“M-maaf .... Aku tidak tahu kau sedang berganti pakaian,” ucap Julian terbata-bata. Tangannya yang masih melekat di gagang pintu, tampak ragu hendak menarik atau mendorong. Sementara bola matanya yang bergetar, kebingungan menentukan arah.
Anehnya, Mia sama sekali tidak menampakkan kemarahan. Sambil menutupi tubuh dengan gaun yang belum dikenakan dengan sempurna, gadis itu berkedip-kedip kaku. “Ya,” sahutnya pelan.
“K-kalau begitu, selesaikanlah. Aku akan masuk setelah kau selesai,” tutur sang pria seraya memaksakan senyum dan melangkah mundur.
Sebelum pintu tertutup rapat, sang sekretaris tiba-tiba saja memanggil. “Tuan ....”
Hanya dalam sekejap, Julian menahan pergerakan. “Ya?”
“Apakah Anda keberatan membantu saya menaikkan resleting?” tanya Mia, sukses mengundang keheranan di wajah sang CEO.
“M-menaikkan resleting?”
Dengan senyum terkulum, sang gadi
Setelah mencabut sebuah cincin, Julian menyerahkan kotaknya kepada sang paman. Lalu, sembari menarik napas cepat, ia menatap gadis di hadapannya lekat-lekat.“Jari manis Anda, Mia Hunt,” ucap sang pria seraya menengadahkan sebelah tangan.Usai menyeka air mata di pipi, sang sekretaris meletakkan jemarinya di telapak Julian. Selang beberapa saat, sebuah cincin berkilauan telah mempermanis tangannya.“Ukurannya pas,” desah Jack, sukses memperlebar senyum di wajah mempelai pria.Tanpa bicara, Julian mengangkat tangan Mia dan mengecupnya hangat. “Anda sangat cantik malam ini, Nyonya Hunt.”Khawatir jika air mata melunturkan riasan, Mia segera menoleh ke arah cincin yang tersisa dalam kotak. Setelah menyerahkan buket bunga kepada Jack, ia mengambil cincin serupa yang lebih besar dan memasangkannya di jari manis Julian.Sedetik kemudian, tepuk tangan meriah datang dari kursi penonton. Greta dan sang ayah kompak
Menerima kecupan hangat dari Mia, mata Julian spontan terbuka maksimal. Tubuhnya telah mematung, sementara otak dan paru-paru seakan lupa berfungsi. Begitu sang sekretaris menarik diri, barulah pria itu sadar bahwa jantungnya telah menggila dan darahnya berdesir menebar kebahagiaan. Tak ingin melewatkan kesempatan, Julian pun memegangi belakang kepala Mia dan melanjutkan kemesraan. Mendapat serangan balasan, sang gadis otomatis kembali terpejam. Mia tahu bahwa ia telah mengaktifkan sisi liar sang CEO, dan harus bertanggung jawab untuk menjinakkannya. Karena itulah, saat Julian merebahkan dirinya di atas ranjang, ia tidak melawan. Bahkan, saat sang pria mulai menjelajah, desah napasnya ikut menghangatkan suasana. “Tuan ....” Julian tidak menjawab, ia hanya mengembuskan napas yang menggebu di hadapan wajah yang mulai memerah. Sembari membelai rambut sang gadis, ia memperhatikan sorot mata yang sulit dipercaya. “Apakah kau juga menginginkanku?” bisik Jul
“Hei, jangan cemberut seperti itu! Percayalah kepadaku. Semua akan baik-baik saja. Kita akan mengantongi restu dari orang tuamu dan juga ayahku,” ujar Julian sembari mengacak rambut sang sekretaris. “Sekarang tersenyumlah! Di sini kita adalah Julian dan Mia Hunt, pasangan yang baru saja menikah.”Selang satu tarikan napas, Mia berusaha menuruti sugesti sang pria. Namun sayang, sudut bibirnya terlalu berat untuk bisa dinaikkan.Menyadari hal itu, Julian menarik sang gadis ke dalam dekapan. Dengan lembut, ia menepuk punggung yang menyimpan kegusaran.“Tenanglah, Mia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ..., asalkan kita tidak menyerah begitu saja,” bisik pria itu sembari meresapi kehangatan sang sekretaris. “Kau bersedia untuk memperjuangkan cinta kita, bukan?”Selang keheningan sejenak, Mia tiba-tiba menjauhkan pundak Julian agar mereka bisa saling menatap. “Apakah tindakan kita ini termasuk durhaka? Kit
Julian tersenyum melihat sang sekretaris duduk bertopang dagu di belakang meja kerja. Dengan langkah santai, ia pun menghampiri dan mendaratkan kecupan di pipi. Hanya dalam sekejap, sang gadis tersentak dan menoleh dengan mata bulat.“Tuan?” desah Mia sebelum menoleh ke kanan dan ke kiri. “Kenapa tiba-tiba mencium saya? Bagaimana kalau ada yang melihat?” bisik gadis itu was-was.“Tenang saja, Mia. Ini sudah jam pulang. Pegawai lain pasti sedang berlomba-lomba keluar dari gedung ini. Tidak akan ada yang datang kemari,” celetuk Julian sebelum duduk di meja dan menyunggingkan senyum tipis. “Jadi, apa yang sedang kau pikirkan? Kau sampai tidak sadar bahwa aku menghampiri.”Mendapat pertanyaan semacam itu, lengkung alis yang tinggi di wajah sang sekretaris sontak berubah menjadi kerutan. Sambil mengembuskan napas pasrah, gadis itu tertunduk menatap ponsel dalam genggamannya.“Apakah kau sedang memikirkan ay
“P-perempuan yang cocok dengan Tuan?” gumam Mia, memaksa otaknya yang beku untuk bekerja lebih keras.“Ya,” angguk Herbert santai. “Aku ingin mencarikan jodoh untuk Julian. Kupikir, kau adalah orang yang tepat untuk membantuku menentukan gadis pilihan. Jadi, katakanlah, Mia. Perempuan seperti apa yang disukai oleh putraku itu?”Hanya dalam sekejap, hati Mia hancur bersamaan dengan asa. Niatnya untuk memantaskan diri di sisi sang CEO telah musnah. Ia merasa bahwa namanya memang telah masuk dalam daftar pengecualian jodoh Julian Evans.“Seperti apa, Mia? Apakah pertanyaanku sesulit itu?” tanya si pria tua sembari membungkuk, mengamati wajah yang tertekuk oleh kepedihan.Kerongkongan sang sekretaris kini segersang Sahara. Tidak ada sedikit pun kesejukan yang berembus dari paru-parunya. Sambil mencengkeram ponsel, gadis itu berusaha menyadarkan diri untuk tidak kehilangan akal sehat. Setelah mampu menahan sesak,
“M-maaf .... Mengenai hal itu, saya kurang tahu,” ucap Mia terbata-bata. Pita suaranya terlalu sulit untuk diajak bekerja sama.Ajaibnya, meskipun sang sekretaris tidak mampu mengendalikan kegugupan, Katniss sama sekali tidak curiga. Gadis cantik itu hanya berkedip-kedip, mencerna jawaban yang mengandung teka-teki tersebut.“Benar juga. Kalian tidak menghabiskan waktu bersama selama 24 jam. Tentu saja Anda tidak mengetahuinya,” gumam sang model sembari mengangguk-angguk kecil. Usai menekan bagian dalam pipi dengan lidah selama beberapa saat, gadis itu tiba-tiba menyipitkan mata.“Tapi, jika Anda tidak pernah mengetahuinya, bukankah itu berarti ... kemungkinan besar, Julian memang belum pernah tidur dengan perempuan mana pun?” tanya Katniss dengan mata berbinar-binar. Sedetik kemudian, ia kembali menyatukan telunjuk di bawah dagu. Sambil memutar bola mata ke arah atas, gadis itu menyunggingkan senyum. “Tak kusangka masih
Begitu melihat kesedihan yang membeku pada mata yang bergetar hebat, keceriaan Julian sontak menguap. Tanpa mengulur waktu, pria itu menghampiri sang gadis dan memegangi kedua pundaknya. “Mia? Kenapa kau menangis?” tanyanya dengan kerut alis yang dalam.Menyadari keresahan sang CEO, Mia cepat-cepat mengeringkan wajah. “Tidak ada apa-apa, Tuan.”“Jika tidak ada apa-apa, tidak mungkin kau menangis seperti ini. Apakah Papa mengancammu? Apakah dia mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaanmu?” selidik Julian sembari merendahkan pandangan, mencoba menangkap sorot mata yang berusaha menghindar darinya.“Saya sungguh baik-baik saja, Tuan,” jawab Mia sambil mengangkat sudut bibirnya yang berat. Secepat kilat, ia memeras otak untuk menelurkan alasan yang masuk akal. “Tadi, Tuan Herbert memperkenalkan saya dengan seorang model. Dia menceritakan perjuangan hidupnya yang membuat saya terharu. Karena itulah saya menangis.
Senyum Julian melebar ketika melihat Mia kembali duduk di sampingnya. Sembari menyelipkan rambut sang gadis yang baru dikeringkan ke belakang telinga, pria itu menghela napas samar. “Apakah perasaanmu sudah lebih baik?” bisiknya sambil memiringkan kepala.“Ya,” angguk sang sekretaris dengan senyum tipis.Sedetik kemudian, Julian memajukan wajah untuk mendaratkan kecupan lembut. “Kau tidak perlu berkecil hati, Mia. Dirimu jauh lebih baik dari yang kaubayangkan,” hibur pria itu seraya menaikkan alis.Khawatir jika dirinya salah memberi tanggapan, sang gadis kembali mengangguk. “Ya,” desahnya sebelum menarik sudut bibir lebih tinggi. “Jadi, apakah Anda setuju untuk bekerja sama dengan Katniss Johnson?”Mengetahui perbincangan mengenai sang model masih berlanjut, lengkung bibir Julian sontak menciut. “Kenapa kau membahasnya lagi? Tidak bisakah malam ini kita bersantai melepas penat dan semua be