Beranda / Romansa / Dating with Celebrity / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab Dating with Celebrity: Bab 131 - Bab 140

175 Bab

Love is in The Air [2]

“Kamu punya semacam fobia yang berkaitan dengan kompor?” Maxim keheranan. Kedua alis lelaki itu terangkat. “Memangnya ada hal seperti itu?”Mereka baru selesai makan malam. Maxim mengajak Kendra mencicipi menu asal Manado yang juga berada di lantai dua. Setelah itu, mereka kembali ke lantai dua puluh satu karena ada beberapa hal yang harus dibereskan Maxim. Lelaki itu sempat meminta maaf berkali-kali karena akhirnya Kendra malah menemaninya bekerja.“Ada, Max. Kalau berkaitan dengan hidupnya Kendra Elanith, ada banyak hal aneh bin ajaib,” kelakar Kendra sambil tertawa keci.“Bisa cerita detailnya seperti apa?” Maxim ingin tahu.“Aku tidak terlalu ingat awalnya seperti apa karena waktu itu masih kecil. Tapi pas kejadian itu, aku lumayan bisa mengingatnya dengan baik. Ibu mulanya hanya duduk di kursi makan setelah menyalakan api kompor. Beberapa kali begitu. Tapi biasanya setelah beberapa lama, Ibu memat
Baca selengkapnya

Love is in The Air [3]

“Hei, kamu masih terlalu kecil saat itu! Jangan berpikir seperti itu, Kendra-ku. Itu sama sekali tidak sehat. Jangan mencari alasan untuk menyalahkan diri sendiri karena itu sama sekali bukan salahmu,” respons Maxim buru-buru.Kendra tertawa kecil. “Kenapa kamu selalu menyebut ‘Kendra-ku’, sih? Itu terdengar janggal dan menggelikan, Max,” komentarnya. “Telingaku sampai gatal.”“Itu panggilan istimewamu dariku, Ken. Karena Honey, Babe, Cinta, dan sejenisnya itu, sudah terlalu mainstream. Kamu tahu sendiri kalau aku ini makhluk langka, anomali. Aku tak suka meniru apa yang sudah dilakukan banyak orang karena menjadi tak istimewa. Makanya, aku tak mau memanggilmu dengan nama-nama yang sudah banyak beredar di pasaran,” aku Maxim dengan gaya santai. “Aku cuma pengin kamu merasa istimewa. Walau mungkin panggilan kesayangan ciptaanku itu cukup sederhana. Jangan marah, oke?”“Kenapa a
Baca selengkapnya

Love is in The Air [4]

Kendra merespons. “Kamu sudah memberitahuku soal rencana ke Singapura. Aku tidak akan lupa. Aku juga sudah bosan mendengamu minta maaf sejak tadi. Kalau dihitung, mungkin totalnya sudah puluhan kali. Apa nggak bosan merasakan soda rasa cuka, Max?” seloroh Kendra.“Aku cuma ingin kamu merasa nyaman dan bukannya kesal karena harus menungguiku bekerja,” aku Maxim, membela diri.“Aku baik-baik saja meski harus datang ke sini dan menungguimu membereskan semua pekerjaanmu. Apa yang salah dengan itu? Toh, aku juga tidak memiliki pekerjaan lain. Jadi, ketimbang pulang dan tidur, aku lebih suka di sini.” Kendra berargumen. Kamu pasti masih ingat kalau aku orang yang tahan menunggu sampai tiga jam, kan?”“Astaga! Daftar dosaku mulai diungkit lagi.”Kendra terkekeh. “Aku cuma memberi contoh nyata, Max. Siapa tahu kamu lupa.”Maxim kemudian menimpali, “Kalau nanti jam kerja Buana Bayi suda
Baca selengkapnya

Love is in The Air [5]

Hari itu mereka batal menonton karena tak ada film yang menarik minat keduanya. “Salahku. Harusnya tadi melihat jadwal film yang sedang tayang lebih dulu sebelum datang ke sini,” sesal Kendra. “Kalau begini, jadinya malah buang-buang waktu, kan?”“Kenapa kamu harus merasa bersalah, sih?” kritik Maxim. “Kalaupun ada yang patut disalahkan, itu kita berdua. Bukan kamu atau aku saja. Karena seharusnya kita berdua memang mencari informasi lebih dulu. Tapi, aku merasa ini sama sekali tidak buang-buang waktu, kok! Yang penting, kita punya waktu untuk bersama.”“Max, jangan terus-terusan merayu. Nanti aku malah betul-betul muntah,” komentar Kendra. Tangan kanan gadis itu berada di genggaman sang pacar.“Aku tidak bisa merayu sama sekali,” aku Maxim. “Kamu mau mampir ke suatu tempat. Pengin makan sesuatu?” dia menawarkan.Kendra menggeleng. “Aku pengin pulang saja. Lagi pula,
Baca selengkapnya

Love is in The Air [6]

Entah bagaimana, Maxim selalu mampu meredakan ketakutan yang tak pernah dikisahkan Kendra pada dunia. Maxim menjadi penyeimbang bagi hidup gadis itu. Maxim juga menjadi tempat Kendra membagi perasaannya yang tetap tidak bisa memaafkan Djody. Di depan Maxim, Kendra merasa aman. Karena lelaki itu tidak menghakiminya. Maxim bisa memahami walau tak sepenuhnya setuju dengan keputusan Kendra. “Lebih suka seperti sekarang? Maksudnya?” Maxim tampak tak paham. “Ya begini, aku tidak perlu menjawab telepon dari Ayah,” kata Kendra dengan suara lirih. “Aku tidak tahu harus bicara apa. Aku juga merasa menjadi orang munafik kalau berbasa-basi bertanya kabar dan sebagainya, padahal hatiku sungguh tidak nyaman. Aku belum siap untuk mengobrol dengan Ayah seperti yang seharusnya.” Maxim menepuk-nepuk punggung tangan Kendra yang berada dalam genggamannya selama beberapa saat. Keheningan mengelilingi pasangan itu. Di depan mereka, nyaris tiap detik ada kendaraan yang berlalu-lala
Baca selengkapnya

Love is in The Air [7]

“Kalau aku berada di posisimu, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama sepertimu, Ken,” Maxim mengakui. “Jadi, aku bisa memahami keputusanmu itu.”Suaranya dipenuhi nada simpati yang membuat Kendra merasa sudah memilih teman bicara yang tepat. Namun tetap saja Kendra mendebat kekasihnya.“Kalau begitu, kenapa kamu memintaku memaafkan Ayah? Kamu sudah mendengar ceritaku, kan? Ayah tega menceraikan Ibu dan menikah lagi, padahal kondisi Ibu sedang tidak sehat. Lalu, Ayah menikah lagi walau pernikahan keduanya pun cuma bertahan beberapa tahun. Bagiku, itu bentuk pengkhianatan. Meski Ayah tak pernah ketahuan selingkuh saat masih menjadi suami Ibu.”Maxim tersenyum. “Aku memintamu memaafkan karena itu akan membuang beban yang masih kamu tanggung. Atau paling tidak sedikit meringankan. Kamu masih terlalu muda untuk memikul semuanya sendiri. Selain itu, Ibu sekarang sudah tidak ada. Apa ada gunanya kalau kamu tetap marah p
Baca selengkapnya

I Love You [1]

Perbincangan di antara mereka tampaknya lebih serius dibanding yang diniatkan Maxim. Jika kondisinya memungkinkan, lelaki itu sungguh ingin memeluk kekasihnya, demi untuk menenangkan Kendra. Dia tahu betapa berat beban yang ditanggung gadis itu. Dari semua cerita yang bersedia dikisahkan Kendra pada Maxim dalam berbagai kesempatan, dia paham kepedihan yang ditanggung gadis itu.Hebatnya Kendra, gadis itu begitu tangguh. Kendra bukanlah tipikal gadis cengeng yang sangat suka mengeluh. Meski menanggung beban begitu berat, Kendra menghadapi semuanya dengan gagah. Hingga Maxim pun kian mencintai Kendra. Dia bahagia karena Kendra memilih untuk menitipkan hati gadis itu padanya. Kendra sudah membuat Maxim merasa sebagai laki-laki istimewa.Maxim meremas tangan Kendra yang berada di genggamannya. Lelaki itu sama sekali tak mengucapkan kalimat apa pun. Dia menunggu hingga gadis tercintanya kembali membuka mulut. Maxim menyediakan telinga dan segenap perhatiannya untuk mendenga
Baca selengkapnya

I Love You [2]

“Sssh, jangan menangis, Kendra-ku. Aku paham apa yang kamu rasakan,” gumam Maxim dengan suara membujuk.“Aku bukannya tidak ingin mencoba berbaikan dengan Ayah, Max. Karena ada kalanya aku sangat merindukan Ayah. Tapi, tetap saja aku kesulitan memaafkannya. Walau belakangan aku baru tahu kalau selama ini beliau rutin menemui Ibu di Bandung. Yang begitu dominan di ingatanku cuma saat Ayah meninggalkan rumah. Seperti yang pernah kubilang, di mataku, Ayah mengkhianati Ibu. Mengkhianati keluargaku,” desah Kendra dengan suara pelan.Maxim akhirnya berdiri dari tempat duduknya dan menarik Kendra ke dalam pelukan. Dia tak peduli andai ada tetangga Kendra yang melihat adegan itu. Tangan lelaki itu mengelus punggung Kendra dengan gerakan lamban. Air mata Kendra yang berusaha ditahan, akhirnya tumpah. Gadis itu tersedu pelan di dekapan Maxim. Selama nyaris satu menit, tak ada yang membuka mulut. Hanya terdengar isakan halus Kendra.Maxim ingin meng
Baca selengkapnya

I Love You [3]

Hingga dua minggu kemudian, Maxim dan Kendra agak kesulitan menyesuaikan jadwal untuk bertemu. Maxim masih harus membereskan pekerjaan yang seolah tak ada habisnya. Apalagi dia juga harus menyiapkan diri untuk terbang ke Singapura dan berada di negara itu selama satu minggu.Di sisi lain, Kendra pun tak kalah sibuk. Apalagi saat itu menjelang ulang tahun The Matchmaker yang berencana menyiapkan lima episode spesial Dating with Celebrity. Otomatis, beban pekerjaan gadis itu pun bertambah berkali lipat.Sempat terpikir oleh Maxim untuk datang ke kantor Kendra untuk membawakan makan siang kejutan untuk gadis itu. Namun dia benar-benar tak punya waktu. Akhirnya, dia hanya memesan makanan untuk diantarkan pada gadis kesayangannya. Maxim sengaja menggunakan layanan pesan antar dari restoran yang letaknya tak terlalu jauh dari kantor The Matchmaker.“Hei, kamu sukses mengejutkanku hari ini,” sapa Kendra via telepon. “Max, terima kasih untuk makan sian
Baca selengkapnya

I Love You [4]

Maxim mengecup rambut Kendra. Tiap kali mendekap gadis ini, Maxim selalu dipenuhi oleh perasaan damai yang luar biasa. Dia sulit menggambarkan perasaan yang dikecapnya dengan detail. Yang pasti, Maxim merasa bahwa hidup akan baik-baik saja sepanjang dia bersama dengan Kendra.“He-eh. Dua minggu yang terasa panjang. Apa boleh buat, Max. Kita berdua sama-sama sibuk,” gumam Kendra. Gadis itu menempelkan pipi kanannya di dada Maxim. Kedua tangan Kendra melingkari pinggang Maxim.“Dulu hidupku baik-baik saja. Tak pernah merindukan seseorang sampai seperti ini hanya karena jarang bertemu dalam kurun waktu dua minggu.” Maxim tertawa kecil. “Dua minggu, lho! Bukan waktu yang panjang. Tapi gara-gara kamu, dua minggu bisa jadi siksaan mengerikan,” ucapnya.Tangan kanan Maxim terangkat untuk membelai rambut Kendra. Sesaat kemudian, gadis itu merenggangkan pelukan dan menatap Maxim dengan wajah agak mendongak. “Gara-gara aku, ya? Se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status