Beranda / Romansa / Dating with Celebrity / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab Dating with Celebrity: Bab 111 - Bab 120

175 Bab

Kau yang Terindah [7]

Demi mengurangi kecanggungan dan mereduksi rasa mulas yang memelintir perutnya, Kendra meraih botol berisi air mineralnya. Gadis itu membuka penutupnya tapi malah gagal total. Dia mencoba sekali lagi dan botol itu nyaris tergelincir dari tangannya. Astaga! Kendra nyaris melakukan upaya ketiga saat tiba-tiba saja Maxim mengulurkan tangan kanannya.“Sini, biar kucoba,” kata lelaki itu.Setelah menimbang-nimbang selama tiga detak jantung, Kendra akhirnya menyodorkan botol itu. Dengan satu gerakan mudah, Maxim membuka tutup botolnya. Lalu, menyerahkan benda kembali pada Kendra. Saat itu, mungkin wajah Kendra sudah memerah tua. Bagaimana bisa membuka penutup air mineral bisa berubah begitu menyusahkan hanya karena keberadaan Maxim?“Terima kasih, Max,” ucap Kendra pelan. Gadis itu memiringkan tubuhnya ke arah kanan untuk meminum isi botol.“Apa maksud Sean saat bilang bahwa kita harus menyelesaikan masalah yang ada?” tanya M
Baca selengkapnya

Kau yang Terindah [8]

“Bisakah kamu berhenti menyebut nama Judith?” pinta Maxim dengan nada tinggi.“Bisakah kamu bicara dengan nada normal?” balas Kendra.“Kamu tak perlu mengulangi kata-kataku!”“Hei, kamu tak perlu membentakku, Max!” sergah Kendra. “Apa yang salah dengan pertanyaanku? Memangnya aku tidak boleh mengajukan pertanyaan apa pun padamu? Padahal, aku cuma mengimbangi pertanyaanmu tadi. Intinya, apa pun kata-kata atau sikapku, semua cuma untuk meresponsmu. Kalau kamu boleh bertanya tentang pangeran impianku, kenapa aku tak boleh bertanya tentang pacar terkasihmu?” oceh Kendra dengan cepat.Setelah kata-katanya tuntas, gadis itu agak terengah. Sementara di depan Kendra, wajah Maxim sudah berubah. Sebentar pucat sebentar semerah saga. Lelaki itu juga memelototinya dengan galak. Kendra sama sekali tidak merasa gentar meski Maxim jelas-jelas menunjukkan sikap permusuhan.“Harus berapa kali kuulang
Baca selengkapnya

Kau yang Terindah [9]

Maxim kembali memanggil nama Kendra untuk kesekian kalinya. Bukannya menjawab, tangis gadis itu malah kian kencang. Kendra benar-benar kehilangan kemampuan untuk mengendalikan tangisnya. Dia sudah tidak memusingkan apa pendapat Maxim tentangnya. Toh, setelah ini, meski dipaksa Rossa untuk datang ke gedung itu, Kendra bersumpah dalam hati kalau dia akan menolak.“Ken, kamu kenapa?” tanya Maxim lagi. Suaranya terdengar lembut dan membujuk.Kendra tak sanggup menjawab. Hatinya begitu sakit, dadanya pun sesak. Oksigen seolah menipis di ruangan itu. Kendra bergeming, tetap pada posisinya. Kepalanya mulai berdenyut. Emosi gadis itu terkuras maksimal. Dia merasa lelah sekaligus kalah.Jika bisa mengulang waktu, Kendra tak akan sudi datang untuk bertemu dengan Sean. Dia pasti akan mencari segala cara untuk menghindari pertemuan dengan Maxim. Karena hanya ada kesedihan dan rasa sakit yang didapatnya setelah bertemu pria ini. Mengapa mereka menjadi begitu geti
Baca selengkapnya

Kau yang Terindah [10]

Kendra menghapus sisa air mata dengan punggung tangannya. Tisunya sudah habis. Selama beberapa saat, Kendra cuma mampu mengerjap. Air matanya kembali menetes meski kali ini tanpa isakan kencang seperti tadi.Maxim mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya pada gadis itu. “Pakai ini saja,” pintanya. Namun Kendra mengabaikannya. Dia bahkan tak melirik ke arah Maxim yang kini duduk di sebelah kanannya. Lelaki itu berinisiatif menggunakan sapu tangannya untuk mengeringkan wajah Kendra.Kendra sedang berjuang menelaah kembali semua kata-kata yang sudah dilontarkan Maxim barusan. Makin lama, Kendra yakin ada sesuatu yang salah. Entah di bagian mana. Karena itu, mungkin mereka harus meluruskan beberapa hal. Namun di saat yang sama, Kendra bertanya-tanya sendiri. Apakah ada gunanya? Toh, semua sudah sejelas kristal, kan?“Sudah ya, jangan menangis lagi. Aku betul-betul minta maaf,” ulang Maxim. lelaki itu kembali mengantongi sapu tangannya di sa
Baca selengkapnya

Can't Help Falling in Love [1]

Tak ada reaksi apa pun dari Maxim selama nyaris setengah menit, membuat Kendra yakin bahwa pengakuannya barusan adalah kesalahan besar. Merasa canggung luar biasa, Kendra berniat menarik tangannya yang melingkari pinggang Maxim. Namun lelaki itu tak memberi izin. Jari-jari Maxim melingkari kedua pergelangan Kendra dan menahan tangan gadis itu tetap di tempatnya.Kendra bersuara, “Max....”Namun kata-katanya terpaksa patah karena dia mendengar suara klik yang cukup jelas. Tampaknya, gedoran Maxim tadi sudah menarik perhatian sepupunya. Sean akhirnya membuka pintu, agak membelalak, dan segera menyeringai karena melihat pemandangan di depannya. Maxim yang berdiri tegak dengan lengan Kendra melingkari perutnya.“Wow! Ini pemandangan favoritku sepanjang tahun ini,” oceh Sean berlebihan sembari bersiul jail.Kendra pun buru-buru melepaskan pelukannya dengan wajah seakan terbakar. Kali ini, Maxim tak lagi menahan tangannya. Tawa Sean memb
Baca selengkapnya

Can't Help Falling in Love [2]

“Apa? Kamu mau muntah melihat tampangku?” protes Maxim. “Kalau begitu, kenapa majalah itu kamu pamerkan ke mana-mana? Bahkan ada yang sampai sengaja ditaruh di ruang tunggu kantormu? Yang aku tahu, kamu dengan bangganya mengaku kalau salah satu Bujangan Paling Diidamkan Tahun Ini adalah sepupumu,” kicau Maxim. “Kamu pernah sesumbar kalau sampai membeli tiga puluh eksemplar. Iya, kan?”“Di dalam mimpimu!” Sean menirukan kata-kata Maxim tadi. “Aku beli banyak bukan untuk dipamerkan ke sana dan kemari. Tapi sengaja kusebar di berbagai tempat yang sering didatangi tikus. Ternyata hasilnya cukup bagus. Tikus-tikus takut padamu. Hasilnya jauh lebih bagus dibanding menggunakan racun tikus.”“Sialan,” umpat Maxim, tak sopan.Kendra tertawa geli mendengar perang kata-kata Sean dan Maxim. Keduanya sungguh mirip anak-anak. Namun tampaknya Kendra harus membiasakan diri dengan kondisi itu. Seperti kata S
Baca selengkapnya

Can't Help Falling in Love [3]

Maxim kaget mendengar ucapan sepupunya. Dia buru-buru menoleh ke kiri sembari meremas tangan Kendra yang membuat perut gadis itu mendadak seperti diamuk badai. “Kendra-ku, apa Sean tidak sedang mengigau? Memang ada kejadian seperti itu?”Kendra menjawab dengan wajah panas. “Aku bukan Kendra-mu! Jangan bicara yang aneh-aneh, Max.”Maxim menjawab dengan keras kepala. Pria itu sengaja membelalakkan matanya. “Tentu saja kamu itu Kendra-ku. Titik! Memangnya kamu mau jadi Kendra-nya siapa?”Sean tertawa geli, terlihat begitu terhibur melihat adegan di depannya. Apalagi Maxim kemudian melingkarkan tangan kirinya untuk memeluk pinggang Kendra. Gadis itu merasa risih dan berusaha menepis tangan Maxim, tapi dia gagal. Lalu, tanpa malu Maxim malah mengecup pelipis kanan Kendra sekilas.“Pamer terus ya, Max? Mentang-mentang sudah berbaikan dengan Kendra,” sindir Sean. Namun, mana Maxim mau peduli pada ucapan sepupunya?
Baca selengkapnya

Can't Help Falling in Love [4]

Tawa Sean membahana, membuat Kendra menutup wajah dengan tangannya. Dia benar-benar malu sekaligus tak berdaya. Maxim memang sama sekali tidak sensitif. Gerakan untuk menyembunyikan rasa jengahnya itu membuat kacamata Kendra bergeser dan nyaris lepas. Maxim yang sedang menatap gadis itu, melepaskan pelukannya dan bergerak sehingga berhadapan dengan Kendra.Maxim mendahului Kendra membenahi letak kacamata gadis itu. Maxim agak membungkuk menggeser benda itu sehingga pas di wajah Kendra. Gadis itu mematung, bisa merasakan hangat napas Maxim menyapu wajahnya.Keduanya tidak menyadari bahwa Sean baru saja mengambil foto keduanya. Saat Kendra menoleh, dia melihat Sean masih tertawa sambil mengetikkan sesuatu di gawainya.“Aku baru saja mengirimkan gambar mesra kalian ke WhatsApp grup keluarga. Supaya semua tahu kalau si bujang lapuk Maxim akhirnya laku juga,” komentar Sean.“Kamu memfoto kami berdua? Aduh, jangan dikirim ke mana-mana, Sean!&r
Baca selengkapnya

Can't Help Falling in Love [5]

“Iya, Sean memang laki-laki murahan. Deretan mantan pacarnya jauh lebih panjang dibanding antrean calon penumpang kereta saat musim mudik,” komentar Maxim.Gurauan lelaki itu membuat Kendra kembali tergelak. Ah, siapa sangka hari ini semua masalah rumitnya yang berkaitan dengan Maxim, akhirnya nyaris tuntas? Mereka hanya perlu mencari waktu untuk membahas detailnya.“Sudah, jangan menghabiskan waktu dengan menyebut-nyebut nama laki-laki lain. Kamu kan tahu, aku tak menyukai hal itu,” lanjut Maxim. “Aku pencemburu yang tak suka melihatmu berbagi tawa dengan orang lain. Apalagi sampai menyebut-nyebut nama pria lain lebih dari sekali. Walau orang itu adalah sepupu atau saudaraku sendiri. Ingat, kan?”“Ingat, Max. Mana mungkin aku bisa lupa?” gumam Kendra dengan suara lirih. Mereka sudah nyaris sampai di Buana Bayi.“Kita mampir ke kantorku sebentar, ya. Tidak akan lama, kok! Setelah itu, aku pengin makan
Baca selengkapnya

Can't Help Falling in Love [6]

Kendra merengut. “Kenapa kamu selalu tidak sabaran, sih? Harusnya, kamu kan menunggu sampai aku memberi jawaban. Cuma membuat kesal saja.” Gadis itu menghela napas panjang. “Tapi memang kalau sudah berkaitan dengan kamu, tidak ada yang normal. Semuanya pasti berbeda dengan kebiasaan manusia lain pada umumnya.”“Yah, malah mengomel,” keluh Maxim. “Aku kan cuma pengin tahu jawabanmu. Wajar kalau aku tidak sabaran karena sudah menderita selama sekian minggu ini. Dan aku tidak mau ditolak untuk kedua kalinya,” Maxim mengingatkan. “Siapa tahu, mendadak kamu menarik kata-kata cinta yang sudah kamu ucapkan tadi.”Usai menuntaskan kalimatnya, Maxim tampak memucat. Seolah lelaki itu kaget karena kata-katanya sendiri. “Ralat! Aku tidak akan menunggu jawabanmu lagi. Pokoknya, tadi kamu sudah mengaku kalau mencintaku, kan? Itu sudah lebih dari cukup. Artinya, mulai sekarang kita akan menjadi pasangan. Pacaran, tepat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
18
DMCA.com Protection Status