat di dekatnya. Setelah berhasil mengelus Hasty, senyum lebar langsung terlukis di wajahnya.“Apakah dia menyukaiku?” bisik gadis itu, khawatir jika dirinya menakuti si kuda.“Entahlah, terlalu cepat untuk membuat kesimpulan. Kalau begitu, bagaimana kalau kita mengadakan tes?”Mendengar usulan Greta, mata sang sekretaris melebar. “Tes?”“Coba kau berdiri di samping Julian,” perintah wanita dengan mata bercahaya itu sembari menarik si kuda cokelat menjauh. Pada jarak tiga meter, ia berhenti dan berseru, “Jangan merapat! Berdirilah sedikit lebih jauh!”Tanpa membuang waktu, sang sekretaris dan CEO mengambil langkah ke arah yang berlawanan. Setelah kedua orang itu berada pada posisi yang tepat, Greta mengelus kepala sang kuda.&ldquo
Read more

S2| 23. Terluka

Mendengar laporan Julian, Greta spontan memeriksa kondisi sang gadis. “Mia, apakah kau baik-baik saja?”Alih-alih menjawab, sang sekretaris malah beranjak duduk dan menggerak-gerakkan kepala, menyempurnakan kesadaran.“Mia?” desah pria yang menaikkan alis, berharap sang gadis segera memberi tanggapan.“Saya baik-baik saja, Tuan,” jawab Mia, masih dengan sudut bibir terangkat tinggi.“Lalu, kenapa kau tiba-tiba tertawa?” selidik Julian sembari mengamati sorot mata sang sekretaris dari jarak yang lebih dekat.Sedetik kemudian, senyum sang gadis mulai berubah kecut. “Tidak ada apa-apa, Tuan,” sahutnya seraya menggeleng.Tanpa aba-aba, sang pria bertatapan dengan bibinya yang kemudian mengangkat bahu.“Bagaimana kalau kau bawa dia ke rumah? Aku akan menyusul setelah selesai mengembalikan semua kuda ke kandang?” usul Greta kepada keponakannya.“Baiklah,&rd
Read more

S2| 24. Mia Hunt

Selang keheningan sejenak, Mia menarik napas berat. Dengan bola mata tersudut ke atas menahan kesedihan, gadis itu kembali bicara. “Apakah Ayah tahu kalau anakmu itu sangat hebat?” tanya sang sekretaris lewat pita suara yang tertekan.“Tentu saja, tahu. Sejak dulu, James-ku memang hebat,” timpal Tuan Hunt cepat.Mendengar semangat si pria tua yang tak pernah pudar, pundak Mia terasa semakin berat. Dengan lengkung bibir getir, ia mengangguk.“James yang sekarang adalah laki-laki yang jauh lebih hebat, Yah. Dia adalah pemimpin sebuah perusahaan yang sangat besar. Dan, meskipun posisinya begitu tinggi, dia tetap rendah hati dan penyayang. Dia juga sangat gigih dan setia,” terang Mia dengan tatapan menerawang.“Apakah karena itu kau mencintainya?” selidik Tuan Hunt lewat suara tipis, seolah tak ingin terdengar oleh orang lain.Menyaksikan bagaimana pria tua itu menghargai privasinya, sudut bibir sang sekr
Read more

S2| 25. Menaikkan Resleting

“M-maaf .... Aku tidak tahu kau sedang berganti pakaian,” ucap Julian terbata-bata. Tangannya yang masih melekat di gagang pintu, tampak ragu hendak menarik atau mendorong. Sementara bola matanya yang bergetar, kebingungan menentukan arah.Anehnya, Mia sama sekali tidak menampakkan kemarahan. Sambil menutupi tubuh dengan gaun yang belum dikenakan dengan sempurna, gadis itu berkedip-kedip kaku. “Ya,” sahutnya pelan.“K-kalau begitu, selesaikanlah. Aku akan masuk setelah kau selesai,” tutur sang pria seraya memaksakan senyum dan melangkah mundur.Sebelum pintu tertutup rapat, sang sekretaris tiba-tiba saja memanggil. “Tuan ....”Hanya dalam sekejap, Julian menahan pergerakan. “Ya?”“Apakah Anda keberatan membantu saya menaikkan resleting?” tanya Mia, sukses mengundang keheranan di wajah sang CEO.“M-menaikkan resleting?”Dengan senyum terkulum, sang gadi
Read more

S2| 26. Menurunkan Resleting

Setelah mencabut sebuah cincin, Julian menyerahkan kotaknya kepada sang paman. Lalu, sembari menarik napas cepat, ia menatap gadis di hadapannya lekat-lekat.“Jari manis Anda, Mia Hunt,” ucap sang pria seraya menengadahkan sebelah tangan.Usai menyeka air mata di pipi, sang sekretaris meletakkan jemarinya di telapak Julian. Selang beberapa saat, sebuah cincin berkilauan telah mempermanis tangannya.“Ukurannya pas,” desah Jack, sukses memperlebar senyum di wajah mempelai pria.Tanpa bicara, Julian mengangkat tangan Mia dan mengecupnya hangat. “Anda sangat cantik malam ini, Nyonya Hunt.”Khawatir jika air mata melunturkan riasan, Mia segera menoleh ke arah cincin yang tersisa dalam kotak. Setelah menyerahkan buket bunga kepada Jack, ia mengambil cincin serupa yang lebih besar dan memasangkannya di jari manis Julian.Sedetik kemudian, tepuk tangan meriah datang dari kursi penonton. Greta dan sang ayah kompak
Read more

S2| 27. Kecupan Hangat

Menerima kecupan hangat dari Mia, mata Julian spontan terbuka maksimal. Tubuhnya telah mematung, sementara otak dan paru-paru seakan lupa berfungsi. Begitu sang sekretaris menarik diri, barulah pria itu sadar bahwa jantungnya telah menggila dan darahnya berdesir menebar kebahagiaan. Tak ingin melewatkan kesempatan, Julian pun memegangi belakang kepala Mia dan melanjutkan kemesraan. Mendapat serangan balasan, sang gadis otomatis kembali terpejam. Mia tahu bahwa ia telah mengaktifkan sisi liar sang CEO, dan harus bertanggung jawab untuk menjinakkannya. Karena itulah, saat Julian merebahkan dirinya di atas ranjang, ia tidak melawan. Bahkan, saat sang pria mulai menjelajah, desah napasnya ikut menghangatkan suasana. “Tuan ....” Julian tidak menjawab, ia hanya mengembuskan napas yang menggebu di hadapan wajah yang mulai memerah. Sembari membelai rambut sang gadis, ia memperhatikan sorot mata yang sulit dipercaya. “Apakah kau juga menginginkanku?” bisik Jul
Read more

S2| 28. Menurunkan Celana

“Hei, jangan cemberut seperti itu! Percayalah kepadaku. Semua akan baik-baik saja. Kita akan mengantongi restu dari orang tuamu dan juga ayahku,” ujar Julian sembari mengacak rambut sang sekretaris. “Sekarang tersenyumlah! Di sini kita adalah Julian dan Mia Hunt, pasangan yang baru saja menikah.”Selang satu tarikan napas, Mia berusaha menuruti sugesti sang pria. Namun sayang, sudut bibirnya terlalu berat untuk bisa dinaikkan.Menyadari hal itu, Julian menarik sang gadis ke dalam dekapan. Dengan lembut, ia menepuk punggung yang menyimpan kegusaran.“Tenanglah, Mia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ..., asalkan kita tidak menyerah begitu saja,” bisik pria itu sembari meresapi kehangatan sang sekretaris. “Kau bersedia untuk memperjuangkan cinta kita, bukan?”Selang keheningan sejenak, Mia tiba-tiba menjauhkan pundak Julian agar mereka bisa saling menatap. “Apakah tindakan kita ini termasuk durhaka? Kit
Read more

S2| 29. Pipi yang Bersemu Merah

Julian tersenyum melihat sang sekretaris duduk bertopang dagu di belakang meja kerja. Dengan langkah santai, ia pun menghampiri dan mendaratkan kecupan di pipi. Hanya dalam sekejap, sang gadis tersentak dan menoleh dengan mata bulat.“Tuan?” desah Mia sebelum menoleh ke kanan dan ke kiri. “Kenapa tiba-tiba mencium saya? Bagaimana kalau ada yang melihat?” bisik gadis itu was-was.“Tenang saja, Mia. Ini sudah jam pulang. Pegawai lain pasti sedang berlomba-lomba keluar dari gedung ini. Tidak akan ada yang datang kemari,” celetuk Julian sebelum duduk di meja dan menyunggingkan senyum tipis. “Jadi, apa yang sedang kau pikirkan? Kau sampai tidak sadar bahwa aku menghampiri.”Mendapat pertanyaan semacam itu, lengkung alis yang tinggi di wajah sang sekretaris sontak berubah menjadi kerutan. Sambil mengembuskan napas pasrah, gadis itu tertunduk menatap ponsel dalam genggamannya.“Apakah kau sedang memikirkan ay
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
36
DMCA.com Protection Status