Home / Romansa / Dating with Celebrity / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Dating with Celebrity: Chapter 121 - Chapter 130

175 Chapters

Can't Help Falling in Love [7]

Maxim menjauh dari Kendra. Lelaki itu berderap menuju kursinya dan duduk di sana. Setelah itu, Maxim membuka layar laptop dan meruahkan konsentrasinya di sana. Sementara Kendra memilih menyamankan diri di sofa. Tasnya diletakkan di sebelah kirinya.“Eh, iya. Aku lupa. Apa kamu ingin makan sesuatu? Minimal untuk mengganjal perut,” ujar Maxim. “Aku memang payah. Padahal tadi aku yang mengajakmu makan malam dan mengaku sudah kelaparan setengah mati. Tapi masih ada pekerjaan yang harus kutuntaskan hari ini. Sedikiiittt lagi.”“Iya, tidak masalah. Aku belum terlalu lapar, Max. Dan jangan merasa bersalah. Aku akan menunggumu sampai selesai,” sahut Kendra. Gadis itu bersandar dan menyamankan diri di sofa.“Sungguh tidak apa-apa, kan?” tanya Maxim, memastikan.“Sungguh, Max,” ulang Kendra. “Bereskan pekerjaanmu secepatnya, ya? Jangan malah bolak-balik mengajukan pertanyaan yang sama,” dia men
Read more

Can't Help Falling in Love [8]

“Ken, kalau ingin sesuatu, jangan sungkan untuk bilang,” kata Maxim. Lamunan Kendra pun retak karena kata-kata lelaki itu.“Kan aku sudah bilang, jangan mengajukan pertanyaan yang sama berkali-kali. Kalau mau makan sesuatu, aku bisa mencari sendiri, kok!” ucap Kendra. “Makin cepat pekerjaanmu beres, makin cepat juga kita bisa makan malam, kan?”“Jangan larang aku mengajukan pertanyaan seperti itu,” desah Maxim. “Aku cuma ingin kamu merasa nyaman karena masih harus menungguiku bekerja. Maaf, ya.”“Jangan minta maaf,” sergah Kendra. Dia tertawa sambil geleng-geleng kepala. “Maxim, tolong jangan berubah menjadi drama king. Karena itu sama sekali tak cocok denganmu. Percayalah, aku bisa mengurus diriku sendiri. Oke?”“Bukan begitu! Aku tahu dan percaya kamu adalah cewek tangguh. Tapi, aku cuma ingin memastikan kamu baik-baik saja,” ujar Maxim, mengejutkan.
Read more

Can't Help Falling in Love [9]

Jika dia mengingat lagi pertemuan pertama mereka, sungguh Kendra tak mengira akan begini akhirnya. Dirinya dan Maxim saling jatuh cinta. Padahal, sejak awal Kendra sudah kesal setengah mati pada lelaki yang sengaja mengajaknya makan siang di restoran dengan menu sangat tidak enak itu.“Aku bukannya tidak berperasaan. Tapi, apa yang dilakukan Mbak Rossa itu adalah contoh kalau dia menganggap sepele janji temunya denganku. Apa karena dia kenal baik dengan kakakku? Apalagi, kamu sendiri telat selama tujuh menit. Apa semua itu tak pantas dikasih sedikit balasan?” Itu salah satu pembelaan diri ala Maxim saat Kendra mengkritiknya pada salah satu kesempatan.“Aku cuma telat tujuh menit, Max! Bukan setengah jam,” protes Kendra.“Mau satu menit atau dua jam, bagiku sama saja. Janji itu harus ditepati, Ken. Apalagi itu pertemuan pertama kita. Seharusnya, kamu berusaha memberikan kesan positif pada calon klien,” balas Maxim, tak mau kala
Read more

Can't Help Falling in Love [10]

“Sekarang, kita makan dulu, ya? Pekerjaanku sudah selesai dan hari ini aku akan memastikan kamu menyantap menu yang sehat dalam jumlah cukup. Kamu memang agak kurus, Ken,” ujar Maxim setelah tawa kekasihnya berhenti.“Oke, hari ini aku akan makan banyak,” respons Kendra. Mereka melangkah ke arah pintu dengan jemari masih berjalinan. Maxim meremas tangan Kendra, membuat gadis itu mendadak berhenti. Tangan kanan Maxim yang hendak menjangkau kenop pintu, urung terangkat. Lelaki itu menoleh ke kiri dengan mimik heran.“Kenapa?” tanya Maxim, terkesan agak cemas.Dengan tangan kirinya yang bebas, Kendra memegang dadanya. “Kamu membuat jantungku hampir meledak. Kurasa ... aku akan segera sakit, Max.”“Hah? Kamu sakit?” Maxim benar-benar panik sekarang.Kendra mengangkat tangan kanannya yang masih digenggam Maxim. “Bukan benar-benar sakit. Tapi, perut dan dadaku terasa tak keruan hanya karen
Read more

Can't Help Falling in Love [11]

 “Itu semua bohong!” geram Maxim. “Aku dan dia tak pernah lebih dari sekadar kenalan biasa. Bahkan tak bisa dibilang teman. Kami memang sempat makan malam dan bertemu dengan salahs atu teman sekantormu. Aku lupa siapa namanya. Itu terakhir kalinya aku mau diajak Judith makan malam.” Maxim merengut. “Kenapa kamu tidak bertanya langsung padaku, sih?”“Kamu jangan mengomeliku! Mana kutahu kalau Judith berbohong?” Kendra menjadi defensif. “Yang jelas, setelah mendengar semua ceritanya tentang betapa bahagianya kalian dan penuh perhatiannya kamu padanya, aku pun tahu diri. Makanya aku batal menemuimu. Karena aku tak mau semakin sedih.”Maxim memandang Kendra dengan ekspresi muram. “Kamu harus mengakui kalau kamu sudah bertindak ceroboh. Kamu percaya begitu saja dengan kata-kata Judith. Hal seperti ini tak boleh terulang lagi, Ken. Kalau tidak, kita akan mengalami banyak kesulitan.”K
Read more

Can't Help Falling in Love [12]

Pramusaji mendekat, meminta maaf karena pesanan Maxim dan Kendra agak terlambat. Menurutnya, ada insiden di dapur yang membuat salah satu koki harus mengalami cedera. Si pramusaji juga mempersilakan jika Maxim dan Kendra ingin membatalkan pesanan dan pindah ke restoran lain.Maxim memandang ke arah Kendra, meminta pendapat gadis itu. Setelah Kendra memberi isyarat, barulah Maxim menjawab. “Kami akan menunggu. Mudah-mudahan tidak terlalu lama.”Pramusaji itu undur diri setelah mengucapkan terima kasih dengan sikap hormat. Kendra dan Maxim pun kembali mengobrol. Lelaki itu kembali mengingatkan Kendra agar tak lagi mengulangi kecerobohannya.“Aku memang salah. Tapi waktu itu rasanya aku sudah melakukan hal yang benar. Aku pulang setelah Judith menyebut-nyebut namamu dengan setumpuk puja-puji selama lebih setengah jam. Waktu itu, aku benar-benar sudah tidak tahan lagi,” aku Kendra.“Harusnya, segala hal yang terlalu berlebihan it
Read more

Can't Help Falling in Love [13]

“Aku tidak merasa cemburu walaupun itu wajar saja kalau memang terjadi,” gumam Kendra. “Coba bayangkan kalau kamu ada di posisiku. Aku pengin bicara denganmu tapi malah bertemu dengan Judith dan dia setengah memaksaku untuk minum kopi. Selanjutnya, aku menghabiskan lebih setengah jam yang penuh penderitaan karena mendengar dia terus memujimu.” Gadis itu mengibaskan tangan. “Ah, aku tak mau mengingat-ingat lagi itu.”Maxim menjawab sembari meremas tangan Kendra. “Tapi mungkin aku akan rajin mengingatkanmu. Karena kamu punya andil besar sudah membuat kita berdua menderita.”Kendra mencebik. Saat itu pesanan minuman mereka baru saja datang. Pramusaji kembali menggumamkan kata maaf karena hari itu pihak restoran tak bisa menyiapkan makanan dengan cepat. Kendra memesan jus sirsak sedangkan Maxim memilih kopi. Pramusaji juga menawarkan mereka minuman tambahan yang akan diberikan pihak restoran dengan cuma-cuma. Keduanya hanya m
Read more

Can't Help Falling in Love [14]

Maxim tak menjawab pertanyaan Kendra. Dia malah berujar, “Meski menolak saran Sean, aku tak bisa menahan diri untuk melihatmu. Makanya aku sengaja turun ke lantai dasar untuk minum kopi. Padahal, mana pernah aku buang-buang waktu untuk duduk di gerai kopi selama puluhan menit tanpa melakukan sesuatu yang penting? Waktu itu keinginanku cuma satu. Siapa tahu bisa melihatmu walau dari kejauhan. Minimal bisa mengurangi rasa rinduku.”Kata-kata Maxim itu membuat hati Kendra menghangat seketika. Dia membalas remasan tangan Maxim. “Apa saat itu kamu melihatku?” Kendra ingin tahu. Jawaban yang diberikan Maxim berupa gelengan kepala.“Saat itu, aku  malah bertemu Judith di Cafe-In. Dia menghalangi pandanganku ke arah pintu masuk dan malah mengajak berbincang. Intinya, dia meminta diberi kesempatan untuk lebih mengenalku. Tapi, tentu saja kutolak. Kamu kan mengenalku. Sekali bilang tidak, maka sulit untuk berubah pikiran. Apalagi yang berkaitan
Read more

Can't Help Falling in Love [15]

Kendra berdeham. Gadis itu merasa sangat tidak nyaman karena harus memberi tahu Maxim tentang fakta yang mungkin belum disadari lelaki itu. Mendadak, kepalanya terasa berdenyut. Padahal, ini adalah salah satu saat paling membahagiakan dalam hidup Kendra. Dia seharusnya tak merasakan keluhan fisik apa pun. Ini adalah hari yang luar biasa untuknya, kan?“Ada apa, sih? Bicara saja, Ken,” pinta Maxim tak sabar. “Aku sudah lapar, nih.” Lelaki itu mengerling ke arah makanan di atas meja yang menguarkan aroma harum nan menggelitik perut.Kendra tak memiliki waktu untuk menunda-nunda. Setelah memberanikan diri dan mengepalkan tangan kanannya yang bebas, dia pun membuka mulut. “Begini, Max. Memang hubungan kita baru berumur satu jam kurang lebih. Banyak yang bisa terjadi di masa depan. Kita pun belum tahu apakah nantinya kita bisa tetap bersama atau tidak. tapi, kurasa tetap perlu membahas satu fakta penting. Ibuku seorang penderita skizofrenia, ka
Read more

Love is in The Air [1]

“Kamu mau menjemputku ke kantor nanti sore? Bukannya kamu biasanya punya setumpuk pekerjaan sampai malam?” tanya Kendra pagi itu. Maxim meneleponnya pukul setengah enam pagi. Keduanya baru memadu kasih sekitar dua minggu.“Khusus hari ini, aku pengin pulang lebih cepat. Sekali-kali mau pacaran dulu. Tapi karena jam terbangku masih minim untuk urusan pacar, paling-paling kita makan di luar atau nonton, kalau waktunya masih sempat. Aku bosan cuma makan di lantai dua belas dan sekitarnya saja,” balas Maxim. “Kemungkinan besar aku berangkat dari sini sekitar pukul empat. Paling telat setengah lima. Bagaimana?”“Memangnya kalau yang jam terbangnya sudah tinggi, tak lagi makan malam atau nonton di bioskop?” canda Kendra. “Mungkin itu aktivitas standar tapi aku suka.”“Hmmm, baiklah. Jadi, bagaimana? Apa pengaturan waktunya sudah pas kalau aku menjemputmu jam segitu?” desak Maxim.Kendra mem
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status